Sejeong hanya menatap jengah adik laki-lakinya itu. Hyunjoon memang anak yang mandiri, tapi dia tak pernah bisa lepas dengan Sejeong mengingat mereka hanya hidup berdua beberapa tahun ini.
💿💿💿
Author POV.
"Hem... Butuh tumpangan? " ucap Daniel yang tiba-tiba sudah berada di belakang Sejeong, Yoojung dan Hyunjoon.
"Hah, kau mengagetkanku saja, " reflek Sejeong.
Daniel hanya menyengir kuda tanpa rasa bersalah. Entah apa yang membuat Daniel repot- repot kembali ke sini hanya untuk menawarkan sebuah tumpangan untuk mereka bertiga.
"Sip, ide yang Bagus, " serobot Yoojung tanpa fikir panjang saat melihat Daniel mengendarai mobil bermerk Cadillac Escalade berwarna hitam, mobil yang berbeda dengan yang Daniel pakai tadi. Entah kenapa Yoojung menjadi materialistik jika melihat seorang Kang Daniel. Tapi berbeda saat melihat Woojin, Yoojung merasa biasa saja dan hatinya juga sangat tulus mencintai Woojin bukan karena mobil BMW milik Woojin. Ahh kenapa menjadi keluar dari topik.
"Heh Yoojung! " cegah Sejeong saat melihat Yoojung bergerak menarik tangan Hyunjoon untuk masuk ke mobil mewah Daniel.
"Apa? "
"Sudahlah Sejeong, aku akan mengantar kalian, tidak masalah. Ayo! " sahut Daniel.
Sejeong hanya bisa pasrah, biasanya dia tak pernah berhenti mendapatkan apa yang ia inginkan, sekarang lihatlah! Dia berhenti melawan seorang Daniel. Kenapa? Karena Hyunjoon sudah terlanjur masuk dan duduk manis di bangku belakang mobil Daniel.
SKIP
sejeong dan Yoojung berjalan berdua melihat hampir seluruh stand di lantai tiga KNP Moll, hanya untuk mencari hadiah yang pas yang akan Sejeong berikan di pernikahan ibunya nanti. Sungguh, jika bukan karena Hyunjoon, Sejeong tak kan pernah mau datang ke pernikahan ibunya yang kedua itu. Entah ibunya menikah dengan siapa, ia benar-benar tak peduli.
Walaupun sudah berkeliling selama hampir satu jam, Sejeong masih belum menemukan hadiah yang pas. Tapi untung saja Yoojung tak mengeluh dengan itu, Yoojung malah terlihat sangat senang berlama lama di bangunan Moll terbesar di Seoul ini.
Sampai mata Sejeong menyipit melihat sebuah benda yang berada di etalase. Sebuah benda yang mirip seperti yang pernah ibunya berikan dulu.
Sejeong hanya bisa tersenyum kecut mengingat masa lalunya yang begitu menyakitkan, masa lalu yang sudah ia coba lupakan dengan susah payah, masa lalu yang ia lewati membuatnya merasa sesak. Coba saja tidak ada Hyunjoon, pasti Kim Se Jeong tinggal nama saja. Coba saja bunuh diri itu tidak menyakitkan pasti dirinya sudah bunuh diri sejak pertama kali ia terjatuh.
Sejeong meminta pelayan toko untuk mengambilkan benda itu dan membungkusnya. Harapannya hanya satu, semoga ibunya menerima hadiahnya.
"Sejeong ayo kita pergi ke restoran dekat sini, Daniel dan Hyunjoon sudah menunggu, "
Ngomong- ngomong tentang Hyunjoon. Daniel mengajaknya pergi entah ke mana. Yang pasti, Sejeong yakin jika kedua pria itu pasti bersenang- senang mengingat Daniel sangat menyukai anak-anak.
"Baiklah, aku juga sudah lapar, setelah ini aku akn makan banyak, "
Mereka berjalan berdampingan, sesekali Yoojung melirik ke arah Sejeong yang sedang fokus dengan jalannya. Sekarang ini otak Yokjung penuh dengan nama Sejeong, ia mengingat apa yang ia lihat di salah satu toko tadi. Sejeong terlihat hampir menangis saat melihat sebuah benda biasa yang diyakini Yoojung istimewa bagi Sejeong. Tapi Yoojung memilih diam, membiarkan Sejeong merenung.
Sejeong dan Yoojung menghampiri bangku ketiga dari belakang. Di sana ada Daniel, Hyunjoon dan satu lagi Woojin... Tunggu Woojin? Astaga, ini adalah bencana untuk Yoojung.
Yoojung POV
Astaga Woojin ada di sini, mau di taruh di mana wajahku. Jika Woojin membahas tentang aku yang menciumnya tiba-tiba bagaimana? Aku pasti bisa gila. Ya Tuhan selamatkan aku.
Aku memilih berjalan di belakang Sejeong, setidaknya aku tak akan malu untuk sementara.
"Hei Woojin kau ada di sini? " tanya Sejeong menyadari Daniel dan Hyunjoon duduk bersama Woojin.
"Iya, tadi aku sedang jalan- jalan saja, lalu aku melihat Daniel dan Hyunjoon. Aku menghampiri mereka dan Daniel bilang kalo dia sedang menunggu kau dan pacarku, "
"Pacar? Maksudmu Yoojung? Benarkah? Ya ampun Yoojung kenapa kau tak memberi tahuku? " ucap Sejeong histeris dan membuat mereka menjadi objek mata beberapa orang di sekitarnya.
"Maaf, " ucap Sejeong sambil membungkukkan badannya saat menyadari hal itu.
"Iya, bahkan bukan aku yang menyatakan perasaan, " ucap Woojin mencoba menggodaku. "Dia bahkan sudah mencium bibirku di detik pertama sebelum aku menjawab iya untuk pengungkapan rasanya, "
Aku terperangah mendengar perkataan Woojin yang terus terang, blak- blakan, tidak di saring dan apalah itu. Cukup sudah, aku merasa dipermalukan sekarang. Aku melihat Sejeong dan Daniel tak kalah kaget denganku.
"Benarkah Yoojung? Kau wah-- " ucap Sejeong mulai mengintimidasi.
"Ahh bu...bukan begitu, tapi-- " sungguh aku tak bisa menyelesaikan ucapanku. Betapa bodohnya aku melakukan hal bodoh seperti tadi, mencium Woojin, aku juga tidak tahu kenapa aku jadi seberani itu.
Tiba-tiba seorang pelayan datang dan memberikan pesanan kami, untuk informasi saja, saat Daniel menelponku dan dia bilang dia menungguku dan Sejeong, aku meminta Daniel memesankan makanan untukku dan Sejeong.
Aku sangat bersyukur kali ini, pelayan itu sudah menyelamatkanku dari rasa malu yang pasti akan berlanjut lagi."Terimakasih, "
Aku melihat Hyunjoon langsung melahap makananya dengan cepat.
Dan aku, aku harus bisa mengontrol diriku sekarang.
SKIP
Author POV
Sejeong tampak ragu untuk memutuskan pilihannya kali ini. Datang atau tidak, rasa takut bertemu ibunya sangat besar, tapi rasa rindunya juga tak kalah besar. Sejeong masih menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 08.45, artinya lima menit lagi Yoojung dan Woojin akan datang menjemputnya, dan mereka akan pergi ke pernikahan ibunya.
"Kak Sejeong, Kak Yoojung dan Kak Woojin sudah datang, dan ada Kak Sungwoo juga, ayo kita cepat pergi! " ucap Hyunjoon dari ambang pintu kamar Sejeong.
"Sungwoo? Ong Sungwoo? "
"Iya siapa lagi? Ayo cepat aku sudah sangat merindukan ibu, "
Sejeong bangkit kemudian mengambil tas srempang dan kadonya. Menutup pintu kamarnya dan berjaaan ke arah ruang tamunya. Ada Yoojung dan Woojin yang sibuk memainkan ponsel masing-masing. Sedangkan Sungwoo tengah berdiam membaca novel milik Sejeong.
"Kau sudah siap? " tanya Sungwoo.
Sejeong menatap Sungwoo. Pria itu sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin, dan entah bagaimana Sungwoo bisa datang ke sini. Melihat Sungwoo sama saja seperti mengorek luka lama, walaupun Sejeong tak lagi sempurna menyimpan nama itu, tapi ia tidak lupa jika Sungwoo pernah meninggalkannya.
"Sejeong, kau akan ikut dengan siapa? Denganku saja ya! " tanya Yoojung dengan harapan agar Sejeong ikut bersamanya. Dan Yoojung sukses mendapat tatapan tajam Woojin. Sedangkan Yoojung hanya mengangkat dagunya seolah mengatakan 'apa? ' 'kenapa? '
To be continue
Vote and Comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Eastern Sky [Completed]
FanfictionMencintainya, seseorang yang datang bersama kisahmu. Seseorang yang terikat dengan bermulainya kehancuranmu. Kau bisa memilih, tetap mencintainya setidaknya kau bahagia, tapi luka masa lalumu itu akan menghalanginya Atau Berhenti mencintainya dan me...