23|| Hening dan hal yang kumengerti

535 82 53
                                    

Tangaku masih terkepal, menatap sengit Moses Geri Brengsek. Karena ujian, kami sekelas sebagai orang yang berawalan M. Dia duduk di belakangku dan sudah menjadi tuyul.

“Balikin pensil gue!” ingatku untuk kesekian kalinya.

“Cuma pensil kali!!”

“Tetep aja maling!”

Aku tidak bisa mengatakan bahwa itu adalah hari yang bagus. Terlebih Geri saja terlihat sedikit stres di belakangku. Sedang aku? Aku mengalihkan kegugupanku dengan memainkan kerikan pensil. Bentuknya bulat, di bagian belakang ada kacanya.

Itu bakal aku gunakan buat cari contekan dari Geri. Cara kerjanya, arahin kaca ke belakang, ke arah muka Geri, trus tanya,

“Ger, nomor 5 apa?”

“B.” Kata Geri nunjuk 2 jari. Hal itu bisa juga digunakan buat nanya soal nomor 6, 7, 8, 9, dan 27 kalo mau.

Aku harus repot nahan ketawa ketika kertas jawaban dibagiin. Ini karena Geri tiba-tiba stroek ringan. Jadi, hari pertama ujian di semester 5 waktu itu, LJK-nya beda. Itu adalah LJK angker yang biasanya digunain buat UAN. Yang lingkaran. Biasanya kami pake yang kotak, yang biasa.

“Bu, belum UAN kan?” gugupnya yang membuatku harus menutup mulut agar tak terlalu berisik.

Pengawasnya waktu itu adalah guru dari sekolah lain, kalo tidak salah dari SMA 5 dan SMK 2. Gurunya keliatan bingung tapi geleng kepala ragu. Trus langsung jalan ke depan.

Walaupun masih semester 5, di tahun 2014 itu memang ada banyak yang berbeda. Seperti pengawas dari luar itu, dan bentuk lembar jawaban yang berstandar Nasionl, nah, tapi yang dipake cuman fotocopy-an.

Kata Bu Restu, biar kami latihan, kayak PDKT, jadi kalo nanti UAN nggak terlalu gugup, biar langsung jadian.

Apa sih? Nggak ngerti!

Tapi yang kuingat, semua hal merepotkan itu hanya terjadi di ujian hari pertama, hari-hari selanjutnya kami menggunakan LJK biasa dan pengawasnya juga Pak Zul. Tapi entah kenapa kami jadi kecewa.

“Pak Zul udah ngerti selanya sih!” kami semua mengangguk dan tetap masuk ke kelas dengan tidak bersemangat.

***

Selasai ujian hari itu, aku tidak melihat anak-anak yang lain. Entah kemana. Yang ada hanya Geri dan marah. Dia protes berat dengan lamanya aku di kamar mandi. Dan aku hanya bisa mendengarnya dengan baik.

“Pada kemana?” kutanya sambil menggunakan helm. Geri hanya mengangkat bahunya, terkesan tidak perduli.

Geri bilang padaku bahwa Universitas kota ini sudah mulai buka pendaftaran. Semacam pendaftaran sebelum UAN. Seperti mengirim nilai dari semester 1-5 ke alamat Websitenya. Kalo beruntung kan bisa jadi mahasiswa panggilan.

“Serius Lo?!” ucapku heboh.

“Gue serius! Gue udah siapin semuanya, Mal. Gue yakin, gue bakal keterima,” katanya percaya diri.

Lalu aku merasa kami tertawa-tawa di atas motor. Kalian tidak akan mengerti bahwa aku dan Geri sudah dari SMP mengidolakan Universitas ini. Ada banyak faktor, salah satunya adalah makanan di kantinnya enak. Dan yang penting, tak perlu kuberi tahu.

Ke : Kurikulum Kakak Kelas (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang