Ke 2019 di mana sedang malam dan tenang. Sepi sekali di sini! Hingga jika aku berteriak akan mungkin bisa didengar semua orang. Tapi tentu tidak akan aku lakukan.
Terlebih di luar sedang hujan deras, nyaris hanya itu yang terasa tersisa di sini, di Pattimura yang sedang begitu tenang. Sebuah tempat yang tiba-tiba jadi diam.
Ini adalah Senin saat aku kembali menulis dan adalah Februari yang cukup dingin. Sebuah 2019 yang bukan 2015. Bukan lagi SMA.
Tapi perasaanku malam ini masih sama. Masih sangat sama tentang 2015 yang akan sepi tanpa mereka. Sebuah tahun yang kaku dan beku. Tentang sebuah rasa syukur atas segala hal yang pernah terjadi.
Hal terbaik yang bisa kuakui adalah kesenangan itu permanent, bahkan seandainya aku berpura-pura untuk tidak merasa senang sekalipun. Hingga saat waktu sudah berhasil membawa segala suasana beserta mereka, lalu aku tinggal duduk sendirian, aku akan tetap bisa merasakannya.
Apapun yang terjadi, kuharap hal itu tidak melukai siapapun tanpa diperlukan. Atau tanpa memberi pelajaran yang bisa kuterima dengan baik. Jenaka memikirkan bahwa hal itu bisa mengubah sebuah kepribadian orang, karena bagaimana pun aku tidak pernah berubah.
Sekarang, aku masih sangat menyebalkan. Kurasa hal yang berbeda adalah sekarang aku mulai bisa mengakuinya. Sungguh kemajuan.
Tentang mereka, siapapun yang benar-benar kumaksud, kuharap kalian mengerti bagaimana pertemanan berjalan di antara kami. Hal itu dimulai dengan saling menghargai dan menyayangi diri sendiri.
Untuk sekarang, kurasa satu-satunya yang bisa melukaiku hanya jika mereka jadi tidak terkendali. Buruk memikirkan jika aku akan mendapatkan kabar mereka sakit atau mati. Tapi mereka tetap orang yang memiliki tingkat kesadaran yang kuat, dan kurasa itu bagus.
Seseorang akan tumbuh, kuharap kalian sangat mengerti bagaimana itu. Saat kubilang seseorang, hal itu tidak akan bisa dilakukan bersama-sama. Seandainya hal itu menimbulkan rasa penyesalan atas waktu yang sudah berlalu, kuharap sekarang kalian pun baik-baik saja. Karena penyesalan adalah hal terbaik untuk mengenal diri sendiri.
Aku merasa seperti buku lama di rak yang tak terjamah, tertutup, tidak melangkah ke lembar manapun. Tapi sangat dipenuhi dengan kata-kata yang ingin dibaca.
Rasanya banyak sekali hal yang bisa kuceritakan, tapi untungnya aku adalah orang yang cukup terkendali. Dan bisa kupastikan bahwa malam ini adalah sepi tanpa rasa takut kehilangan mereka.
Setidaknya hal itu sudah pernah terjadi. Dan mereka berada di sana untuk selalu jadi milikku bahkan jika ada yang coba meminta, tidak akan kuberi! Aku memiliki itu di dalam diriku. Kurasa itu sudah sangat cukup.
Selamanya mereka adalah temanku. Itu waktu yang cukup lama untuk dihitung jari, tapi aku tidak akan pusing menjumlahkannya. Dan juga tidak mau repot.
Apapun yang benar-benar ingin kusampaikan dengan menulis ini adalah menyenangkan ternyata bisa berdamai dengan masa lalu. Sangat menyenangkan hingga tidak akan jadi masalah dengan membiarkan hal-hal baru mulai terjadi di dalam hidup.
Karena saat ini aku tidak akan berada di sekitar mereka lagi. Untuk semua kesulitan ataupun rasa bahagia. Tapi, perasaan akan terus mengalir seiring waktu. Menembus kulitku dan menjadikanku dekat.
Akan sangat dekat sehingga jantungku berdetak dengan cepat karena ingin bertemu mereka sekarang juga.
Bahkan seandainya tidak kukatakan, hal itu tetap akan selalu kurasakan. Bahkan seandainya hal itu tidak kulakukan, hal itu tetap akan jadi hal yang kuinginkan. Itu tidak akan bisa diubah siapapun. Tapi akan selalu ada. Dan seandainya tidak benar-benar bisa diketahui, aku rasa itu bisa diartikan sebagai sebuah ketulusan di dalam diriku saja.
Dan aku sangat berterima kasih untuk itu. Terima kasih semuanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ke : Kurikulum Kakak Kelas (Completed)
Fiksi Remaja3 di #Kelas [7-9-2018] Hampir 13 tahun temenan dengan mereka buat gue yakin kalo sebenarnya mereka ini Teripang, binatang laut yang kalo jalan gesek dan nggak punya otak. Terlebih ketujuh orang ini juga nggak punya kamus bahasa dan tata krama. Kadan...