Padahal itu hanyalah 2015 yang baru beberapa tahun lalu. Rasanya masih dekat denganku, membayangkan betapa aku merasa hal-hal itu baru terjadi kemarin. Tapi hal yang benar-benar terjadi kemarin pun sudah bukan milikku lagi. Sudah menjadi masa lalu.
Sekarang Sigit Purnomo sudah menjadi wakil walikota Palu, bukan Pasha Ungu, vokalis band kesukaan Bang Bagas. One direction sudah bubar. Padahal albumnya di saat aku kelas 3 sangat sering diputar di kelas. Terutama Better than word karena adanya aungan di lagu itu. Dan latar belakang sinetron GGS yang saat itu tenar.
Anies Baswedan bukan lagi Menteri Pendidikan, walau saat kami kelas 3 akhir isu pengunduran dirinya cukup menjadi pemberitaan dan mengusung opini publik. Sekarang dia malah jadi Gubernur DKI Jakarta.
Kurikulum pun sudah berubah. Dan bersama kemajuan pendidikan, Infrastruktur juga berubah. Membuat kotaku terasa padat dan jalanan Pattimura beberapa kali dihiasi dengan jambret karena kawasannya yang masih sepi.
Lagu-lagu band sudah tidak terlalu hits. Gendre musik juga berubah. Sekarang lagunya lebih Remix. Disc joki mulai terkenal. Di Indonesia mulai melambung Solois. Aku merasa kehilangan band terlebih Momo Geisha sudah menikah dan resmi keluar dari band-nya. Giring Nidji juga keluar untuk fokus pada perpolitikan.
Bicara soal sekarang, kalian bisa melihatnya sendiri. Semuanya berubah dan tidak lagi sama.
***
Aku akan kembali menceritakan akhir 2015 saat aku kembali dari Minimarket bersama Duta.
Setelah mengalami gejolak batin dan kebimbangan tak menentu, kuputuskan untuk duduk dan memutar Flashdisk dari Dimas. Dengan harapan yang pasti itu bukan kursi goyang dan hantu seperti yang Bang Bagas katakan.
Saat Scanning dari Smadav selesai dan Disk-nya terbuka, tanganku melemas. Rasanya seperti dirasuki oleh kenangan yang begitu banyak. Kurasa itu adalah File dari tahun 2009 saat kami mulai masuk SMP. Bang Bagas kelas 2 SMA dan sedang suka dengan gadis.
Salah satu file-nya berjudul, BanDit. Singkatan dari Bagas N Dita. Dulu kami menjadi agen rahasia yang dieksploitasi Bang Bagas untuk bisa bertemu Kak Dita. Aku tersenyum kecil melihat foto-foto kami yang diambil Bang Bagas saat itu.
Ada beberapa foto lain saat kami masih SD, rata-rata menggunakan pakaian polkadot dan baju kodok. Sangat lucu sekali hingga aku tidak bisa tidak tertawa. Terlebih dulu aku membenci semua foto ini dan mengancam Dimas untuk menghapusnya.
Ternyata dia punya nyali untuk tidak menurut.
Semuanya adalah File gambar kisaran 2008-2009, hingga membuat satu-satunya Video di Disk itu terasa begitu mencolok. Nama file-nya, Malpira temanku.
Saat kuklik, aku langsung tahu bahwa itu adalah rekaman saat kami baru lulus dari SD. Diambil dari Handycame baru Bang Bagas yang Geri pinjam.
Gambarnya tidak terlalu jelas karena kurasa Geri berlari saat itu. Yang bisa kulihat hanya jalan aspal dan semak di pinggiran, dan langsung kuyakini itu adalah Lorong Melati yang masih ada TK Pertiwi.
"Kasih tahu siapa Malpira!" teriak Geri pada rekaman itu setelah dia cukup tenang dan mengarahkan kamera ke Dimas kecil yang sedang duduk di tanjakan.
Aku tersenyum melihat senyum Dimas di video itu. Sangat Dimas sekali.
"Istri aku, hehe," ucapnya ringan. Dan langsung dipukul Geri kepalanya.
"Istri-istri, Malpira tuh bakal nikah dengan gue!" terang Geri percaya diri, meninggalkan Dimas yang sudah menangis dan menghampiri Rendi dan Pertus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ke : Kurikulum Kakak Kelas (Completed)
Ficção Adolescente3 di #Kelas [7-9-2018] Hampir 13 tahun temenan dengan mereka buat gue yakin kalo sebenarnya mereka ini Teripang, binatang laut yang kalo jalan gesek dan nggak punya otak. Terlebih ketujuh orang ini juga nggak punya kamus bahasa dan tata krama. Kadan...