26|| Milikmu dan perasaanku

491 79 46
                                    

Sejak awal, aku tidak pernah benar-benar menjelaskan perasaanku. Apapun yang berhubungan denganku adalah milikku. Hak-ku. Punyaku. Janjiku adalah semua yang terjadi di tanggal 1 Januari 2015 itu adalah milikmu. Ambil semuanya!

Termasuk yang kurasakan saat duduk di suatu tempat dan diam. Dengan semua kebingungan tentang apa yang seharusnya kurasakan. Aku malah merasa konyol. Dan bodoh. Aku tidak mengerti apapun yang sedang mereka bicarakan.

Puncaknya adalah aku tidak mau ikut mengantar Fero ke bandara.

“Masih kurang enak badan,” ketus kukatakan tanpa melihat siapapun.

Aku bohong.

Tapi mereka tetap pergi dengan mobil Bang Bagas. Dan beberapa naik motor. Bahkan Bagus dan Sella yang jarang bergaul itu pun ikut. Entahlah, aku hanya dalam kondisi yang tidak tahu harus melakukan apa.

Kepalaku dipenuhi dengan ingatan sebelum hari ini.

Dek, tahu rumah Fero?”

“Sini aja, Mal,”

“...lo tumbuh jadi orang yang nggak sepenting itu!”

Aku berhenti berjalan. Tanganku terkepal dengan detakan jantung yang berderu cukup cepat. Tanpa kusadari, aku seperti mengait-ngaitkan segalanya dengan kejadian di atap Mini market barusan.

Emang lo nggak tahu? klub itu kan udah dari awal kelas 3 ngincar Fero,”

“Gue aja udah tahu lama si Fero mau ke sana. Tapi kan karena masih sekolah jadi ribet,”

“Iya, sering datang ke sini malah!”

Pernyataan terakhir itu keluar dari mulut Sella. Sella yang bukan temannya Fero. Aku temannya Fero!

Oh!
Jadi orang di depan Minimarket waktu itu pengurus Klub?

Oh!
Jadi Fero udah sering ketemu dengan pengurus Klub?

Oh!
Dia udah tanda tangan kontrak dari bulan November?

Oh!
Aku benar-benar benci hari itu!

***

Saat aku memutuskan untuk berdiri lama di lorong rumahku, aku mengerti hal yang kurasakan tentang hari itu adalah marah. Benar-benar marah! Perasaan tidak dianggap! Aku merasa jadi orang yang benar-benar tidak penting!

Tidak penting untuk Duta beri tahu bahwa Bagus dan Sella pacaran sejak lama!

Tidak penting untuk tahu Rendi sakit!

Tidak penting untuk diberi tahu kalo Dimas sudah berhubungan baik dengan keluarganya!

Tiidak penting untuk tahu siapa pacar Dimas dan Pertus!

Tidak penting untuk diberi tahu kalo Fero diincar klub liga 2!

Tidak penting untuk tahu semua yang orang nggak penting seperti Sella tahu! Tidak penting! Sangat tidak penting! Maka ambillah semuanya tentang hari itu!

Ambil!

Aku tidak mau!

***

Jangan harap aku akan menangis. Maaf saja, karena itu bukanlah diriku. Mereka tidak bisa tidak menganggapku dan meminta terus kuanggap. Mereka pikir mereka itu siapa? Setan!

Oh? Atau kalian mau berada di pihak mereka? Beralasan apapun untuk mengubahku? Asal kalian tahu, tidak ada yang akan berubah! Ingat itu baik-baik. Dan apapun yang akan kalian pikirkan berkaitan dengan ini adalah terserah. Aku nggak peduli!

Seolah-olah aku nggak pernah ada. Seolah-olah aku ini bukan siapa-siapa. Haha! Seolah-olah aku nggak tahu semuanya? Dasar sok! Mereka pikir aku butuh mereka? Nggak!

Pergi sana!

Sok baik sebelum pergi, cuih! Aku nggak butuh, ya! Nggak usah pura-pura sok baik kalo kenyataannya aku aja nggak boleh tahu apapun! Dasar sialan!

BRENGSEK!

***

Aku merasa dikelilingi oleh emosi yang kuat, dan kuputuskan untuk ke rumah Yuli karena itu adalah urusanku! Kubanting pintu kamarnya sekuat tenaga dan menjadi tidak begitu perduli bahkan saat Yuli bertanya padaku.

Aku duduk di atas kursi belajar Yuli, membuka laptopnya dan tersambung oleh koneksi wifi. Yuli terlihat tidak terlalu perduli denganku, dia hanya melanjutkan membaca di atas ranjang. Kalau aku tidak menjawab pertanyaannya, yaa... dia nggak perlu nanya lagi. Itu bagus.

“Eh bukannya Fero pergi hari ini?” tanyanya seperti orang yang kaget setelah melihat kalender.

Aku memutar kursi untuk melihatnya dengan pandang tidak suka. Dan tidak bisa tidak begitu karena aku sangat marah mendengar bahwa dia tahu.

“Dari mana lo tahu?”

“Kan bener! November gitu, dikasih tahu Desi.”

Desi juga sudah tahu...

Kudiamkan dia dan kembali menatap layar laptop, kembali sibuk. Kurasa Yuli sedang memandangiku. Lalu kudengar dia begitu kaget dan menyumpahiku bodoh.

“Mal? Lo ngapus semua daftar nilai semester lo?”

Pertanyaannya tak perlu kujawab. Kututup layar laptop dan segera pergi begitu saja.

***

Malamnya, aku diam di kamarku. Tidak pernah sediam itu sebelumnya. Dengan lagu-lagu Mp3 yang kuputar cukup keras. Aku suka lagu-lagu band. Jamrud, The Rain, Ungu, So7, D’masiv, Tipe-x, Lyla, Musikimia, Armada, semua band Indo.

Tapi yang sedang terputar di kamarku sekarang adalah Soundtrack film animasi Boboi Boy.

Apa mungkin terjadi?

***


Ke : Kurikulum Kakak Kelas (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang