“Pokoknya kalo gue nggak lulus, Anies nggak boleh jadi Menteri pendidikan lagi!” kontan David yang masih serius menulis jawaban Matematika di bukunya.
Seisi kelas juga sedang melakukan hal yang sama. Istilah ilegalnya, nyontek.
“Emang lo Presiden?” Wildan nyaris berteriak saat mengatakannya, padahal kelas kami dalam mode diam. Dia tidak harus.
Memasuki semester 6, komunikasi kelas kami memang sedikit bobrok. Tentu itu tidak sejalan dengan kemauan Aristoteles yang menjujung tinggi hubungan sosial yang baik. Dan ternyata itu juga membuat kami jadi sering bingung.
“Ayu? Kapan potong rambut?” tegurku baru menyadari rambutnya sudah sangat pendek.
“Nggak tahu kapan,” dia bilang sambil merasa aneh sendiri. Itu setidaknya lebih menyeramkan dari pada berdiri di bawah pohon bambu, kurasa.
Dan lebih buruk karena kami menjadi begitu kompak. Datang sangat pagi, mencocokan jawaban dengan sedikit kesadaran karena semalam tidur larut buat belajar soal UAN tahun kemarin. Yang terpenting adalah nggak boleh ada yang salah. Nggak ada waktu buat remedial.
Betapa kami tertekan dan mulai menyalahkan pemerintahan.
“Tapi kan kalo gue nggak lulus, pendidikan gue bermasalah dong! Berarti Anies juga salah kalo gitu!” gerutu David ngotot.
“Nggak bisa, Dav. Pencopotan jabatan Menteri adalah hak presiden,” kata Mita ala Undang-undang.
“Hah! Kalo gitu gue berhenti jadi ketua kelas! Suara gue nggak pernah didengar!” teriak David yang tiba-tiba naik ke atas meja.
Aneh!
Kulempar dia dengan Tipe-x. Berisik!
“Turun nggak lo?” ancamku mendelik. Sambil menggerutu David turun dari atas meja. Dia menjadi sangat emosional akhir-akhir ini. Terlebih karena ada isu Ujian dengan komputer. Itu terasa beda.
“Mit, lo bawa obat tetes mata nggak?” tanya Wildan sambil mengucek matanya. Mita merogoh saku seragamnya, memberikan ke Wildan.
“Gue ngerasa kita bakal mati sebelum lulus,” gerutunya retoris tapi terkesan yakin.
“Tetap aja, gue lebih suka makan Vitamin A dari pada pake obat tetes.” Ucapku acuh.
Di semester 6, tidak ada lagi materi baru. Semua Materi kelas 3 sudah dibahas di semester 5. Nggak ada Materi buat dipelajarin. Cuman ada materi buat diselesaiin.
“Mal,” panggil Pertus di samping mejaku. Aku berdehem, tak menghiraukannya “Kantin nggak? Anak-anak udah ngumpul,”
“Nggak deh, Per. Gue mau bahas soal Nomor 7 dengan Dini.” Ucapku masih sambil menulis.
“Lo nggak makan?”
“Entar deh, dengan Ayu aja,”
“Iya,” katanya pelan sebelum keluar kelas sendirian.
***
Rencananya, aku, Mita, Dini, dan Ayu mau nonton marathon drama Korea The Producer. Drama yang saat itu baru rilis 2014, yang cowoknya Kim Soo Hyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ke : Kurikulum Kakak Kelas (Completed)
Fiksi Remaja3 di #Kelas [7-9-2018] Hampir 13 tahun temenan dengan mereka buat gue yakin kalo sebenarnya mereka ini Teripang, binatang laut yang kalo jalan gesek dan nggak punya otak. Terlebih ketujuh orang ini juga nggak punya kamus bahasa dan tata krama. Kadan...