33|Nasi Padang

4.8K 378 58
                                    

"Sakti?" Tanyaku sungguh tak percaya melihat lelaki jangkung yang berdiri di depan gerbang rumahku.

Ku lihat dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lelaki yang memakai celana jeans selutut berwarna krem dipadukan baju lengan panjang berwarna hitam membuatku sukses tak berdaya.

Dia tersenyum lalu membuka topi hitamnya yang terlihat hanya rambut cepaknya saja, "Betul Ayna, aku Sakti. Kamu kenapa? Kok kayak lihat setan aja."

Dengan cepat aku menggelengkan kepala dan membuka lebar-lebar gerbang rumah, "Eh ayo masuk-masuk. Mobilmu masukan saja ke dalam, lagi kosong kok."

Sakti menggeleng, "Tidak usah. Aku cuma sebentar kok."

Raut wajahku terasa kecewa, mungkin dia juga melihatnya, "Kok sebentar?"

Dia mengulum senyum yang pasti membuat perempuan-perempuan di luar sana terkena penyakit diabetes, "Aku kesini mau ajak kamu jalan." Ujarnya kikuk dan mengusap tengkuknya.

"Hah?" Aku memekik sebentar, "Jalan? Maksudnya?"

Ku lihat Sakti mengusap pipinya, "Dating..." Lebih kikuk dan malu-malu.

Dating... Bukannya dalam artian bahasa itu berarti kencan? Jadi Sakti mengajakku kencan? Yang benar saja di pukul sembilan pagi? Ada apa dengan Sakti ini? Sungguh aku dibuat terkejut karna kedatangannya yang tiba-tiba begitu saja. Dan dari mana dia tahu alamat rumahku?

"Ayna... Halo.. Kok bengong?" Sebuah tangan mengibas-ngibas di hadapan pandanganku. Waduh, aku ketahuan bengong lagi.

"Jadi gimana? Mau kan? Aku...." Berhenti sejenak menghela napasnya, "Rindu kamu.. Ayna.." Membuatku menohok.

Harus melakukan apa aku ini? Terima ajakan Sakti? Memang sih ini yang ku mau dan aku tak egois.

Mengangguk kan kepala dengan pelan, "Ya.. Yasudah, kamu masuk dulu ya? Gak enak kalau tunggu di luar." Akhirnya aku juga yang kikuk.

Aku masuk, Sakti pun ikut masuk ke dalam rumah. Sakti menunggu di ruang tamu dan aku pergi ke kamar untuk berganti pakaian. Tak mungkinlah memakai celana training dengan kaus panjang tidurku.

Bersiap, aku harus bersiap sebaik mungkin. Ini jalanku yang pertama kali dengan Sakti memakai pakaian sipil. Biasanya kan ketika kami jalan, kami sama-sama memakai seragam.

Mengunci pintu kamar, berbalik badan sudah ada Kak Aysa di sebelahku, "Mau kemana, Dik? Rapi dan wangi sekali. Siapa itu? Pacar baru?" Hidungnya mencium-cium, dengan mata mengarah ke ruang tamu, karna kamarku terlihat dari ruang tamu.

Aku bermesem manis, "Bukanlah Kak, pacar darimananya? Gue pergi dulu. Lo jangan capek-capek. Istirahat total, gak boleh terjadi apa-apa sama calon keponakan gue!" Ucapku sedikit menasehatinya.

Kak Aysa mengangguk mengerti, "Bisa jadi pacar ya kan?" Menoel daguku, aku membulatkan mata,".. Iya iya deh ibu Kowad yang cantik. Perginya jangan lama-lama, nanti kepincut sama Om ganteng itu loh. Tentara juga?" Ujarnya seraya mengelus perutnya yang masih sangat rata.

Aku mengangguk lantas pergi ke bawah menemui Sakti. Mungkin dia sudah lama menungguku berganti pakaian. Tak enak juga lah.

"Bagaimana, siap?" Sakti sudah siap dan mengambil kunci mobilnya yang di simpan di atas meja.

Ku netralkan jantungku yang begitu berdebar entah kenapa, "Siap.." Suara di pelankan.

"Siap ke pelaminan?" Tanyanya sembari tertawa.

Aku mendengus kesal, bisa-bisanya ia bercanda.

Sakti berjalan duluan, membukakan pintu mobilnya untukku. Duh, aku tak bisa berkata apa-apa. Aku sungguh malu.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang