36|Sahabat Jadi Cinta?

4.6K 324 23
                                    

Tutup pendidikan, berulang kali aku mengucap syukur. Menjadi lulusan terbaik lagi! Iya lulusan terbaik Sarcab/Dikcabpa itu memanglah sangat bahagia. Lima bulan berlalu menjalani Sarcab, ku kira hanya tiga bulan.

Sekarang aku dinas di Ditkumad, atau Direktorat Hukum Angkatan Darat yang berada di Kota Jakarta. Jakarta lagi, padahal aku berdoa agar bisa di dinaskan di luar kota. Agar tahu bagaimana benar-benar mengabdi pada negeri tercinta ini.

Hampir satu tahun juga aku sudah berdinas disini. Awalnya malu-malu, lama-lama malu-maluin. Entah kenapa aku menjadi ikon di lettingku sendiri. Aneh sekali. Mau di tempat dinas, di mess pasti saja.

Banyak pengalaman ketika Sarcab, yang paling diingat dan tak akan pernah lupa itu ketika praktek simulasi menjadi hakim militer. Pangkat balok satu di pundak berubah menjadi bunga melati berjumlah satu. Bukan kenaikan pangkat luar biasa kok, hanya simulasi menjadi hakim. Betapa deg-degan di lihat gumil atau guru militer. Karna gumilnya ini masih muda, lulusan Abit Akmil 2015, bernama Lettu Anto yang baru saja kenaikan pangkat. Satu letting dengan Mas Fadli.

Jadinya setiap ujian yang dipandu Lettu Anto, kadang aku tak fokus. Tak fokus karna kewibawaannya menjelaskan tentang pelajaran. Tidak lebih kok. Tenang saja.

Selesai dinas, aku tak akan pulang langsung ke mess, melainkan berkunjung sebentar untuk menemui keponakanku yang lucu, yakni Ayfa, anak lucu dari pasangan Aysa dan Faris.

"Let, di depan ada yang nunggu tuh." Letda Bunga menepuk bahuku tatkala aku sedang membereskan meja kantorku.

Aku berbalik menarik sebelah alisku, "Siapa, let?"

Tumben sekali kan ada yang menungguku di depan, pasti di provost sih. Seumur-umur aku dinas disini tak ada tuh yang menungguku.

"Entah," Mengangkat bahunya tak tahu, "Tentara pakai dinas lapangan, yang jelas asing sih wajahnya. Gak pernah ketemu."

Aku mengangguk menggendong tasku lalu berjalan meninggalkan Bunga. Siapa ya? Sepanjang koridor kantor aku memikirkan siapa yang menungguku? Apakah dia Sakti? Sudah lama kami tidak berkabar, terakhir ku tahu kabarnya dia sedang menjalani seleksi komando, yakni komando pasukan khusus. Selebihnya aku tak tahu dia lulus atau tidak. Sosial medianya sudah tak ada, mungkin dia tutup akun semua. Ah jadi rindu, Sakti.

Atau mungkin Yadi? Tak mungkin sih, Yadi kan ditugaskan di Yogyakarta, tepatnya Lanud Adi Sucipto. Kami masih berkabar, walau tidak sering.

Tidak ke area parkir, melainkan langsung ke provost menemui yang menungguiku itu. Jantungku terus berdebar siapa gerangan? Aku harap sih, Sakti.

"Mohon ijin, selamat sore." Tegasku pada sesosok lelaki memakai PDLnya membelakangi tubuhnya.

Dia berbalik, menyunggingkan senyumnya, "Sore, Letda Dwi Ayna Nasution."

Jantungku tak lagi berdebar cepat, dengan cepat aku sedikit mendorong bahunya, "Sialan lo Di. Gue kira siapa, bikin deg-degan tahu gak!"

Si Yadi hanya cengengesan tak penting. Sumpah ya, dia membuat jantungku merasa copot saja. Dan membuat harapanku pupus, ternyata bukan Sakti.

"Lama gak ketemu ya? Beda banget lo Ay, makin cakep!" Serunya sangat bahagia.

Sahabatku ini juga sangat berbeda. Potongan rambutnya yang masih itu-itu saja, perutnya yang sedikit maju, hanya sedikit sih. Yang sangat beda itu, terdapat kumis tipis. Ya ampun, apa dia tidak mencukur kumisnya? Memang sih mendapat kesan kharismatik, tapi agak seperti apa gitu.

Mataku melirik dari ujung kepala hingga kaki Yadi, "Lo yang beda, Di." Menepuk bahu Yadi dan memukul pelan perutnya, "Sering-sering workout lah, biar dapat jodoh. Pantes si Farah mutusin lo, lo jadi gendutan gini."

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang