26|Bertemu Mantan atau Bertemu Yadi

4.9K 310 8
                                    

Hidupku kembali berubah seratus delapan puluh derajat. Kebahagiaanku pun kembali pulih, setelah Mama tak akan kembali ke Belanda karna masa tugas disana sudah berakhir terkecuali Kak Aysa yang sedang menyelesaikan Postgraduate-nya atau S2-nya. Papa? Ya aku maklum kan sajalah, toh Papa masih sibuk dengan urusan bisnisnya, aku tak bisa menghalanginya.

Yang terpenting, Mas Faris. Dia kembali lagi untukku, sungguh mengejutkan sekali. Aku di buat melayang oleh dirinya. Setelah kami tak bertemu saat dia tugas, dan mendapatkan kabar bahwa dirinya tertembak, lalu koma selama satu bulan, tapi itu semua hoax. Mas Faris menyembunyikan kesembuhannya dariku, agar menjadi kejutan tersendiri.

Bukan kejutan, namun was-was yang ada. Kenapa semua orang iseng sekali sih? Mulai dari adiknya sampai Pakde Seto sendiri. Dan ternyata semua kejutan itu berakhir bahagia.

Lamaran ala-alanya itu membuat aku semakin yakin, dia adalah jawaban dari doaku ini. Ternyata menunggu sebuah penantian itu tidak sia-sia, buktinya? Dia kembali padaku.

Semenjak kejadian malam hari itu, aku dan Mas Faris kembali berkomunikasi. Hampir satu Minggu dia tidak berhenti untuk menghubungiku, kecuali ketika dia sedang bekerja saja. Tidak seperti jaman pendidikannya dulu, aku harus menunggunya ketika pesiar atau cuti. Seperti saat ini, sampai aku mau makan saja dia masih tak mau lepas dariku, dikit-dikit telpon, agak risih sih tapi aku suka. Mengganti waktu-waktunya yang hilang denganku.

Selama itu, kami tak pernah bertemu lagi, kecuali lewat video call. Mas Faris harus kembali ke Palembang, toh dia dinas di kesatuannya disana kan. Mau tak mau kami berjauhan lagi, kapan ya kami berdua bisa tidak berjauhan lagi? Belum nanti aku akan pendidikan.

Aku memandang cincin Akademi bermata biru. Senyumku mengembang melihat cincin ini, malam-malam dibawah sinar bulan sabit dia menyematkan cincin di jariku. Manis sekali, sedikit romantis, tapi tidak kenal waktu. Benar ya, dia itu misterius dan penuh teka-teki sekali.

Sesaat pintu kamarku ada yang mengetuk. Ketukannya membuyarkan lamunanku tentangnya saja. Ah kenapa sih dengan aku ini? Semenjak kejadian itu, rasanya aku tidak ingin kehilangannya kembali.

"Neng, ada tamu yang mau ketemu sama Neng Ayna." Ucap Bi Ai dari luar

"Iya Bi.." Balasku dengan teriakan,

Tamu? Siapa? Sejak kapan aku di datangi tamu?

Aku melihat jam dinding, pukul tujuh malam. Tepatnya sesudah adzan Isya. Apa sebaiknya aku shalat dulu? Tentu saja, aku harus segera melaksanakan panggilan Tuhan, tak boleh di abaikan.

Keluar kamar dengan memakai piyama kembali, karna selama di kost aku tak pernah memakai piyama, catat itu. Piyama lama berwarna merah muda bergambar boneka beruang coklat dengan rambut yang ku gulung lalu ku jepit dengan jedai.

Langkahku terhenti ketika akan ke ruang tamu, aku tertegun sejenak, "Mas Faris?" Ucapku datar dengan kedua tangan masuk ke dalam saku piyama.

Aku terkejut, tapi tidak heboh. Kenapa laki-laki ini bisa ada disini? Bukannya dia bilang dia sedang sibuk karna di kesatuannya akan ada acara? Lantas kenapa dia berada di depanku? Dasar pembohong, untung saja dia tentara dan aku cinta, jika bukan sudah aku pidana.

"Iya, ini aku..." Ucapnya sumringah lalu berdiri dan melepaskan topinya.

Serius dia Mas Faris? Lelaki yang memakai kaus polo berwarna biru dongkernya dan memakai celana jeans hitamnya itu benar Mas Faris?

Aku berjalan mendekatinya lalu mencubit lengannya, dahiku berkerut melihatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Auh!" Suara kesakitan yang telat, "Kenapa sih lihat aku seperti itu? Aku berubah ya? Lebih ganteng? Lebih putih? Atau lebih tirus?" Berondongnya di akhir kalimat mengekspresikan senam pipi, yaitu mulut seperti ikan.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang