29|Sakti?

4.8K 357 21
                                    

"Bila tidur cepat, masalah tidak akan selesai.."

Sebuah kalimat yang baru ku baca dari caption salah satu foto yang abang satu lettingku upload ke media sosial. Benar sekali, masalah tidak akan selesai jika tidak diselesaikan. Termasuk aku, masalahku belum sama sekali kelar. Entahlah aku kenapa, sekarang aku selalu lari dari masalah.

Masalahku dengan Kak Aysa. Belum berakhir juga. Kami masih meributkan tentang pernikahannya. Hatiku saat ini sangat bertolak belakang, aku jadi tak rela Mas Faris menikah dengan Kak Aysa. Aku kenapa? Padahal saat lebaran aku ditanya pasti hatiku bagaimana, aku rela, sangat rela. Tapi kenapa sekarang kenapa aku jadi begini?

Apa yang harus kulakukan nantinya ketika melihat orang yang kucintai bersanding dengan saudara kandungku sendiri?

"Ma, doakan Ayna kerjakan tugas akhir." Ucapku seraya memeluk Mama di bandara Halim Perdanakusuma.

Benar, hari ini aku kembali ke tempat pendidikanku. Masa cutiku akan berakhir, padahal aku masih ingin bersama keluarga. Tapi apa daya.

Mama mengusap pucuk kepalaku dan mencium keningku, "Iya sayang, fokuslah pada pendidikanmu. Jangan di pikirkan tentang Faris dan kakakmu, semakin kamu memikirkannya, semakin kamu terpuruk."

Bendungan di mataku masih ku tahan, entah kenapa jika menyangkut pautkan dengan nama Faris hatiku pasti berontak dan mataku panas.

"Ayna pamit Ma..." Memeluk Mama kembali lalu mencium kening beliau, menghormat pada beliau, lantas menarik gagang koper dan berjalan menuju gate.

Aku melihat Mama yang menangis, seperti tidak merelakan anaknya untuk pergi. Tanpa Papa kembali, sebab Papa harus sibuk lagi dengan pekerjaannya, di tambah sibuk dengan pernikahan Kak Aysa yang akan dilaksanakan tiga Minggu lagi. Ketika aku masih di ranah pendidikan, dan kemungkinan besar tak akan menghadiri acara pernikahan kakakku.

"Ayna!!!" Terdengar teriakan memanggil namaku dari arah belakang.

Aku berbalik belakang, orang yang memanggil namaku langsung menghambur memelukku. Dengan tangan yang sedikit kaku aku membalas pelukannya.

"Maafin gue, Dik..." Tangannya mempererat memeluk leherku, "gue egois, mementingkan diri gue sendiri..."

Mengusap punggungnya sayang, "Sudahlah Kak, jangan di bahas lagi. Mas Faris memang jodohnya kakak, bukan Ayna."

Kak Aysa, dia memegang kedua pipiku, "Lo relain gue jadi istrinya Faris?" Tanyanya yang begitu memelas, Kak Aysa mulai memanggil nama 'Faris' karna dalam pra-nikah Mas Faris hanya ingin di sebut 'Faris'.

Aku mengangguk pasti walau hati masih sakit bak di tusuk duri, "Iya Kak. Gue rela, sangat rela. Lo bahagia, gue pun bahagia."

Kembali Kak Aysa memelukku, "Ya Allah, gue beruntung punya adik kayak lo, Dik."

"Iya Kak, gue pun beruntung punya kakak kayak lo." Melepas pelukan kami, "Gue pamit ya? Gue selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian. Jadilah istri kebanggaan Mas Faris, hormati dan patuhi, doakan gue Praspa nanti."

"Terimakasih Dik. Ternyata hati lksetulus malaikat. gue selalu doakan lancar pendidikan. Gue berharap lk mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari Faris.." Kak Aysa menyunggingkan senyumnya lalu mencium keningku, dan aku pun mencium keningnya balik.

Seperti yang kulakukan tadi pada Mama, sebelum pergi aku hormat pada kakakku ini.

Dan momen dramatis antara kakak-adik pun sudah berakhir. Ku yakinkan pada hati terus-menerus, aku harus melupakan dia seperti aku melupakan dia beberapa tahun lalu walaupun tidak berhasil. Tapi kuyakinkan pasti berhasil.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang