25|Penantian

4.8K 352 26
                                    

Buat yang nunggu penantiannya, sambil di putar mulmednya yuuk

****

"I missed you, i'm here, i'm back, just for you. Ayna." Untaian kalimatnya dengan senyum mengembang di wajahnya, membawa sebuket bunga yang sangat besar

Dan ya, aku merindukan orang ini! Padahal kami sebatas mantan.

Aku tak dapat berkata apa-apa. Tubuhku masih bergetar, apa aku tidak mimpi? Apa benar ini nyata? Aku mencoba mencubit pipiku sendiri, sakit. Jadi benar ini bukan mimpi? Bukannya dia masih tak sadarkan diri di rumah sakit?

Tubuh tegap nan tingginya itu menghampiriku, aku masih terdiam di tempat, "Happy graduation, Ayna. Selamat menjadi lulusan terbaik!" Dan ucapan itu yang selama ini aku inginkan.

Tangannya memberikan buket bunga itu padaku, aku menerimanya dan lidahku kelu tak dapat berkata apa-apa. Sesaat menelentangkan tangannya, aku menghambur ke pelukannya dan menangis. Dia memelukku hangat, aku rindu orang ini, sangat rindu.

"Hey, jangan nangis. Aku tak suka melihat perempuan menangis." Tangan kekarnya mengusap punggungku, aku masih tak percaya, benar aku memeluk tubuh prajurit yang nyaris hilang nyawanya?

Aku melepaskan pelukan dan memukul dada bidangnya, "Jahat kamu! Katanya kamu masih koma." Aku masih memukul dadanya.

Dia menjerit kecil kesakitan, "Auh!" Menahan tanganku, "Jangan pukul disini, masih sakit." Memegang dadanya, wajahnya memelas sakit.

Kembali aku memeluknya, dia hanya tertawa melihat tingkahku. Aku sangat khawatir, aku takut, aku takut kehilangan dia kembali. Dia hadir kembali, untukku, dan terlebih untuk negeri ini.

Langit malam kota Jakarta masih gelap, perlahan purnama datang dengan malu-malu, tidak dengan sinar bintang yang selalu ada.

Taman komplek, menjadi saksi Radipta Alfarisi kembali. Dengan terkejut dan tiba-tiba dia datang. Apa mungkin Bela mengajakku kesini karna ini? Ah entahlah.

Kami terdiam, masih disibukkan pikiran masing-masing. Aku sibuk dengan pikiranku, kenapa bisa dia disini? Bukannya dia masih dalam masa perawatan? Sukses membuatku bertanya-tanya.

"Ehm.."

Dehaman Mas Faris memulai awal pembicaraan kami kembali.

"Aku merindukanmu.." Kalimatnya yang membuat hatiku tak karuan, ".. Maaf sudah membuatmu khawatir."

Jelas aku sangat khawatir, toh aku melihat kondisinya yang melemah tak berdaya. Seperti mayat hidup! Tapi di paksa untuk hidup kembali.

Aku mengambil napas menetralkan perasaanku yang menggebu-gebu, "Kenapa kamu disini?" Memalingkan wajahku ke arahnya, "Semuanya bilang kamu masih di rumah sakit, dan aku tidak boleh menjengukmu. Bukankah itu jahat?" Setetes air mataku keluar kembali.

Mas Faris memandang ke arah langit, "Kamu lihat bulan itu?" Menunjuk bulan sabit yang baru muncul, "Karna bulan itulah yang membawaku kesini."

"Aku gak butuh penjelasan itu Mas!" Cercaku meminta penjelasan, "Selama ini kamu kemana? Aku tanya adikmu tak pernah di balas! Aku panik, aku khawatir, semua bilang kamu masih koma!" Tangisku runtuh akhirnya.

Kurasa tangannya merangkul bahuku, "Aku gak bermaksud bikin khawatir.." Menyentuh kepalaku dan disandarkan ke bahunya, "Aku menyuruh semua orang untuk menyembunyikan kesembuhanku padamu."

Bangkit dari sandaran bahunya, "Jahat ya kamu!"

"Bukan, bukan gitu. Aku ingin memberi kejutan."

Sudah cukup aku di kejutkan dengan kehadirannya kembali, lalu di kejutkan dengan melihat keadaanya yang pada saat itu lemah nyaris kehilangan nyawa. Kenapa harus dia membuat kejutan lagi?

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang