30|Bukan Pernikahan Impian

4.6K 327 46
                                    

Faris mematung diri di depan sebuah cermin besar. Ia melihat penampilannya sekarang yang sudah siap mengenakan jas putih, celana putih lengkap peci putih serta sepatu putih khas orang akan menikah.

Benar, hari ini Faris akan melangsungkan pernikahan bersama wanita pilihan orang tuanya. Tak hanya pilihan orang tuanya, wanita yang pernah menjadi mantan kekasih nya itu. Dan paling di kejutkan calon istrinya itu ialah kakak dari wanita yang ka cintai.

Ia merogoh saku jasnya. Sebuah cincin bermata biru. Cincin dimana menjadi saksi antara kisah cintanya dengan wanita yang ia cintai. Namun, cinta itu telah kandas di tengah jalan. Padahal, ia selalu memikirkan wanita itu.

Ayna, andaikan kamu yang akan berada di sampingku nanti. Andai namamu yang aku sebut di depan Papamu dan penghulu. Andai kamu yang jadi pasangan di Pedang Pora-ku. Maaf Ayna, aku sungguh mohon maaf. Maaf aku yang sekarang sedang berandai-andai.

Apa ia serakah?

"Kak?" Panggil wanita paruh baya seraya membuka pintu ruangan, "Sudah siap?"

Cepat-cepat Faris memasukkan cincin itu ke dalam saku, namun tidak masuk kedalam saku melainkan jatuh dan entah kemana.

Faris mengangguk lemah, wanita paruh baya itu masuk ke arah Faris, "Ayo berangkat. Pukul sembilan harus tiba di lokasi."

Dengan hati yang masih tak karuan Faris keluar ruangan bersama ibundanya. Ia digandeng sang ibu. Tentara gagah itu terlihat murung seperti tidak bahagia.

Faris beserta keluarga sudah sampai di lokasi. Akad nikah dilaksanakan di kediaman mempelai wanita. Mempelai pria di sambut hangat oleh keluarga mempelai wanita.

Ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan penghulu dan ayah dari mempelai wanita. Di samping kirinya masih kosong, karna mempelai wanita di sembunyikan terlebih dahulu sebelum ijab kabul berakhir.

Matanya mencari-cari seseorang. Tapi seseorang yang ia cari tak ada dan tak datang.

Kamu kemana? Seharusnya kamu ada disini dan menggantikan Aysa sebagai pengantin. Batinnya melirih.

"Saudara Radipta Alfarisi, apakah sudah siap?" Tanya sang penghulu yang memakai kacamata itu.

Faris mengangguk siap walau hati tak siap.

Tangannya bergetar tatkala menjabat tangan ayah sang mempelai wanita. Penghulu memberikan pengarahan kepada ayah dari calon istri Faris.

"Saudara Radipta Alfarisi, saya nikahkan kau dengan putri sulung saya Raden Roro Tiara Aysa Nasution binti Thamrin Ahmad Nasution dengan seperangkat alat sholat dan emas sepuluh gram beserta uang dua juta rupiah dibayar tunai!" Untaian kalimat yang harus Faris ikrarkan.

Faris menarik napasnya dalam-dalam, "Saya terima nikahnya Raden Roro Dwi Ayna Nasution..."

Loh kok aku sebut namamu? Faris mengucap dalam hati.

Ijab kabul di berhentikan sejenak. Kenapa Faris salah menyebutkan nama mempelai wanita? Faris mendapat tatapan tajam dari calon ayah mertuanya. Tak hanya mertua, dari orang tua kandung pun.

"Jika salah mengucap ijab sebanyak tiga kali. Tandanya sudah batal dan harus di ulang lain waktu." Ujar sang penghulu. Hati Faris berubah semakin tak karuan.

Ia malu pada dirinya sendiri. Di tambah atasan kesatuannya ikut serta menjadi saksi pernikahannya. Tapi kenapa Faris salah mengucap ijab?

Thamrin sebagai yang menikahkan menjabat kembali tangan Faris yang sudah berkeringat dingin, "Fokus Ris bukan Ayna yang saya nikahkan." Menatap Faris yang tertunduk, ".. Saya ulangi kembali."

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang