50|Jalan Pulang

4.9K 377 15
                                    

Yeayy!! Up lumayan cepat ya...

Komenan udh di baca kok, tp ga bisa balesin satu2, maaf;( insyaAllah nanti di balesin, jgn lupa vomment😘

Selamat hari senin.

Enjoy for reading, guys!

****

Memasukan jilbab instan berwarna hijau tua ini kedalam PDU-ku, lalu merapikan di depan cermin. Selesai. Lanjut aku mengoleskan lipmate berwarna merah marun di bibirku. Entahlah, untuk dinas aku selalu memakai lipstik yang warnanya tidak cerah.

Sudah selesai. Semuanya.

Jam menunjukkan pukul delapan kurang dua puluh menit pagi. Upacara dimulai pukul delapan pagi. Santai saja, jarak antara lokasi upacara dekat ini. Toh, aku sedang di mess.

Iya, aku sudah dinas. Senang sekali rasanya. Satu bulan yang lalu aku sudah masuk dinas dan kembali tinggal di mess. Pertama aku masuk dinas, semua di tempat dinasku antusias sekali. Mereka terkejut melihatku duduk di ruangan. Katanya, mereka semua rindu denganku. Terutama Bunga, iyalah, kami tak bisa terpisahkan.

Orang tuaku menyuruh untuk tinggal bersama mereka dulu. Tapi, ya aku tak bisa. Jarak antar rumah dan Ditkumad lumayan jauh. Jadinya, aku memohon-mohon untuk tinggal di mess. Untungnya mereka memaklumi. Tadinya harus menunggu Sakti pulang dulu.

Menunggu persetujuan Sakti untuk aku masuk dinas itu lama, sudah satu bulan hampir dua bulan ini dia tak ada kabar. Serius, biasanya untuk tugas operasi itu hanya sebentar. Tapi ini? Hampir dua bulan tak ada kabar. Ya Tuhan...

Aku selalu menanyakan pada Bela, katanya, mereka disana baik-baik saja. Maksudnya, teroris sudah dikalahkan oleh mereka para prajurit yang bertugas disana. Dengar-dengar tak ada prajurit yang gugur atau terluka. Puji syukur, mereka selamat. Tapi belum pulang juga.

Aku rindu Sakti...

Tak bisa aku melihat senyumnya, tawanya, marahnya. Setiap hari aku selalu menanti panggilan telpon darinya. Satu kabar saja, aku sangat rindu padanya. Semoga Sakti selalu dalam lindungan-Nya. Termasuk semua prajurit yang berangkat tugas.

"Let, ke lapangan kapan?" Bunga tiba-tiba datang, dia sudah siap.

Aku membenarkan dasiku sebentar, kurang rapi, "Sekarang lah. Orang gue jadi protokol."

Bunga mengangguk-ngangguk, "Okedeh, lo yang nyupir ya. Males gue."

Membulatkan mataku, seraya mengambil ponsel yang ku charge, "Tapi ntar siang traktir gue makan."

Kembali Bunga mengangguk dan mendengus, "Giliran masalah makan, nomor satu. Dasar." Lalu berjalan keluar kamar.

Aku tertawa, berjalan membututinya ke arah parkiran.

Kira-kira, sudah satu minggu ini aku menjadi supir Bunga. Mood Bunga pun sekarang jadi tak menentu, mood swing nya benar-benar menyusahkan orang lain. Tak apalah, efek galau mungkin. Bunga sedang galau, galau parah. Karna dia tak jadi bertunangan. Calon nya itu meninggalkan Bunga karna lebih memilih anak kuliahan semester awal daripada Bunga yang sudah mempunyai masa depan cerah. Parah sekali bukan?

Hingga pekerjaan pun Bunga jadi tak fokus. Sering menangis tiba-tiba. Dan menjadi sedikit aneh juga. Yang biasanya ceria sekali, menjadi pendiam. Hatinya sedang berkabung. Turut bersedih dengan keadaan hatinya.

Jalanan lumayan tidak macet. Aku mengendarai mobil dengan santai seperti di pantai. Ku lirik sebelahku, Bunga melamun, tatapannya seperti kosong. Kasihan dia, gagal menikah. Pacaran selama sembilan tahun dari mereka sama-sama sekolah menengah atas. Ketika sudah serius, Bunga ditinggalkan begitu saja. Alasannya, karna di jodohkan oleh orang tua si laki-laki.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang