52|Rencana

5.4K 351 66
                                    

OKE GAIS.. MAAPIN KALO UPDATE NYA SUPER DUPER LAMAAAAA...

BUKANNYA APA-APA, CUMA LAGI BANYAK TUGAS AJAAA...

MAAPIN YAAA!!

MAAPIN JUGA GAK NYAMBUNG, TRS DIKIT PARTNYA.

HAPPY READING!!

****

Apa yang terlintas dibenak kalian kata-kata LDR?

Ya, itulah aku sekarang. Jauh sekali. Tidak-tidak. Aku LDR dengan Sakti. Baru dua bulan, bukan waktu yang lama bukan?

Awalnya Sakti menolak untuk kami tidak satu rumah. Namun, tugas sepertinya menolak keras untuk aku satu rumah dengan Sakti. Aku sudah mengajukan pemindahan tugas dan tempat tinggal. Tapi, belum rezekinya.

Yasudah, dengan kepala dingin. Aku dan Sakti menyelesaikan hal yang terbilang rumit ini. Tapi tenang saja, dua minggu aku tinggal di asrama Sakti kok. Ya, cuma kendalanya hanya satu. Aku harus bolak-balik. Menguras waktu dan tenaga juga. Sering telat juga, dan itu menjadi pelajaran berharga untukku.

Seorang prajurit telat. Itulah aku.

Sudah menikah, tapi tidak seperti menikah. Ya, itulah aku. Malah Bunga yag selalu menemani hari-hariku, bukan Sakti. Tapi, dia juga ketika akhir pekan atau libur-libur nasional yang tidak menyibukkan selalu menyempatkan dirinya untuk bertemu denganku. Sekedar mengetahui keadaanku dan rindu, tentunya.

Siapa yang tak rindu dengan kekasih halal?

Malam ini, aku sudah siap dengan seragam PDU dan dua lembar kertas yang berisi susunan acara serta puisi.

Sudah terbayang? Benar, aku menjadi Master of Ceremony pernikahan, lagi. Dan membaca puisi Pedang Pora kembali. Aku sudah hapal bagaimana upacara Pedang Pora, isi puisinya pun. Toh, aku selalu yang baca.

Miris bukan? Aku selalu membacakan puisi kepada orang lain, tapi aku sendiri belum pernah merasakan dibacakan isi puisi tersebut. Kadang, aku ingin marah pada diriku sendiri. Kenapa kecelakaan itu harus terjadi? Tetapi, bagaimana, aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Ini salahku, dan aku harus menerima itu. Pun sudah takdir bagiku.

Upacara telah dimulai. Beberapa pasukan Pedang Pora melakukan aksinya. Sesampai membuat formasi melingkar dan menghunuskan pedang, aku mulai beraksi dengan membacakan serangkaian kalimat-kalimat itu.

Terasa air mataku menetes. Sedih rasanya melihat pemandangan di depan. Ingin merasakan juga, tapi itu kapan?

Meminta pada Sakti? Dia hanya menjawab nanti ya, sabar. Terkadang aku bosan dengan perkataan Sakti yang monoton seperti itu. Seperti tak ada kata-kata lain.

Pada Mama, pun sama. Katanya menunggu waktu yang tepat, kerjaan kalian semakin sibuk. Memang ada benarnya, tapi aku bisa kok meng-handle sebentar pekerjaanku untuk hal yang sakral.

Lalu pada Kak Aysa, syukurin yang ada, cuma akad doang juga untung, dari pada gak nikah sama sekali. Fyuh, menyesal aku meminta saran padanya mentang-mentang dia sudah pernah merasakan. Iya sih, akad saja sudah bersyukur. Tapi belum afdol jika belum merasakan Pedang Pora, bagiku.

Upacara Pedang Pora sudah selesai. Kini giliran kedua pengantin berfoto bersama pasukan Pedang Pora. Aku kembali ke dekat pelaminan untuk menyampaikan perihal acara-acara selanjutnya.

Yang menikah adalah Abang satu lettingku. Lettu Bagas. Letting satu ini selalu mengerti apa yang dirasakan letting-letting lainnya. Motivator juga. Maka dari itu, pas sekali dia menikah dengan seorang pengacara serta motivator juga.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang