42|Struggle of Ayna & Sakti

3.9K 327 19
                                    

Nuansa serba merah muda serta putih digantikan dengan nuansa serba putih-putih. Aroma khas bunga di gantikan dengan aroma khas obat-obatan. Sangat menyeruak masuk ke indra penciumanku.

Tiga puluh menit yang lalu aku berada disuasana yang membahagiakan. Kini berubah menjadi suasana mengerikan, menyedihkan, dan menakutkan.

Aku berlari terpogoh-pogoh ke ruangan IGD. Kak Aysa akan melahirkan, tapi kondisinya sangat menghawatirkan. Belum saatnya bulan untuk lahiran, ia mengerang kesakitan ketika prosesi ijab kabul sepupuku yakni Bela sedang dilaksanakan.

Dan suasana di acara pernikahan Bela pun menjadi tegang. Setibanya sang mempelai pria tengah mengucap kalimat sakral itu, tak lama kemudian Kak Aysa kesakitan, cairan bening dan darah segar keluar begitu saja menodai rok putihnya.

Sebagai adik yang siaga, aku membawa kakak kesayanganku ke rumah sakit. Walaupun ia lebih dulu di bawa ambulans. Karna aku harus menitipkan putri kecilnya dulu yakni Ayfa, gadis kecil itu jangan sampai menangis histeris lagi melihat ibunya kesakitan. Kak Aysa melahirkan tanpa suami. Sebab, Mas Faris sedang di tugaskan ke Amerika Serikat untuk melaksanakan pelatihan perang disana.

"Kakak sabar ya?" Aku mengusap peluhnya yang keluar dari dahinya.

Alat-alat rumah sakit sudah terpasang di setiap tubuh Kak Aysa. Dia mengalami pendarahan hebat, napas pun melalui selang oksigen. Wajah cantiknya terlihat sangat pucat. Terus menerus mengeluh kesakitan, pun aku ikut menangis.

"Sakit, Dik. Ya Allah... Maafin gue, ya Dik?" Menangis kesakitan menggenggam tanganku, "Mama... Maafkan Aysa Ma, Aysa banyak dosa pada Mama. Sakit Ma... Gak kuat."

Mama yang berdiri dihadapanku pun terus menerus menangis dan menciumi kening anak sulungnya yang sedang bertarung dengan maut. Ya Tuhan, merasa bersalah dulu aku membenci kakakku.

"Istighfar, Nak. Sebut nama Allah, sertakan Ia." Ucap Mama, sangat menyedihkan sekali.

"Aysa gak kuat Ma." Eluhnya yang terus merubah posisi berbaringnya, "Pa.. Sakit Pa.. Maafkan Aysa." Giliran pada Papa.

Papa yang berada di sampingku menguatkan Kak Aysa, walaupun air mata tak bisa bohong. Lelaki sejatiku itu mengeluarkan air matanya.

"Mas Faris.. Mas Faris dimana? Hiks.. Mas, aku butuh kamu, Mas.."

Segera aku keluar ruangan dan merogoh ponsel, aku mencari-cari nama seseorang yang akan ku hubungi. Mas Faris, aku harus menghubunginya, bagaimanapun dia suami Kak Aysa dan dia harus tahu keadaan Kak Aysa sekarang.

Dan sial! Nomornya tak aktif! Harus bagaimana aku menghubunginya di keadaan genting seperti ini? Mungkin aku kirim pesan saja pada lelaki yang sedang berada di beda benua itu.

Kembali masuk kedalam ruangan, sudah ada dokter-dokter yang akan menangani Kak Aysa. Dokter bilang Kak Aysa harus segera di operasi untuk mengeluarkan bayi yang berada di perutnya. Ia tak bisa persalinan normal, melainkan harus persalinan sesar. Dan itu harus segera di laksanakan, jika tidak akan berakibat fatal bagi ibu dan bayinya.

Mau tak mau aku sebagai pihak keluarga menyetujui itu. Termasuk Papa dan Mama. Walaupun Kak Aysa bersikeras tidak mau persalinan melalui operasi, dia tetap pada pendiriannya ingin persalinan secara normal.

Kak Aysa sudah siap masuk kedalam ruangan operasi, tatapannya nanar dan di raut wajahnya ada keikhlasan disana. Sebelum masuk kedalam ruangan OK, atau operation kameur, menggenggam tanganku terlebih dahulu lalu membisikkan sesuatu kepadaku.

"Doain kakak, ya Dik? Bilangkan pada Bela dan suaminya permohonan maaf dariku, aku sudah mengacaukan pernikahannya." Kalimatnya yang samar-samar.

Aku mengangguk lalu mencium keningnya, "Kakak tidak mengacaukan kok. Kan belum acara inti, lagian kami semua panik."

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang