31|Praspa

4.3K 339 54
                                    

Tujuh bulan berlalu ku lewati dengan suka, duka, tawa dan canda. Selama aku pendidikan banyak sekali momen-momen indah yang berharga untukku. Dari awal perjuangan, hingga akhirnya tiba dimana aku harus meninggalkan dunia pendidikan selama tujuh bulan.

Hari ini tepatnya, hari yang ku tunggu selama pendidikan. Praspa, Prasetya Perwira. Senang bukan kepalang, aku sungguh bahagia menanti hari ini. Hari dimana pangkat di pundak 'Dikmapa PK' berubah menjadi pangkat balok kuning satu  di pundak atau 'Letnan Dua'.

Ternyata, Tuhan merencanakannya begitu indah. Ia mengujiku agar aku selalu bersabar menanti cita-citaku. Sangat aku ingat, ketika jaman mendaftar dulu sebagai Taruni, aku gagal kala itu, lalu aku mendaftar Bintara AD, dan bukan rezekiku lagi. Terakhir mendaftar Taruni untuk yang kedua kalinya, lagi-lagi Tuhan belum mengijinkan aku untuk menjadi seorang TNI. Namun, kini impian yang selalu aku panjatkan tercapai dan terpampang nyata. Betapa baiknya Tuhan padaku.

Aku berdiri tegap di bawah sinar mentari pagi, di hamparan rumput hijau Lapangan Sapta Marga. Diantara ratusan calon perwira yang akan di lantik. Senyumku selalu mengembang dari awal masuk lapangan hingga sekarang pengangkatan sumpah perwira yang di wakilkan oleh ke empat rekanku dari Matra Darat, Laut, dan Udara.

Hatiku menggebu-gebu menanti kedatangan orang-orang tersayangku. Upacara telah usai, aku bersama Perwira Remaja yang baru saja di lantik tetap di lapangan menunggu orang tua atau sanak saudara turun ke lapangan mencari anak-anaknya.

Aku masih berdiri, Maya yang berbaris di sebelahku sudah ditemukan oleh kedua orang tuanya beserta adik, kakak dan kekasihnya. Bagaimana dengan ku? Masih tetap berdiri dengan manik mataku mencari-cari.

Kepalaku merunduk sejenak, kemana Mama dan Papa? Kenapa mereka tak ada di hari kebahagiaan anak mereka? Air mataku luruh dan masih tertunduk. Rekan-rekanku sudah di temukan oleh orang tuanya.

Menadahkan kepalaku kembali, seorang wanita paruh baya berjalan ke arahku dengan menggunakan kebaya biru mudanya, senyumku mengembang dan tangisku runtuh tak kuat. Ternyata aku salah sangka kepada orang tuaku.

Aku menghormat kepada wanita itu, wanita yang telah melahirkanku dan membesarkanku hingga saat ini aku menjadi anak negara. Dengan refleks aku bersujud di kaki Mama.

Mama mengangkat tubuhku, "Ya Allah... Selamat sayang, selamat Nak. Mama bangga sama kamu." Mama memelukku erat aku pun memeluk Mama erat dan menangis tersedu-sedu.

Sungguh aku sangat terharu, harus aku gambarkan seperti apalagi kebahagiaanku ini?

Mama menciumku berulang kali, lalu memelukku kembali. Kini aku tahu, betapa berharganya seorang ibu itu.

"Maaf Nak, kami telat menemukanmu. Tadi saja Mama sampai salah orang.." Terdengar suara Papa di sebelah, aku melupakan laki-laki ini, lelaki hebat yang senantiasa selalu memanjakanku.

"Papa....." Aku menghambur ke pelukan Papa dan menangis di dada yang masih bidang ini walau usianya sudah menua. Sungguh bahagia juga, Papa akhirnya datang dan melupakan sejenak pekerjaannya.

Papa melepaskan pelukannya lalu mencium keningku, "Sekarang kamu sudah menjadi pengabdi negara, seorang Perwira, pemimpin, Papa mohon sama kamu, jadilah pemimpin yang bertanggung jawab dan jagalah keutuhan negri ini."

Aku menghormat pada Papa yang dibalas olehnya. Kini aku memeluk Papa dan Mama secara bersamaan.

"Selamat Praspa ya Dik, gue bangga sama lo." Aku menoleh kebelakang arah sumber suara tersebut.

Kak Aysa tersenyum membawa sebuket bunga, dirinya mengenakan pakaian hijau-hijau serta jas hijau tuanya yang ku ketahui itu seragam Persit, lalu menghambur lalu memelukku, "Maafin gue, Dik.."

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang