34|Antara Sakti dan Yadi

5.1K 353 22
                                    

Mataku terus menerus melihat pemandangan di depan. Pemandangan yang mungkin diinginkan semua kaum wanita tentunya aku sendiri. Dimana seorang perempuan akan menjadi ratu dalam sehari, dengan dibalut perasaan bahagia berjalan bersama seseorang yang dicintai dalam ikatan suci pernikahan lalu berjalan elok menggandeng lengan sang kekasih halal di bawah hunusan pedang.

Pikiranku membayangkan jika aku berada di posisi perempuan yang sedang berjalan di bawah gapura pedang. Aku membayangkan dengan lelaki yang entah siapa. Toh sampai sekarang aku bingung siapa yang aku sukai kan?

Pedang Pora masih berjalan sangat mulus, kini kedua pengantin itu saling berhadapan di bawah hunusan pedang dengan para prajurit yang melingkar. Saat beberapa bait puisi di ucapkan, hatiku terasa meleleh begitu saja. Akankah aku seperti itu?

"Kamu mau gak nikah pakai prosesi militer?" Tanya Sakti di sebelahku yang juga terhipnotis melihat prosesi militer ini.

Aku mengangguk dengan mata yang masih fokus, "Siapa yang gak mau coba, Sak? Semua perempuan pasti menginginkannya."

"Nanti kita bakal kayak gitu kok, Ayna. Bersabarlah..." Ucapnya santai dengan pandangan masih melihat prosesi.

Konsentrasiku melihat Pedang Pora buyar, wajahku segera aku palingkan ke hadapan Sakti, "Maksudnya?!"

Sakti hanya memalingkan wajahnya sekilas, "Lupakan." Kembali melihat prosesi militer ini ketika pemakaian cincin.

Senyumku terus mengembang. Kalimat kapan ya aku gitu, terngiang-ngiang dalam pikiranku. Sudahlah Ayna, fokus dulu pada Sarcabmu sampai penempatan. Barulah sesudah itu pikirkan masa depan, yakni menikah!

Siapa sih yang tidak menginginkan untuk menikah? Menyempurnakan agamanya? Memiliki imam dalam rumah tangga? Pastilah semua orang menginginkan itu. Pada dasarnya, menikah mudalah yang paling banyak dilakukan. Mungkin agar terhindar dari dosa, interval waktu untuk pacaran sesudah halalnya lama, dan masih banyak lagi.

Tapi, secara garis besar, banyak orang-orang menikah muda karna satu masalah. Yaitu si perempuan, maaf, hamil di luar nikah. Dan itu banyak sekali terjadi. Tapi tidak banyak juga sih, memang kenyataannya ada yang seperti itu. Amit-amit jangan sampai.

Bagaimana denganku tentang menikah muda? Ya, aku sangat ingin sekali menikah muda. Tapi apa daya, jodoh belum ada kan ya? Dan masa ikatan dinas pun baru dimulai, jadi harus terima nasib saja. Namun seperti ini, bagiku dampak nikah muda itu ada, takut tidak bisa mengontrol emosi dalam berumah tangga, lalu rasa egoisme dan kelabilan yang masih remaja kan belum stabil. Seperti rekan satu kampus ku, menikah di usia sembilan belas tahun, namun hanya cukup beberapa bulan sudah bercerai.

Apa masalahnya? Karna masalah sepele, rekanku itu masih labil pikirannya. Dan lebay gitulah, masa iya sudah berumah tangga dan memiliki suami untuk makan saja masih meminta kepada orang tua? Itu kan tidak boleh, alasannya si suami masih mengurusi skripsian dan si istri masih semester tiga. Akhirnya mereka bercerai juga, kan. Bukan maksud aku gosip, tapi kenyataan.

Sakti menarik tanganku berjalan ke atas pelaminan untuk memberi selamat pada kedua mempelai. Sejenak aku tak bisa berpikir apa-apa. Dengan tiba-tiba Sakti menggenggam tanganku begitu saja. Ya ampun...

"Maaf, " Ucapnya lalu melepaskan genggaman tangannya ketika kami sudah berada di atas pelaminan, "Soalnya dari tadi kamu bengong."

Aku hanya tersenyum karna malu. Duh Sakti kenapa bisa sih kamu berlaku seperti ini? Jadinya kan aku harus menanggung malu jika berada di dekatnya.

Lanjut aku dan Sakti memberikan selamat kepada Abang asuh Sakti beserta istrinya. Dengan sok akrab dan sok kenal gitulah.

"Selamat menempuh hidup baru ya, Bang! Adik asuhmu ini senang melihat abangnya yang menjomblo terus tiba-tiba menikah." Ucapan Sakti membuat Abang asuhnya ini tersenyum sinis.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang