13|Mama Kapan Pulang?

5.5K 335 4
                                    

Dua bulan berlalu, aku masih saja di sibukkan dengan yang namanya skripsi. Begitu menakutkan dikalangan mahasiswa tingkat akhir. Berapa banyak hasil jerih payahku di coret-coret oleh tinta menakutkan itu? Berapa banyak waktu ku habiskan membuat tulisan bak novel itu? Kini usaha yang membuatku sedikit tak waras itu terbayarkan.

Hari ini aku akan sidang skripsi. Puji syukur skripsiku diterima dengan senang hati oleh dosen pembimbingkh. Betapa bahagianya seorang Ayna yang setiap waktu mengejar-ngejar dosen pembimbing. Ya Tuhan, semoga sidang kali ini sukses. Aku harus lulus tepat waktu dengan nilai yang memuaskan, Bismillah.

Memasuki ruang sidang, ku tarik napas dalam-dalam. Merilekskan otot-otot agar tidak tegang. Cara ini ku lakukan saat seleksi Mental Ideologi ketika ku mendaftar dulu. Ah jadi rindu seleksi. Oke Ayna, fokuskan dirimu untuk beberapa jam yang menentukan kelulusanmu.

Dengan bermodalkan hapalan dan pengetahuan seadanya, diri ini sudah siap dengan percaya dirinya menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh dosen. Hati ini menggebu tatkala dosen menanyaiku. Apakah hari ini aku beruntung? Pertanyaan ku jawab semua tanpa ada jeda, dan lancar saja.

Dan alhasil, sidangku ini lancar. Keluar ruangan aku berbangga hati. Di luar sahabat-sahabatku sudah siap dengan membawakan selempang yang terpampang namaku serta buket bunga dan sebuah mahkota.

R.R. Dwi Ayna Nasution. S.H

Nabila, memasangkan selempang padaku. Nila, memasangkan mahkota padaku. Rina memberikan buket bunga yang sangat besar berwarna-warni itu. Serta ke dua sahabat lainnya, yakni Syifa dan Fauziah merekam momen.

Apa aku bahagia? Jelas sangat bahagia sekali. Sampai-sampai air mataku luruh seketika. Dengan senang hati, kelima sahabat perempuanku di kampus memelukku erat. Tapi, aku masih belum bahagia seutuhnya. Aku berharap, orang-orang yang kusayang hadir bersamaku.

"Dih, sarjana hukum nangis begini. Gak bagus nih di fotonya, mellow gini." Seloroh Syifa seraya menampilkan foto yang dia abadikan padaku.

Aku menyeka air mata dan merangkul kelima sahabatku itu, "Oke, gue gak bakal sedih. Asal kalian harus lulus sidang. Masuk bareng, keluar juga bareng. Dan sukses bareng."

"Doakan kita sidang nanti. Pokoknya, nanti saat wisuda kita pakai toga sama-sama." Imbuh Rina yang sangat antusias, ku lihat dari sorot matanya ada kekhawatiran, beberapa jam lagi Rina akan masuk ke ruangan sidang.

Kami pun saling menyemangati satu sama lain. Satu persatu dari kami masuk kedalam ruang sidang. Dari berlima akulah yang paling pertama di sidang. Semoga sahabat-sahabatku itu lulus dengan nilai yang sempurna. Ngomong-ngomong IPK, Alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang memuaskan hati dan bisa dibilang cumlaude. Dan bisa kubilang, pendidikan is coming soon. Semoga saja.

Berjalan ke arah kantin sendirian karna yang lain sedang sidang, aku melihat sesosok manusia diam di Fakultas Psikologi. Siapa lagi jika bukan Karim. Senang sekali dirinya diam di FPsi akhir-akhir ini. Bukan lagi jika menemui sang gebetan. Semenjak penolakan habis-habisan bulan lalu itu, dia sudah tak mengejarku lagi, sekedar menyapa, tersenyum, itu sudah tidak. Karim sudah menjauhiku, sangat jauh. Bertatap wajah saja sudah enggan. Mungkin dia sakit hati padaku, ah tak perduli juga. Kenapa aku jadi memikirkan si Karim?

Tawanya sangat lepas bersama seorang wanita. Ku katakan mungkin sangat bahagia, aku tersenyum melihat Karim sebahagia ini. Bayangkan jika denganku, mungkin Karim akan makan hati setiap hari. Ah aku jadi rindu Mas Faris. Kabarnya bagaimana ya setelah dua bulan terakhir ini? Apa tugasnya lancar saja? Ku dengar dari berita televisi katanya ada kecelakaan helikopter menuju Poso tetapi jasad mereka sudah ditemukan, serta ada dua orang prajurit yang gugur karna terkena tembakan dan jasadnya belum ditemukan.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang