17|Cinta Segitiga (past)

5K 331 9
                                    

Rindu. Satu kata yang sangat aku benci kali ini. Rindu ini tak dapat ditahan. Hampir empat bulan aku tak pernah mendengar suaranya, apalagi wajahnya. Sudah bosankah dia denganku? Bukannya seharusnya aku yang bosan dengannya karna tak ada kabar dan tak dihubungi olehnya? Sudah-sudah jangan pikir yang aneh-aneh.

Radipta Alfarisi, kekasihku sekaligus mantan kekasih kakakku sejak tiga bulan lalu tak mengabariku. Ku lihat media sosialnya juga tak aktif, hanya teman-temannya saja. Aku sengaja mengikuti akun salah satu temannya, agar aku tahu perkembangannya juga. Tenyata, memanglah sibuk.

Malam ini, rumahku agak ramai. Sanak saudara datang ke rumahku untuk merayakan akhir tahun, padahal masih dua hari lagi akhir tahun tiba dan berganti awal tahun. Keluarga dari Papa, Mama berkumpul menjadi satu. Kak Aysa pun ada, dia pulang dua minggu sebelum akhir tahun tiba. Tapi aku masih bersedih, tak ada Papa disini. Kemarin, beliau pulang hanya sebentar, lalu pergi kembali karna ada proyek akhir tahun yang harus di selesaikan. Sangat sedih.

"Dik..." Panggil Kak Aysa lesu membuka pintu kamarku

Aku mengangkat sebelah alisku, dan membuka earphone, kenapa Kak Aysa lesu begini? "Oy? Ada apa Kak?"

Masuk kedalam lalu duduk di pinggir kasur, "Ada tamu." Berubah datar dan dingin sekali.

Heran, tumben sekali jika ada tamu Kak Aysa seperti ini? "Emang masalah sama gue tamunya? Pasti tamu Mama atau Papa, kan? Bukannya di rumah banyak orang?"

Mengintimidasi wajahnya, matanya menatapku lekat sekali, "Temui dia. Tamu penting." Kembali datar.

Aku diam, tak menjawab apapun. Membuat penasaran. Lantas Kak Aysa menarik tanganku, "Adik harus temui dia."

Masih tak mengerti, memaksa sekali Kak Aysa ini menyuruhku untuk menemui tamu itu? Kenapa tidak Kak Aysa saja coba. Ah paling tamu Mama atau Papa yang ingin bertemu orang tuaku. Malam ini Mama sedang tidak ada di rumah, beliau sedang berkunjung entah kemana. Memang biasanya jika ada tamu selalu bertemu padaku, setelah itu aku sampaikan.

Merapikan rambutku dengan tangan di tarik Kak Aysa keluar kamar, sesaat di anak tangga paling atas, dia enggan untuk kebawah. Aneh sekali kan? Dia yang menyuruhku untuk bertemu tamu itu, tapi dia sendiri juga yang tak mau.

"Kenapa lo diam disini? Kita sama-sama temui tamunya." Menyuruh Kak Aysa untuk turun ke bawah.

Menggeleng tak mau. Tubuhnya menegang, tangannya dingin sekali, dan wajahnya pucat, kenapa dengan Kak Aysa ini? Siapa sih tamunya itu? Kenapa membuat Kak Aysa menjadi seperti ini?

"Lo sakit? Yasudah istirahat sana. Ntar kalau sakit berabe." Suruhku, menuruni anak tangga, Kak Aysa masuk ke dalam kamarnya di sebelah kamarku,

Di ruang tamu, aku tak menemui tamu yang dimaksud Kak Aysa. Yang ada hanya saudara-saudaraku yang sedang berlalu lalang menyiapkan untuk tahun baruan, padahal masih lama ya kan? Tak apalah, biar rumah ramai. Daripada sepi.

"Mbak.. Mbak Ayna." Ucap sepupu kecilku, Azmi, seraya mengayunkan tanganku,

Sangat aneh sih aku di panggil 'Mbak' toh Azmi ini anak dari sepupu Mama yang berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta.

Aku berjongkok mensejajari dengan tubuhnya, "Ya sayang? Ada apa?"

Menarik tanganku, "Ikut Azmi yuk?"

Mengangguk lalu berdiri untuk mengikuti langkahnya. Berada di taman, terletak di belakang rumah. Taman buatan yang nyaman di pakai untuk menenangkan diri.

Berlari kecil mengikuti anak berusia tujuh tahun itu, langkahnya terhenti dekat ayunan, "Om, sekarang kita main dengan Mbak Ayna ya?" Berucap memanggil nama 'Om'.

Struggle Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang