Duapuluhdelapan : This is true

822 42 3
                                    

Aletta yang kini sudah berada didepan rumahnya dibuat makin melemas. Didepan rumahnya sudah terpasang bendera kuning dan banyak pula orang yang melayat. Jadi ini nyata bukan hanya sebuah mimpi dari bunga tidur?

Begitu memasuki rumahnya, ia melihat ibunya yang sedang menangis keras. Entah mengapa ia tidak bisa mengeluarkan airmata seperti ibunya. Jika ditanya apa ia sedih, jawabannya tidak mungkin ada orang yang biasa saja ketika ditinggalkan orang yang mereka sayang.

Melihat ibunya yang menangis seperti ini membuat hati Aletta seperti teriris. Mengapa harus dirinya yang selalu menerima kejamnya kehidupan ini? Kapan semua penderitaan ini akan berakhir? Besok? Lusa? Entahlah, mungkin saja penderitaan ini takkan berhenti mempermainkan kehidupan Aletta.

"Mah," ucapnya buka suara setelah beberapa menit terdiam.

Begitu mendengar suara Aletta, ibunya langsung bangun dan memeluknya erat, membuatnya tak kuasa ingin mengeluarkan airmata yang berakhir ia tahan sekuat tenaganya. Hanya ada satu alasan, jika ia menangis pasti hanya akan membuat ibunya semakin bersedih.

"Mamah yang sabar." lanjutnya seraya mengelus pundak ibunya.

Beberapa menit kemudian ibunya melepaskan pelukannya lalu melangkah pergi memasuki kamar. Melihat tingkah laku ibunya membuat Aletta mengerutkan keningnya.

"Ini." ucap ibunya menyodorkan sebuah kertas begitu keluar dari kamar.

"Ini apa?" tanyanya tak mengerti.

"Kemarin malam sebelum papah kamu meninggal, papah kamu suruh mamah kasih ini saat kamu pulang."

"Aku keluar sebentar, mah." ucapnya lalu pergi meninggalkan rumahnya.

Ia pergi kebawah pohon tua dekat rumahnya, pohon tua inilah saksi bisu kenangan dengan ayahnya. Kenangan pada masa kecil yang begitu indah.

Ia mulai membuka kertas yang diberi ibunya, dan ternyata isinya adalah surat dari ayahnya untuknya.

Untuk Aletta, anak papah yang paling kuat.

Sayang, terimakasih sudah jadi anak papah yang kuat, anak papah yang tidak pernah mengeluh walaupun keadaan kita sangat sulit. Maafkan papah yang sudah pergi terlebih dahulu sebelum bisa membahagiakanmu. Papah pergi bukan karena papah tidak sayang padamu ataupun mamahmu. Papah pergi hanya karena papah tidak ingin selalu menyusahkanmu dan mamahmu. Bila papah sudah pergi, papah mohon jangan pernah membenci keadaan atau takdir. Papah ingin kamu tetap menjadi Aletta yang ceria dengan senyuman khasmu. Kamu harus janji sama papah, karena papah akan mengawasinya diatas sana. Meskipun kita sudah berbeda alam tapi cinta papah untuk kamu dan mamahmu takkan pernah berbeda ataupun hilang. Jadilah anak yang sukses, nak. Bahagiakan mamahmu dan papah. Ingat, papah selalu disampingmu dan menyayangimu.

Begitu membaca surat dari papahnya Aletta menjadi teringat akan janjinya dengan papahnya saat ia masih kecil.

Flashback on.

Di sore hari yang cerah, ditaman bermain terdapat ayah dan anaknya yang sedang menghabiskan waktu bersama seraya memakan eskrim.

"Papah." panggil Aletta yang saat itu berada dibangku kelas 5 SD.

"Apa sayang?" tanya ayahnya lembut.

"Waktu masih muda cita-cita papah apa?"

"Cita-cita papah?" tanya ayahnya.

Aletta mengangguk. "Iya, cita-cita papah."

"Mm..dulu waktu masih muda cita- cita papah ingin jadi pilot."

"Terus kenapa papah enggak jadi pilot sekarang?"

"Sekolah penerbangan mahal, sayang. Kakek enggak sanggup kalau harus sekolahin penerbangan untuk papah, jadi papah harus urungkan niat papah untuk jadi pilot."

"Terus sekarang cita-cita papah apa?" tanyanya seraya menjilat eskrimnya yang tinggal setengah.

"Kalau untuk sekarang cita-cita papah cuma ingin jadi papah yang baik untuk kamu." balas papahnya seraya membersihkan es krim yang belepotan ke hidungnya.

"Tenang aja pah, papah mungkin enggak bisa mewujudkan cita cita papah. Tapi aku bakal buat papah naik pesawat yang duduknya dekat co-pilot, biar papah bisa ngerasain gimana rasanya jadi pilot walau cuma hanya merasakan."

"Wah, bener ya?"

"Iya, papah tunggu aja nanti saat aku udah besar, aku bakal ajak papah naik pesawat yang duduknya dekat co-pilot."

"Oke, papah tunggu janji kamu." ucap papahnya lalu mengelus rambut Aletta penuh kasih sayang.

Flashback off.

"Pah, kenapa papah pergi saat aku belum bisa nepatin janji aku?"





5 May 2018.

A/n

Hai diriku kembali lagi! Maap bgt ya slow update sekali:((karena aku skrg udh kerja jd susah bgt mau nulis, pulang malem berangkat pagi shay:((

Happy satnight and enjoy!💙

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang