Sudah seminggu yang Aletta lakukan hanyalah tidur. Semenjak papahnya pergi meninggalkannya, Aletta menjadi seperti ini. Yang ia lakukan hanyalah tidur tanpa makan ataupun mandi. Meski sudah tidak mungkin, Aletta tetap berharap ini hanya mimpi.
Hingga pada tidurnya yang genap seminggu, papahnya datang kedalam mimpinya. Ia mengatakan jika Aletta harus tetap menjadi pribadi yang ceria seperti sedia kala. Aletta pun berpikir harus sampai kapan dia seperti ini? Pasti papahnya takkan suka jika ia seperti ini. Ia pun tak mau menambah beban pikiran ibunya. Seharusnya didalam keadaan seperti ini ialah yang harus menjadi kekuatan dan tempat bersandar untuk ibunya.
Aletta memulai kembali kehidupannya, pergi ke sekolah walau masih dalam keadaan murung. Disekolah, ia selalu mendapat tatapan tajam dari semua murid SMA Angkasa Pura. Kata-kata tak enak pun terdengar kedalam telinga Aletta.
"Ih, masih berani aja dia ke sekolah."
"Ngapain dia masih di sekolah ini? Cewek pembunuh kaya dia, gak pantes sekolah disini!"
"Kasian ya, saking cintanya nggak terbalaskan sampai jadi pembunuh kaya gitu."
Ya, sekiranya begitulah kata-kata yang dilontarkan untuknya. Tetapi Aletta tak menghiraukannya, ia tetap melangkah menuju kelas.
Sesampainya dikelas semua teman sekelasnya pun ikut melihatnya dengan tatapan tajam. Aletta hanya anggap semua ini seperti angin lalu karena semua orang hanya mendengarkan sepihak tanpa mendengarkan yang sebenarnya.
Aletta menidurkan kepalanya diatas meja, hingga Yoongi pun datang dengan emosi meluap yang siap menghakimi Aletta.
"Lo! Lo harus tanggung jawab! Gara-gara lo lakuin ini, Feli jadi kena trauma berat!" ucap Yoongi dengan nada keras.
Aletta hanya diam tetap dalam posisinya, Aletta tak ingin membalas perkataan Yoongi barang satu kata pun.
"Jawab jangan diem aja! Lo harus minta maaf! Lo nggak sadar kalo lo hampir bunuh orang?!" sambungnya namun Aletta tetap diam seribu bahasa.
"Hahaha, buat apa juga gue buang-buang tenaga cuma buat ngomong sama lo? Percuma! Karena lo nggak akan minta maaf sampai kapan pun. Ini yang terakhir kalinya gue ngomong sama lo! Jauh-jauh dari gue lo, PEMBUNUH!" ucap Yoongi dengan penekanan diakhir katanya.
Aletta tak tahan dengan semua perkataan yang dilontarkan oleh Yoongi, ia pun mengeluarkan suaranya.
"Kenapa? Kenapa gue harus minta maaf padahal itu bukan kesalahan gue! KENAPA?!" ucap Aletta geram karena selalu disalahkan padahal itu bukan kesalahannya.
"Lo cuma nilai apa yang lo liat tanpa tau hal yang sebenarnya. Asal lo tau Yoon, gue emang suka sama lo bahkan sayang tapi maaf gue bukan psikopat." Aletta terdiam sebentar sebelum kembali melanjutkan percakapannya. "Oke, gue juga janji ini yang terakhir kalinya gue ngomong sama lo!" ucap Aletta lalu pergi meninggalkan Yoongi yang diam mematung setelah mendengar kata-kata Aletta.
Pikirannya makin kacau kala Yoongi menghakiminya tanpa henti. Aletta pun memutuskan untuk pergi ke rooftop karena hanya rooftop yang bisa menenangkannya. Aletta berbaring dibangku rooftop menatap keatas langit yang cerah berwarna biru. Hingga Hoseok datang menemuinya.
"Ta," ucapnya begitu tiba di rooftop.
"Hm," balas Aletta sekenanya.
"Gue boleh duduk disini?" tanyanya.
"Duduk aja."
"Ta, kenapa lo enggak cerita kalau bokap lo meninggal?" tanya Hoseok dengan nada hati-hati.
"Buat apa gue cerita?" jawab Aletta dingin.
"Gue sahabat lo, Ta. Udah seharusnya lo cerita sama gue apapun itu."
Aletta hanya tersenyum miris mendengar ucapan Hoseok.
"Keluarin semuanya, Ta. Nangis sepuas lo karena gue yakin lo pasti belum nangis setelah bokap lo pergi."
"Kalo gue nangis emang semuanya bisa berubah?"
"Nangis emang nggak bisa ngerubah semua yang udah terjadi tapi nangis bisa bikin lo lega. Jadi, nangislah sepuas lo. Gue disini bakalan temenin lo sampai perasaan lo udah lega."
Detik berikutnya Aletta menangis sejadi-jadinya, pertahanan yang ia buat selama ini runtuh begitu saja. Benar, Aletta memang harus menangis agar semuanya lega bukan harus pura-pura kuat seperti ini.
Ia menangis dipelukan Hoseok karena hanya Hoseok yang ia miliki sebagai tempat sandaran.
"Kenapa, Hos? Kenapa harus gue yang terima semua keadaan buruk ini terus? Gue cape, Hos. Gue cape!" ucap Aletta disela-sela tangisannya.
"Percaya sama gue, akan ada pelangi setelah hujan. Nggak selamanya lo seperti ini akan ada saatnya lo bahagia. Lo harus sabar menunggu itu." ucap Hoseok seraya mengelus rambut Aletta lembut.
Aletta melepaskan pelukannya, tangisannya pun sudah reda.
Kini ia teringat dengan perkataan ibunya tadi pagi bahwa mereka akan pindah rumah, awalnya Aletta ragu mengatakannya pada Hoseok. Tapi setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk memberi tahu Hoseok bahwa ia akan meninggalkan kota ini.
"Hos, lusa gue akan pergi." ucapnya ketika tangisannya sudah berhenti.
Awalnya Hoseok terdengar kaget kala mendengar ucapan yang Aletta katakan, ia jadi terfikir alasan Aletta pindah. Apa karena ia sudah tidak tahan lagi dengan perkataan kasar dari murid-murid sekolah ini yang ditujukan untuknya?
"Kemana? Kenapa lo pergi? Lo nggak kuat karena omongan anak anak yang buruk tentang lo?"
"Bukan, Hos. Gue pergi karena mamah yang ngajak gue pindah. Gue rasa gue juga bisa mulai kehidupan baru gue disana."
"Kalau itu bisa buat lo lebih bahagia, gue akan dukung, Ta. Tapi jangan lupain gue ya kalau lo udah pindah."
"Tenang, Hos. Gue gak bakal lupain lo. Lo tetep sahabat terbaik gue." ucap Aletta memeluk Hoseok lagi yang dibalas kembali pelukannya.
"Nangis bukan artinya lemah, tetapi nangis buat semuanya jadi lega."
17 Mei 2018.
A/n
Holla semwaa aku kembali!💙ada yg rindu diriku tidak? Atau rindu sama cerita ini mungkin? Pasti gabakalan ada sih wkwk.
Aku mau minta maaf sama kelyan smwa karena aku sangat amat slow respon:")maapin yaa kan lg puasa😜
Jangan bosen2 sama cerita gaje ini wkwk, ohiya aku juga mau bilang makasih sama kalyan yg udah mau luangin waktu buat baca cerita ini sampai2 cerita ini dpt rangking. Yaallah diriku tidak menyangka deh:") MAKASIH KELYAN SMWA, QU SAYANG KALIAN😘😘 ILOVEU, SARANGHAE, WO AI NI💙💙
Udah ah segitu aja cuap2 dari w, selamat membaca dan semoga sukak!💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
Short StoryBagaimana jadinya jika Aletta Silvia-si siswi hyperaktif yang selalu membuat suasana kelas gaduh bertemu dengan Min Yoongi, siswa pertukaran pelajar dari Korea yang dingin seperti es dan mempunyai lidah yang tajam. Dari sifatnya saja mereka berdua s...