My Rose

6.4K 604 29
                                    

REPOST!!!

Aku melihat bagaimana tangis sedihnya, bagaimana ia bisa mengeluarkan liquid bening itu dari mata indahnya. Aku juga merasakan sakit, percayalah. Berfikir untuk membuatnya menangis adalah bukan keinginanku. Membuat ia bersanding dengan yang lain juga bukan hal yang ingin aku lihat seumur hidupku. Aku ingin ia bersamaku, menjadi bagian dari kelopak-kelopak kehidupanku. Menjadi putik dari semua bungaku. Namun, aku hanya seorang mawar hitam dalam kehidupan orangtuanya. Untuk sekedar menatapnya, harusnya aku tak boleh. Namun, dengan segala kebodohanku, malah sampai mencintainya. Ia, mawar putih kesayanganku. Sumber dari kehidupanku, harus bersanding dengan yang lain. Apa aku harus menangis? Seberapa banyak airmata yang aku keluarkan untuk membuatnya bersamaku?

Di depan pintu sebuah gereja, aku menatapnya. Bagaimana ia mengucap janji dengan lelakinya? Aku hanya ingin tau. Apakah ini kebahagiaan menurut orangtuanya? Melihatnya menangis dengan mulut yang terus mengeluarkan janji di hadapan Tuhan. Apakah ini adil? Bagaimana dengan hidupku? Apa semua sudah kiamat bagiku? Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri.

Saat aku berada disini, semua orang menatapku aneh, seolah aku ini binatang kotor dan menjijikan. Aku sudah biasa dengan semua ini. Apalagi, sejak aku berhubungan dengan mawar putih kesayanganku, Haechan-ku. Tak ada yang baik dari diriku, aku juga sampai heran bagaimana ia bisa membalas perasaanku pada waktu itu. Bagiku, sebuah kebahagiaan bisa menjadi dari seseorang yang penting dalam hidupnya. Sebuah keajaiban bisa menjadi pelabuhan hatinya. Hatiku rasanya hancur, melihat bagaimana kening yang dulu sering kukecup kini telah dimiliki orang lain. Mataku memanas, melihat bagaimana bibir penuh itu bersentuhan dengan yang lain. Aku seorang pria, sangat memalukan jika menangis. Tapi, sekarang aku melakukannya. Di hadapan banyak orang aku menangis, menangisi kehidupan kelamku. Haechan-ku, ia menatapku terkejut. Pandangan kami bertubrukan beberapa sekian detik, ia melengos tak mau melihatku. Aku mundur teratur pergi dari sana, pergi dari tempat yang bisa membunuhku.

Aku mengingat bagaimana pertemuan pertama kami, ia terlihat bersinar pada waktu itu. Apa aku berlebihan? Ya, apapun yang menyangkut dengan dirinya aku serasa menjadi bukan diriku. Aku takut dengan esok hari, bagaimana aku bisa hidup jika satu persatu kelopak kehidupanku meninggalkanku? Aku akan menjadi kering, pada akhirnya aku akan bernasib sama dengan mawar hitam yang lain. Dibuang dan dicampakkan. Semua alur hidupku sangat mudah ditebak, hidup sebagai Lee Minhyung sangat mudah ditebak. Aku sudah berusaha mendapatkannya, aku memperbaiki diriku. Ia, pemberi warna dalam kehidupan kelamku. Hidupku yang dulu berwarna hitam pekat, perlahan-lahan mulai berwarna saat kedatangannya. Ia yang merubahku, memberi segala ras yang kubutuhkan pada saat itu. Percuma saja, ia memberiku banyak warna. Tapi, kemudian warna-warna pada kelopakku hancur dan lebur pada saat ini juga.

Aku sudah tak sanggup lagi, hidup tanpa dirinya neraka bagiku. Jangan mencoba berfikir aku bodoh. Tak akan ada seorang yang pintar jika menyangkut perasaan tak kasat mata ini. Tuhan,apakah ini akhir dari hidupku?

Aku dapat merasakan, bagaimana kelopak mawar merah menyelimuti hidupku. Bau besi berkarat mulai masuk dalam indera penciumanku. Rasanya sangat sakit dan tidak nyaman. Apa ini sudah berakhir? Tentu saja belum. Ini hanya awal bagaimana aku menyatu dengan kelopak-kelopak masa lalu yang menungguku.

Perlahan-lahan aku runtuh, satu persatu kelopak mulai runtuh. Tubuhku serasa lemas, tapi ini tak seberapa sakit dengan kejadian itu. Pandanganku mulai menghitam seperti hidupku, rasa tak nyaman ini mulai menghilang. Apa ini sudah berakhir? Masih belum. Rasanya tubuhku menggigil kaku, rasa sakit mulai menghilang. Tubuhku serasa seringan kapas, aku dapat merasakan di bawahku adalah sebuah alas dengan taburan kelopak mawar. Kenangan yang kulalui dengannya, muncul satu-persatu. Bagai sebuah roll film yang ditayangkan berulang-ulang, ia tersenyum dengan indahnya padaku. Bibir penuhnya melafalkan sebuah kalimat yang bisa kutebak sebagai 'Tetap bersamaku'. Aku ingin menghampirinya, namun tubuhku kaku dan mati rasa. Inilah akhirnya, waktuku sudah tiba. Kehidupan Lee Minhyung sudah berakhir. Pada akhirnya, aku sama seperti pendahuluku. Aku dapat mendengar Haechan-ku memanggil namaku. Aku kering dan layu. Pada akhirnya aku akan mati.

Maafkan aku, sayang. Aku tak bisa kembali. Hiduplah dengan bahagia. Cari kebahagiaanmu sendiri, tanpaku. Jadikan aku setitik kenangan dalam sudut memori dalam hidupmu. Aku selalu menunggumu, tak dikehidupan ini. Semoga Tuhan selalu memberi kebahagiaan untukmu.

FIN








GIMANA? GIMANA? WORTH IT, KAGAK? KASIH KOMEN DONG!

Hehehe, ini project iseng aja, sih. Jangan lupa vote dan comment, ya!

Tau, gak ini apa? Tebak dong, tebak~

Markhyuck Short Stories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang