Hembusan angin sore yang sejuk dan menyegarkan. Daun-daun berjatuhan menjadikan suasana dramatis. Suasana yang tenang dan hangat untuk seseorang. Seseorang yang kini menatap bangunan rumah yang menjadi tempat tinggalnya bersama yang lain. Helaian rambut berwarna brunette itu diterbangkan oleh angin yang membuatnya sedikit berantakan walaupun tak menghilangkan kadar ketampanan miliknya.
Mark.
Ia sedang tersenyum entah pada siapa. Bibir tipisnya membuat lengkungan yang membuatnya terlihat semakin tampan. Headset yang mengalun pelan pada telinganya mendendangkan sebuah lagu yang membuatnya ingin segera bertemu dengan seseorang di dalam sana.
Kakinya melangkah pasti, menjejaki rumput-rumput halus yang dirawat dengan baik oleh para hyungdeul yang berada di depan dorm mereka. Mulutnya sedikit menyenandungkan penggalan lirik dari lagu yang didengar dari headset yang menyumpal telinganya.“Aku pulang!” Mark berseru ketika membuka pintu utama dorm mereka. Seharian melakukan jadwal individu sebagai idol. Seharian bekerja keras untuk para penggemarnya. Mark rasa ini saatnya, mendapat sandaran setelah melakukan kerja keras seharian penuh tanpa melihatnya.
“Selamat datang, Mark hyung~” Ah, suara itu! Masih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Suara yang sangat dirindukannya. Suara Haechan yang lembut dan cempreng.
Mark segera mendekat kearah tubuh berisi milik Haechan yang memiliki aroma chamomile yang khas.Tubuhnya hangat, mengingatkan Mark pada rumah yang selalu ia rindukan. Haechan membalas pelukan erat yang Mark berikan pada tubuhnya. Bibirnya tertarik membuat sebuah lengkungan senyuman yang terlihat manis diwajahnya,
“Aku merindukanmu,” kata Mark. Tangannya menuntun tangan Haechan untuk digenggam. Sangat pas, Mark merasa lengkap hari ini. Haechan tersenyum manis mendengarnya, hatinya menghangat mendengar penuturan Mark.Tangan kiri Haechan yang tidak digenggam oleh Mark terangkat untuk merapikan helaian rambut Mark yang berantakan. Haechan menarik headset yang menggantung dileher Mark, “Lagu apa hari ini? apa masih seperti kemarin?” tanyanya sembari tersenyum pada Mark.
Mark mengangguk mengiyakan. Tubuhnya menyadar pada bahu Haechan, menikmati sore hari di balkon kamar dengan alunan lembut musik yang indah terdengar menyenangkan. Haechan memasang salah satu headset milik Mark dan memasangkannya pada telinganya.
“Kau harus membaginya denganku, hyung.” Ucapnya pelan. Kepalanya jatuh diatas kepala Mark yang menyandar dibahunya. Mereka memejamkan mata mendengar alunan melodi yang menjadi satu dalam telinganya.
Lagu ini yang ku dengarkan setiap hari
Membuatku menangis setiap hari
Membuatku memikirkanmu
Terdengar seperti cerita kita
Suara yang mengalun merdu pada headset mereka berhenti, menandakan kalau lagu telah selesai dan sudah berakhir. Mark membuka matanya menatap wajah Haechan, mata bulat itu tertutup rapat. Mark tau, Haechannya tidak tidur namun sekedar memejamkan matanya. Hati Mark rasanya sesak kala melihat aliran sungai kecil pada pipi Haechan. Mark mengangkat dagu Haechan agar menatapnya, Mark tak ingin kesayangannya menangis.
“Buka matamu, tatap mataku!” sontak saja Haechan membuka matanya. Akhir-akhir ia sering terbawa perasaan atas apapun yang menyangkut hubungan yang sudah terjalin bertahun-tahun dengan Mark.
“Apa yang kau takutkan? Kenapa menangis?” tanya Mark. Tangannya mengusap sisa airmata yang jatuh dipipi Haechan.
“Aku takut kau pergi, aku takut kau pergi dan meninggalkanku, aku… aku takut semuanya akan berakhir…” Mark memberi sebuah kecupan pada bibir Haechan agar tidak ada kata lagi yang keluar dari mulut kesayangannya.
“Kau ingat pertemuan kita? Waktu itu kau menepuk bahuku dan mengucapkan hallo untuk yang pertama kali?” tanya Mark yang langsung diangguki oleh Haechan. Mark mengusak rambut kesayangannya, tangannya semakin merapatkan tubuh Haechan dalam rengkuhannya.
“Saat itu kisah kita telah dimulai. Kisah yang tidak pernah berakhir. Kisah yang nantinya kan menjadi kenangan. Aku tidak akan meninggalkanmu, kecuali aku mati terlebih dahulu. Akan ada banyak masalah yang kita lalui, tapi percayalah padaku. Kau satu-satunya nama yang aku sebut dalam setiap lantunan do’a yang aku harapkan menjadi masa depanku.”
Mark menyematkan sebuah ciuman dalam pada kening Haechan. Seolah dalam ciuman itu dapat mencurahkan segala rasa yang menggebu dalam hatinya untuk Haechan. Mark hanya tak ingin Haechan berfikiran yang tidak-tidak.
Haechan merasakan ada sesuatu yang meletup dalam hatinya. Perutnya serasa diaduk. Tangannya semakin ia eratkan pada tubuh kekasihnya. Haechan merasa hari ini dan seterusnya akan membaik. Haechan merasa semuanya akan baik-baik saja. Untuk saat ini.
Fin.
Halloo, ehehe balik lagi!!! Edisi gagal hiatus!
Sebenarnya kalo ada sepenggal lirik lagu yang aku denger itu bikin aku pengen nulis. Karena tulisanku itu berinspirasi dari LIRIK LAGU!!! Hampir semua! Ehehe jadi, kalau mau hiatus tapi tiap hari dengerin musik ya sama aja bohong wkwkwk
Semoga suka dan jangan lupakan vote komen!!!
See you!!!
Oh iya! After life akan dipublish! Siapa yang minat?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Markhyuck Short Stories✔
RandomHanya cerita pendek-pendek aja :v Markhyuck in your area!!!