HOUSE OF CARDS - MY BELOVED BABY
Dalam cahaya remang-remang bibir itu berpagutan. Nafas memburu, ludah berceceran dibibir merah darah itu. Rambut panjang sepunggung itu terlihat berantakan, gaun berwarna merah itu terlihat melorot. Tatapan penuh nafsu dilayangkannya pada sosok yang sedang memangkunya ini. sosok yang menariknya sejak beberapa tahun yang lalu.Kriet
“Geumanhae, daddy!” teriakan keras khas anak kecil menghentikan kegiatan keduanya yang sedang berpagutan mesra.
Sang wanita cantik itu menjauh dari tubuh Mark yang sedari tadi menopangnya. Ia mendudukan diri dikursi yang berada di depan meja. Matanya menelisik tajam pada sosok anak kecil yang mengganggu kegiatannya dengan Mark.
“Baby terbangun, eoh?” seolah tak melakukan kesalahan apapun, Mark bertanya demikian pada sosok bayinya yang kini menatapnya marah.
Haechan tak menjawab, kaki kecilnya yang terbalut kaus kaki berwarna kuning dengan sandal lantai berkarakter beruang diujungnya. Setelan piyama berwarna baby blue itu terlihat berantakan. Poni rambutnya agak mencuat, menandakan dirinya bangun tidur.
Alih-alih berjalan menuju sang daddy, Haechan malah berdiri tepat dihadapan wanita yang masih menatapnya tajam seolah menantangnya. Haechan tak gentar, ia sudah biasa mendapat tatapan seperti itu dari para jalang peliharaan paman-paman teman daddynya.
“Apa kau seorang jalang?” Haechan menatap wanita itu dengan tatapan matanya yang seolah meremehkan.
Wanita itu melotot kaget, tidak menyangka ucapan yang tidak seharusnya diucapkan oleh anak kecil polos sepertinya. Wajah terkejutnya digantikan dengan raut kejam.
“Jaga ucapanmu, anak sialan!” gigi-giginya bergemeletuk keras, menahan amarah agar tak sampai memukul anak yang ada di depannya.
Mark hanya menyeringai mendengar ucapan bayinya. Bayinya akan segera tumbuh dewasa. Ini adalah pembiasaan untuknya. Lagipula, Mark yakin kalau bayinya adalah seorang yang kuat. Kakinya ia silangkan untuk melihat perdebatan antara bayinya dengan wanita yang ada di depannya ini. Ini akan menarik, Mark tidak akan memberikan pembelaan apapun untuk bayinya.
“Lalu apa sebutan yang pantas untukmu? Bitch? Whore?”Haechan menelengkan kepalanya ke samping dengan tatapan yang ia buat sepolos mungkin. Anak berumur sepuluh tahun dengan pipi menggemaskan itu berucap dengan bahasa yang tak pantas diucapkan anak seumurannya. Tapi, dia adalah Haechan, sosok malaikat kecil yang terbelenggu disebuah tempat terkutuk bersama dengan Mark.
“Stop!” wanita itu mengangkat tangannya yang akan ia pukulkan pada wajah anak lakilaki manis di depannya ini.
“Jangan menyentuhnya dengan tangan kotormu, bitch!” hardik Mark cepat. matanya berkilat tajam kala melihat Haechan akan ditampar oleh sosok wanita yang mendatanginya untuk mengajak bercinta.
“Kenapa? Dia bukan anakmu, Mark!” teriak sang wanita memberi protes pada Mark yang kini menatapnya tajam.
Mark mengalihkan pandangannya, kini semuanya terfokus pada sosok manis bayinya yang sedang menatapnya polos seolah tak terjadi apa apa. Bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman untuk sosok bayinya. Senyuman yang membuat wanita di depannya melotot tak percaya dengan apa yang ada di depannya.
“Kemarilah, baby,” panggilnya. Kaki kecil Haechan melangkah mendekatinya dengan senyum girang yang ada diwajahnya. Seolah lupa dengan kemarahannya beberapa waktu yang lalu.
Tangan Mark menangkup kedua pipi tembam Haechan. Membuat bibirnya mengerucut dan matanya menjadi semakin sipit. Mark menyematkan sebuah ciuman pada kedua pipi Haechan.
“Andwae! Daddy harus sikat gigi kalau ingin mencium baby. Bibir daddy bekas jalang itu. Menjijikan!” protes Haechan yang kini menatap daddynya sambil mengusap permukaan pipinya yang dicium oleh Mark.
Mark hanya terkekeh keras mendengar ucapan bayinya. Ini sungguh menggelitik perutnya melihat ekspresi marah wanita yang ada di depannya. Mark memajukan wajahnya untuk mendekat kearah Haechan yang kini menatapnya kesal dengan tangan yang menyilang didada.
“Bagaimana kalau baby saja yang menghapusnya dengan ciuman dari bibir baby? Hanya satu kecupan saja, ne? setelah itu baby pergi tidur, daddy akan menyusul.” Mark tak bisa untuk tidak tersenyum melihat rona merah dipipi Haechan yang tengah menganggukan kepalanya sambil meliriknya malu-malu.
Mark memajukan kepalanya , mensejajarkan wajahnya dengan Haechan. Haechan mengecup bibir tipis daddynya. Namun, bukan hanya sebuah kecupan. Mark menahan kepala Haechan, memberi bibir tebal bayinya sebuah kecupan bertubi tubi.
“MARK!” Teriakan keras itu membuat Mark mendengus kemudian melepas ciumannya dengan Haechan.
“Jja, baby pergi tidur, ne? daddy akan menyusul.” Haechan mengangguk patuh sambil mengusap sisa air liur yang ada dibibirnya. Matanya berubah tajam ketika bertatapan dengan manic tajam milik wanita cantik yang ada dihadapannya kini.
“Alismu terlalu tebal, ahjumma. Itu menakutkan, hehehe”
“Baby~” peringat Mark yang kini juga menahan tawanya mendengar ucapan Haechan.
Haechan mendengus kemudian melanjutkan langkah kakinya menjauhi ruangan daddynya. Sebenarnya Haechan tak rela melihat daddynya bersama dengan wanita lain.
“Mark bukan ayahmu, berhenti bersikap manja padanya!” ucapnya dengan senyum kemenangan dibibirnya.
“YERI!” Bentakan Mark menggema diseluruh ruangan kedap suara itu. mark tidak ingin kata itu terlontar keluar dari bibir orang asing di depannya ini.
Haechan menghentikan langkahnya tepat saat akan memegang knop pintu. Tubuhnya berbalik menatap wajah Yeri, senyum remeh terbit dibibir Haechan. Bentakan Mark tidak membuat wanita itu gentar begitu saja.
“Tanpa kau katakan aku sudah mengetahuinya. Aku tidak pernah menganggapnya seorang ayah. Dia adalah daddy, bukan ayah seperti yang kau maksud. Berhenti mengatakan seolah aku tidak tau apa apa, ahjumma.” Balasnya. Haechan melangkahkan kakinya keluar ruangan daddynya dengan senyum yang tak pernah hilang dari bibir anak manis berumur sepuluh tahun itu.
Pintu tertutup dramatis yang disusul dengan jeritan memekakan telinga yang keluar dari bibir tipis Yeri. Hatinya tidak terima kalah telak dengan anak kecil yang sangat tidak disukainya. Mark hanya menatapnya sekilas, ucapan Haechan terngiang ngiang ditelinganya. Mark rasa bayinya sudah tumbuh dewasa sekarang. Bibir tipis Mark membentuk sebuah smirk yang menawan.
“Bukankah ia mengagumkan?” tanya Mark pada Yeri yang kini menahan tangisnya.
“Dia adalah calon bajingan sepertimu, Mark!”
“Dia tidak akan seperti itu selama ia menjadi Haechan.” Mata Mark menelisik geli melihat raut muka Yeri yang seakan bisa membunuhnya saat itu juga.
“Aku bisa saja membunuhnya,” ucapnya menantang Mark.
“Sebelum bisa menyentuhnya kau akan terbunuh dengan sendirinya. Pintu keluar di depan, kau bisa pergi sekarang. Selamat malam.” Ucap Mark sembari melangkahkan kaki meninggalkan Yeri yang mengepalkan tangannya menahan amarah yang membumbung tinggi dikepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Markhyuck Short Stories✔
RandomHanya cerita pendek-pendek aja :v Markhyuck in your area!!!