Bad Boy Killer

5K 655 44
                                    

Mark suka keindahan. Ia ingin menjaga keindahan itu. Tapi dengan caranya sendiri. Mengawasi dan menjaganya dari jauh sudah membuatnya aman.

"Aku rindu padamu. Kenapa kau selalu menghindariku?" Ujarnya sendu dengan mata yang menyiratkan kesedihan... juga rindu yang menggebu pada sosok yang berdiri angkuh dihadapannya.

"Aku tidak ingin kau terluka. Aku hanya--

"Ingin menjagaku. Tapi kau tidak menjagaku. Kau menyiksaku dengan rindu ini!"

Pertahanan Haechan runtuh. Ia menangis dengan posisi berjongkok dihadapan sosok yang dicintainya. Kerinduan akan sosok dihadapannya membuatnya bersedih. Kenapa selalu menghindarinya?

Mark menelan ludahnya gugup. Bukan ini yang ia inginkan. Melihat Haechannya menangis dengan dirinya yang terpaku tidak bisa melakukan apapun.

Mark berjongkok, memeluk tubuh bergetar yang terus berontak menolak pelukannya. Mark tidak akan melepaskan miliknya begitu saja. Pada akhirnya, Haechan takluk dalam pelukan Mark yang hangat. Pelukan yang selalu membuatnya tenang.

"Di luar sana banyak orang yang mengincarku. Mencari kelemahanku, kemudian menghancurkannya untuk membalasku. Aku tidak ingin itu terjadi padamu." Ujar Mark penuh permohonan.

"...aku tidak ingin kehilanganmu."

Haechan kembali meneteskan airmatanya. Selalu seperti ini. Ucapan Mark yang selalu membuatnya luluh begitu saja. Membuatnya tidak bisa berontak dalam kuasanya.

"Jika kau ingin menjagaku, seharusnya kau berhenti. Memulai hidup yang baik tanpa musuh diluar sana."

Ucapan Haechan untuk yang ke sekian kali ketika mereka bertemu. Pertemuan yang bisa dihitung oleh jari karena Mark menolak menemui Haechan. Mark tidak selingkuh! Ia bersumpah tidak dekat dengan siapapun. Haechan percaya dengan ini.

"Aku merasa terlalu muda untuk mengakhiri ini. Kumohon mengertilah." Ucap Mark penuh permohonan pada Haechan.

Haechan mengangguk pasti. Membuat Mark seketika tersenyum dan merengkuh bocah manis kesayangannya dalam pelukan hangatnya.

"Aku tidak akan memintamu berhenti. Aku yang akan menyerah. Kita akhiri semua ini. Nikmati masa mudamu tanpaku."

Kembali tumpah airmata Haechan. Bukan ia tidak pengertian. Menabung rindu setiap hari tanpa bertegur sapa, tanpa senyuman untuknya walau setiap hari bertemu. Bukankah itu menyiksa?

Haechan tidak kuat dengan semua itu. Melihat Mark dipelukan orang lain seolah dirinya tak ada disekitarnya. Menunggunya di depan kelas tanpa ditemui. Bukankah semua sudah cukup?

Mark terkejut. Tubuhnya menjauhkan tubuh yang bergetar dalam tangis itu. Menatapnya tajam seolah tidak percaya dengan kenyataan yang  didengarnya beberapa menit yang lalu.

Mark tidak suka Haechan menyerah!

Mark tidak menyukai kehilangan. Kehilangan keindahan yang selalu diimpikannya dimasa depan. Sosok yang indah itu kini menangis karenanya.

"Kenapa? Kau tidak ingin mewujudkan impian kita dimasa depan?"

Suara Mark terdengar serak. Dadanya sesak dengan tenggorokan yang tiba-tiba kering. Ini sungguh mengejutkan untuknya.

"Kau tidak pernah mencoba menjadi diriku. Kau bersikap seolah kita tidak saling mengenal. Kau bilang tidak bisa mengakhiri sikap burukmu, bukan?"

Tak ada jawaban dari Mark yang kini mematung melihat Haechan tersengal dalam tangisnya.

"...maka aku saja yang menyerah. Kita akan benar-benar tidak saling mengenal. Kau bebas melakukan apa saja. Memenuhi catatan buruk sekolah, berkelahi, merokok. Apapun itu! Aku tidak ingin peduli lagi!"

Markhyuck Short Stories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang