Neighbor

5K 631 49
                                    

Neighbor

        Mereka bertetangga sejak kecil. Tidak ada sekat apapun yang membatasi mereka. Rumah mereka berdampingan, bahkan dinding pembatas mereka dijadikan satu. Rumah dengan nuansa coklat kayu itu milik keluarga Mark, sedangkan rumah dengan cat rumah warna-warni itu rumah milik keluarga Haechan.

“Mark hyung, apa kau pernah menangis karenaku?” ujar sosok manis berambut dirty blonde dengan senyuman jahil dibibirnya.

Mark mendengus, ia tetap mengendarai skuter merah tua miliknya dengan Haechan yang sudah bertengger nyaman di belakangnya. Pertanyaan memalukan itu selalu saja keluar dari bibir milik tetangga jahilnya itu.

“Untuk apa? Kau tidak sepenting itu dihidupku. Hahahaha,”

“Yakkk!! Jahat sekali!!” pekik Haechan sambil mencubit barbar pinggang milik Mark yang sedari tadi dipeluknya.

Mark hanya tertawa renyah. Perjalanan ke sekolah mereka selalu sangat ramai karena Haechan. Mungkin, jika Haechan tak ada disampingnya suasana akan sepi. Mark bersyukur akan kehadiran tetangga cerewetnya ini.
Setelah mencubit perut Mark barbar, Haechan terdiam. Biasanya jika mendengar jawaban kejam Mark ia akan kuat. Tapi, kali ini tidak. Ia tertohok dengan ucapan Mark. Haechan menatap punggung lebar Mark sendu.

“Yeah, aku memang tidak penting dihidupmu.” Ucapan itu keluar dari mulut Haechan.

Mark melirik wajah Haechan dari spion kanan. Apa-apaan wajah itu? kenapa menjadi suram seperti itu. Oke, Mark paham. Mungkin ucapannya sedikit kasar dan kurang ajar hingga membuat Haechan tersinggung.

“Bagaimana kalau kita bolos? Kita pergi ke taman menunggu game center buka jam sembilan?” tawaran yang bagus, namun Haechan menganggukan kepalanya malas mengiyakan ajakan Mark.

Perjalanan menjadi hening. Mark tak biasa membuka pembicaraan terlebih dahulu. Biasanya, Haechan selalu mencekokinya dengan segala pertanyaan yang membuatnya bingung harus menjawab apa.
.
.
.
.
“Chan, kau sering menangis karenaku ‘kan?” akhirnya Mark mengawali percakapan ketika sudah berada di taman dekat lokasi game center yang dibuka jam sembilan nanti.

Haechan mendengus malas, mulutnya menyedot susu kaleng dengan cepat. Pertanyaan Mark Lee yang bodoh.

“Tidak! Enak saja bicaramu!” Mark tersenyum mendengar jawaban ketus Haechan yang tidak mau mengaku.

“Sekedar mengingatkan,” Mark menenggak air mineralnya dengan sekali teguk. “Kau pernah menangis karena aku pergi study tour selama tiga hari.” Mark   menahan tawanya melihat Haechan yang melotot tajam. Ucapan Mark benar adanya. Waktu itu Haechan menangis dan merengek ingin ikut study tour yang diadakan waktu sekolah menengah pertama.

“Kau juga menangis saat aku cidera dua bulan yang lalu. Kau menangis saat aku tidak menjawab panggilan darimu sewaktu kita bertengkar.” Haechan sudah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ini sangat memalukan! Mark sialan Lee memang kurang ajar!

Mark melihat Haechan malu hanya tersenyum. Tubuhnya mendekat kearah Haechan, kemudian merangkulkan lengannya pada tubuh anak itu. Tangannya yang menganggur mengusak surai dirty blonde milik Haechan.

“Kau juga menangis saat mendengar berita palsu hubunganku dengan Yeri dua tahun yang lalu. Kkkk~ sepenting itu ‘kah aku dihidupmu?” Mark terkekeh, merasa menang menggoda Haechan.

Haechan membuka wajahnya. Menatap Mark tajam. Itu bukan sesuatu yang baik untuk diungkit. Ini memalukan.

“Ya. Aku memang sering menangis karena sikap sialanmu, Mark!” ucapnya ketus pada Mark yang kini menatapnya dengan senyum geli yang ada diwajahnya.

Mark semakin merangkul erat pundak kecil Haechan yang kini cemberut karena ulahnya. Bibirnya tertarik membentuk lengkungan senyum yang membuatnya semakin tampan. Haechan yang merajuk adalah hiburan tersendiri untuknya.

“Pada umur tujuh tahun aku menangis melihatmu terjatuh karena mengejarku, kau sudah lupa?”

Haechan kembali antusias mendengar ucapan Mark. Kepalanya menggeleng menggemaskan, ingatannya buruk sekali. Apalagi, itu terjadi ketika ia masih kecil. Tentu saja ia sudah lupa.

“Aku menangis bersamamu saat mengubur kucing kesayanganmu yang mati pada umur sepuluh tahun. Kau pasti lupa?” Haechan tak membalas, ia hanya semakin merapatkan tubuhnya pada pelukan Mark.

“Aku menangis karena kau masuk rumah sakit karena radang tenggorokan pada umur dua belas tahun.”

Haechan merasa hatinya menghangat. Ternyata Mark Lee pernah menangis karenanya. Mark tidak membual, ini benar adanya. Mark berucap sesuai dengan kenyataan.

“Aku menangis saat kau terkapar dilapangan basket karena kau kekurangan asupan saat menjalani diet sialanmu itu!” Mark menatap tajam pada Haechan yang kini menatapnya sambil meringis tak jelas.

Haechan masih ingat kalau yang ini. Kejadian dirinya pingsan terjadi sekitar empat  bulan yang lalu. Waktu ia menjalani diet untuk menurunkan berat badannya yang menurutnya gemuk, padahal tidak sama sekali. Haechan ingin menangis terharu mendengar pengakuan Mark. Jarang sekali melihat Mark jujur tentang perasaannya.

“Mark hyung~ ini manis sekali!” Haechan mengeratkan pelukannya pada tubuh Mark yang dibalas pelukan tak kalah erat dari Mark.

Sreettt

“Adawww… adaw.. sakitt..” teriak kesakitan keduanya saat ada yang menjewer telinganya. Keduanya menatap pelaku penjewer sekaligus perusak suasana romantis yang tercipta.
Mark dan Haechan terkejut! Itu adalah ibu dari Mark yang sedang membawa tas belanja berisi sayuran bermacam-macam. Celakalah mereka berdua!

“ANAK NAKAL!!! INI JAM SEKOLAH DAN KALIAN MALAH BERPELUKAN SEPERTI SEPASANG KEKASIH DI TAMAN, EOH?!! ANAK NAKAL!!!”

“Aduhh.. sakit.. sakit umma”

“Awww… telinga.. Haechan.. sakitt.. aww.. ummaa~~~”

Rengekan keduanya tak dihiraukan oleh ibu Mark yang kini mengomel tak jelas. Merutuki anak dan anak sahabatnya yang bolos sekolah. Poor Mark dan Haechan~

Fin.

Eiii!! Ada yg tau ff YOURE MY ALPHA?!/sekalian promote😂

Masih ingat gak sih? Kalo masih ingat akan diterusin ffnya😂😭

Markhyuck Short Stories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang