Ini bukan kisah tentang kegagalan dalam move on.
Ini kisah penawaran.
Antara cinta dan ego masing-masing.
Kisah kami tidak simple. Rumit tak berujung.
Ketika aku menemukan hal yang aku suka, dia selalu berkebalikan denganku.
Dia tidak menyukainya. Bahkan tidak segan untuk berkata kasar atas apa yang kusuka. Satu hal yang kutahu, dia tidak ingin aku terlalu lama bermain-main.
Walau tanpa lisan, dia seolah selalu berkata 'saatnya serius!'
"Mark hyung, aku punya film Insidious 3. Ayo nonton bersama minggu pagi!"
"Aku punya beberapa soal ujian yang harus kau kerjakan minggu pagi."
Sangat santai. Memang, tidak ada kata penolakan dari mulutnya. Tapi, aku sudah mengenalnya lebih dari yang lain. Dia menolakku!
"Aku tidak mau! Aku akan mengajak Jeno atau yang lain saja."
Kulihat ia berdiri, menjewer telingaku dan berbisik rendah dengan nada yang membuatku merinding seketika.
"Aku tidak suka kau menonton film horor dan berakhir kau tidak bisa tidur 3 hari"
Skakmate!
Dia selalu tahu ketakutanku. Entah darimana. Aku menyukai ini. Bagaimana ia bisa mendominasi manusia sepertiku. Manusia bebal tanpa aturan. Aku tidak tahu apa yang membuatku takluk akan dirinya seperti itu. Yang kutahu, dia adalah sosok yang kucintai.
Hubungan kami seperti tarik ulur. Sama-sama memiliki gengsi dan ego yang tinggi. Sekalipun dia tidak pernah berkata mencintaiku, aku pun demikian. Hanya melihat senyum konyol dari radius 10meter dengan binar senang, membuatku sadar. Kalau dia benar mencintaiku walau tanpa kata yang terucap.
"Jangan terlalu banyak tertawa. Sekali-kali kau harus bersedih agar terlihat seperti manusia."
Aku menatapnya heran, apa maksudnya? Aku menggeplak kepalanya keras, supaya dia sadar dan tidak melantur.
Dia tersenyum, menepuk kepalaku dan mengusak poniku yang selalu tertata.
"Kau boleh menangis. Kau boleh membenci siapapun yang membuatmu seperti ini."
"Jangan mengada-ada!"
Aku mendelik tajam kearahnya yang benar-benar sok tahu. Kulihat dia tersenyum dan meraih tubuhku dalam pelukannya.
"Kau bisa berbohong pada yang lain. Tapi, sekali-kali jangan berbohong padaku."
Kurasakan elusan pada rambutku. Aku merasa tenang saat ini. Aku merasa sendu dan ingin tidur.
"Aku melihatnya. Bagaimana ayahmu menamparmu. Kau boleh menangis, menumpahkan sedihmu padaku."
Tangisku pecah. Selalu seperti ini. Selalu dia yang selalu ada disaat keadaan paling buruk. Tidak ada kata menenangkan untukku. Aku tidak berharap. Dia bukan pemberi omong kosong. Setidaknya itu menurutku.
"Aku tidak akan menghiburmu. Kau boleh menangis. Aku akan menemanimu. Tapi aku tidak akan berkata omong kosong untuk membuatmu lebih baik. Karena pada dasarnya yang salah adalah dirimu."
Selalu aku yang disalahkan. Tapi, setidaknya aku sadar. Kalau berfikir dengan sudut pandangku, pasti aku benar. Selalu benar. Tapi, berbeda dengan sudut pandang yang lain kan?
Setelah itu aku merasa baik-baik saja.
"Apa tidak ada penawaran untukku?"
Kulihat dia terkekeh. Memelukku kembali dan mengusap ingusku.
"Aku akan membelikanmu coklat hangat dan sosis pada sabtu malam."
Dia sukses membuatku baik-baik saja. Dia adalah moodboster.
Bagaimana tajam lisannya tidak membuatku lelah berada disampingnya. Sikap konyol yang terkadang memalukan hanyalah topeng.
Dia sama sepertiku. Kesepian dan membawa beban.
Tapi, aku dan dia berbeda.
Dia bisa membuatku merasa baik. Sedangkan aku selalu membuatnya merasa kesal akan semua yang keluar dari mulutku.
Cinta bukan sesuatu yang sederhana untuk diungkap. Mereka menjebakmu. Membuatmu bodoh dan dungu. Tapi, ia adalah rasa terindah manusia.
Fin
Jangan lupa vote dan komen!
Makasih buat saran dan semangatnya buat curhatan kemarin:) aku terharu beneran!
Semoga suka! Akan hiatus wankawan! Cuma bisa update short stories aja belum bisa up yang lain.
Sabar ya bosQu❤
See you next chap!
KAMU SEDANG MEMBACA
Markhyuck Short Stories✔
RandomHanya cerita pendek-pendek aja :v Markhyuck in your area!!!