Mark. Mark Lee.
Sosok pelindung sekaligus sosok yang akan menghangatkanku. Ketika orang lain mengasihani hidupku, dia lebih suka terdiam menatapku datar. Tapi, lebih dari itu dia adalah sosok paling membuatku nyaman. Tidak pernah tergantikan.
Pernah aku meragukan cintanya padaku. Bagaimana tidak? Dia bahkan tidak pernah berkata ia mencintaiku, walaupun aku demikian. Tapi, aku hanya ingin kejelasan! Status!
"Aku mencintaimu."
Aku menghela nafas. Bukan kata ini yang ingin aku dengar dari sosok tampan yang kusebut sahabat.
"Jeno-ya, kau tidak mencintaiku. Kau hanya sedang bersedih karena Jaemin."
Benar 'kan? Beberapa hari yang lalu ia memang putus dengan kekasihnya, juga sahabatku sendiri.
"Aku memang putus karenamu."
Aku menunduk sedih. Aku tidak ingin menjalani kisah rumit dengan sahabatku sendiri. Lagipula, aku juga sudah memiliki sosok yang kucintai.
"Tak apa kau tidak menjawabnya. Aku hanya ingin kau tahu."
Aku tersenyum. Dia memang sosok membosankan yang pengertian.
Tapi... dia melakukan kesalahan.
Dia mencium bibirku brutal. Sekuat tenaga aku mendorongnya. Berteriak tepat diwajahnya agar enyah dari hadapanku. Perasaanku campur aduk. Aku merasa bersalah.
"Bagaimana rasanya?"
Aku mendongak melihat wajah sosok yang kurindukan beberapa hari ini. Dengan setelan kaos tanpa lengan menampakan bisepnya. Aku tersenyum, melupakan kejadian beberapa waktu tentang Jeno.
"Aku merindukanmu, hyung."
Aku tidak tahu apa yang salah. Dia tersenyum remeh menatapku. Tak pernah kulihat binar jijik saat dia melihatku, tapi kini aku melihatnya. Seketika jantungku berdetak dengan keras dengan nyeri yang membuatku sedikit sesak.
"Tell me how feel about kiss with Jeno."
Aku tersentak. Tak kusangka ia melihatnya.
"Jangan kekanakan. Kau salah paham!"
Aku emosi. Dia kekanakan, walau aku juga demikian. Tapi, sungguh menyakitkan melihatnya dengan binar jijik padaku. Aku tidak suka!
"Yeah! Hanya salah paham. Aku pergi dulu."
Dia pergi. Tanpa mendengar penjelasan dariku. Aku tidak mengejarnya. Setelah beberapa hari menghilang, kini ia benar-benar meninggalkanku lagi.
Tanpa sadar aku sedih. Memainkan sepatuku seorang diri diayunan yang biasa kami bagi berdua. Aku menangis.
Aku tidak merasa baik saat ini.
Dia benar-benar menghilang. Tiga hari tanpa bersitatap dengannya membuatku paham. Aku tidak bisa hidup tanpanya.
Aku mencarinya. Tidak ada yang mengetahuinya. Aku membencinya!
"Kemana saja kau, sialan!"
Aku berteriak tepat pada wajah bajingan miliknya yang menatapku datar.
"Bagaimana hubunganmu dengan Jeno?"
Aku tidak bisa menerima senyum remehnya itu.
"Apa maksudmu?"
Tidak ada jawaban. Ia memilih berbalik meninggalkanku dengan setumpuk buku yang akan kupelajari bersamanya.
Buku-buku cukup tebal kulemparkan semua pada tubuhnya yang akan menjauhiku lagi. Aku tidak ingin ia pergi.
"Yak! Kau fikir tidak sakit?"
"BAGAIMANA DENGANKU? KAU ANGGAP AKU APA, HA? SEENAKNYA SAJA KAU MENINGGALKANKU!!!"
Memalukan memang. Tanpa sadar aku sudah mengakui kalau aku merindukannya. Menyebalkan!
Apa-apaan airmata sialan yang turun ini? Memalukan!!
"Aku hanya menenangkan diri. Aku menyiapkan diri kalau kau benar-benar jatuh kepelukan Jeno."
Dia bodoh, bukan?
Selalu seperti ini. Dia selalu mencari tempat paling sepi untuk menenangkan diri. Meninggalkanku yang terbebani rindu.
Lain kali aku tidak akan membuatnya salah paham. Aku tidak ingin ia menghilang lagi. Bagaimanapun dia adalah penyemangatku disaat tak ada yang peduli padaku.
"Jangan berkencan dengan yang lain."
"Bagaimana dengan kata 'aku mencintaimu'?" Ujarku menggodanya.
"Terimakasih. Aku juga mencintaimu."
"Yak!"
Menyebalkan! Tapi tidak akan tergantikan sosoknya.
Fin
Rindu itu berat. Aku nggak akan kuat, biar kalian saja. Hikseu.. hikseu..
Jangan lupa vote dan komen!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Markhyuck Short Stories✔
RandomHanya cerita pendek-pendek aja :v Markhyuck in your area!!!