when you love someone (jeno side)

4.6K 438 82
                                    

Ada beberapa hal yang tidak bisa diprediksi di dunia. Target yang sudah mati-matian diraih seakan semakin jauh. Semakin berlari dalam kenyataan. Beberapa hal rumit yang tidak seindah fiksi yang pernah dibacanya. Cinta dan segala rasa kasat mata rumit lainnya.

Jeno merasakannya ketika pertama kali melihatnya. Melihatnya kesulitan belajar seorang diri diruang pojok perpustakaan dengan tangan yang menepuk dahinya berkali-kali. Jeno meringis melihat pipi gembil itu ditampar oleh empunya sendiri.

Jeno masih memandangnya tanpa mendekatinya. Sosok manis dengan poni, rambut coklatnya berantakan karena terlalu banyak diusak. Pipi gembil yang bagian kanannya merah karena ditamparnya sendiri. Dia cantik. Sayangnya dia bukan wanita.

Dari seragamnya terlihat seperti kakak kelas tiga yang baru saja kenaikan kelas. Sementara Jeno sendiri siswa baru yang berada dikelas satu.

"Sunbae, apa aku boleh duduk disini?"

Setelah berperang dengan hati dan akalnya, Jeno memutuskan untuk mendekati sosok manis yang kini menelungkupkan wajahnya diantara buku-buku matematika yang dipinjamnya. Dapat Jeno lihat kalau respon kakak kelasnya itu mengangguk samar membuat Jeno lega seketika.

"Bukan maksud meremehkan, tapi aku bisa membantumu mengerjakan tugasmu, sunbae."

Jeno tersenyum senang ketika kepala milik kakak kelasnya itu mendongak kearahnya. Menatapnya polos dengan kedipan matanya yang cepat. Mata bulatnya memicing penuh selidik, menatapnya dari penampilannya.

"Kau adik kelas, tidak mungkin bisa." Ujarnya.

Jeno tau kalimat itu bukan seperti meremehkan, namun lebih menjurus seperti khawatir akan merepotkannya. Ia tersenyum, menampilkan eyesmile dimatanya dengan berucap, "Aku lumayan bisa matematika, aku beberapa kali mengikuti olimpiade."

Jeno terkejut setengah mati ketika sosok manis yang ia ketahui sebagai Lee Haechan itu berdiri dengan sangat cepat, mendekat kearahnya. Duduk tepat disampingnya, Jeno tau ini salah karena jantungnya berdetak dengan keras pada sosok lelaki manis kakak kelasnya. Dosa besar sudah dilakukannya, namun ia seolah tidak teringat akan neraka yang menjadi balasannya.

"Terimakasih, kau adalah pahlawanku."

Ucapan singkat dan terdengar kekanakan itu membuat hatinya menghangat. Ia merasa dibutuhkan oleh sosok yang baru saja dikenalnya. Bahkan mereka belum sempat berkenalan secara resmi, namun rasanya seperti sudah mengenal sejak lama. Apalagi telapak tangan kecil milik kakak kelasnya menjabat erat tangannya. Dingin dan berkeringat. Dan Jeno tau seberapa besar niat belajar Lee Haechan yang sendirian diperpustakaan.

.

.




.



.

Semenjak saat dimana ia membantu Haechan mengerjakan tugasnya diperpustakaan tempo lalu, Jeno menjadi lebih giat pergi kesana. Meskipun hanya menyapa dan itupun tidak berlangsung lama, karena Haechan hanya mampir meminjam atau mengembalikan buku.

"Kau bisa berbahasa inggris? Mark hyung tidak bisa membantuku karena ia ada janji dengan kekasihnya." Ujarnya dengan bibir mencebik.

Jeno gemas sekali, sosok manis kakak kelasnya yang menggemaskan. Polos dan jujur membuatnya senang hanya dengan didekatnya. Walau hanya dianggap adik kelas.

"Aku bisa, tentu saja aku bisa. Kau perlu sekarang-

"Besok, Jeno-ya~! Sampai jumpa dan kita bertemu disini, ya?"

Markhyuck Short Stories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang