13. Sang Penolong

1.2K 71 1
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, semua siswa ataupun siswi sudah pulang sejak pukul 3 tadi. Mungkin beberapa yang bertahan disekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Tapi kegiatan ekstrakurikuler sudah selesai dari tadi pukul 4 lebih 15 menit, tapi sang kapten tidak juga meninggalkan sekolahnya. Hari ini dia sedang bad mood. Baru saja dia selesai melaksanakan sholat ashar di masjid Al Fatah, masjid SMA Garuda.

Galva mengambil ponselnya saat ponsel itu bergetar di saku celananya.

"Halo bang"

"Gal, lo kemana dulu?"

"Gue masih di sekolah"

"Sama Karen? Kalo iya biar gue jemput ke sekolah"

Galva mengernyitkan keningnya bingung, bukankah Karen sudah pulang dari tadi

"Tadi Karen chat gue katanya balik sama Raga"

Entah kenapa nada kesal yang keluar dari mulut Galva saat mengatakan itu.

"Raga? tapi dia belum balik"

"Jalan-jalan dulu mungkin"

Tidak ada sahutan setelah itu,

"Ya udah deh, makasih ya gal"

"Oke bang"

Galva mematikan ponselnya, lalu dia berjalan meninggalkan masjid.

Doorr dor dorrr

Gubrakk gubraakk

Galva mengernyitkan dahinya, dia mendengar suara pintu yang di dobrak. Galva mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Saat ia melanjutkan langkahnya, suara itu semakin keras. Galva berdecak kesal.

"Apaan sih"

Galva mengikuti dimana suara dobrakan pintu itu. Galva mengernyit Bingung saat melihat seorang siswi yang mencoba mendobrak pintu sanggar tari disana.

"HEH KAMUU" teriak Galva dari jauh. Siswi itu berjengit kaget saat mendengar teriakan Galva. Siswi itu tersenyum sumringah saat ada Galva disana. Tidak ingin buang waktu dia segera lari ke arah Galva yang sekarang tengah berdiri sambil menatap nya heran.

"Kenapa dobrak-dobrak pintu?"

Siswi itu masih menghela nafas setengah-setengah. Kegiatan dobrak-dobrak dan lari menghampiri Galva cukup menguras tenaga

"Itu kak.... Ituu"

"Itu apa? Yang jelas ngomongnya"

Siswi itu mengambil nafas lalu membuang nya,

"Kak Karen kak"

Galva melotot, entah kenapa kerja jantungnya bekerja lebih cepat.

"Kenapa? Ngomong yang bener, jangan setengah-setengah"

"Kak Karen di kunciin di dalam"

Galva segera berlari, meninggalkan siswi itu. Galva segera bergerak cepat, mencoba mendobrak pintu itu. Tiga kali dobrakan, pintu itu sudah berhasil dibuka.

Uhuuk uhuukk

Galva terbatuk-batuk saat asap yang pertama kali keluar dari dalam ruangan. Galva menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang sekarang sudah duduk tidak sadarkan diri dengan keadaan kaki dan tangan terikat dan mata tertutup.
Galva segera berlalu menghampiri Karen.

"Karenn.... Rennn"

"Reen sadar, gue mohon"

Galva menepuk - nepuk pipi Karen. Tapi Karen tidak juga sadar. Galva segera melepaskan ikatan yang ada di tangan dan kaki Karen. Galva juga membuka penutup mata itu. Galva segera membopong Karen ala bridal style.

DeclairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang