25. Nyata

1.1K 52 0
                                    

Seorang pria yang kini tengah berbenah untuk kembali dimana negara asalnya. Satu Minggu sudah sesuai yang dia janjikan kepada sang kekasihnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Galvano Ramadhan. Sudah beberapa hari ini mereka berkomunikasi dengan video call. Meskipun begitu rasanya tidak akan puas jika tidak melihat secara langsung.

"Baju udah Gal?" Tanya Heru yang sedari tadi duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Berbeda dengan Fatimah yang berbenah juga dibantu dengan Dirda.

"Udah pa" jawab Galva. Galva menyiapkan dan membenahi bajunya sendiri, tanpa mau bantuan orang lain.

"Celana dalam?" Sambung Heru

"Udah"

"Bagus, jangan sampai ketinggalan. Malu-maluin" sambung Heru. Galva hanya mendengus kesal, Heru ini memang sedikit absurd.

"Sudah sekarang semuanya tidur. Besok kita berangkat pagi" kata Heru. Semua orang menurut dan satu demi satu meninggalkan ruangan menuju kamar masing-masing.

Berbeda dengan Karen yang saat ini sedang duduk bersama kakaknya. Kedua orangtuanya sedang sibuk diluar kota untuk menjalankan tugas dinasnya, tapi hari ini seharusnya kedua orang tua nya sudah pulang, mungkin sebentar lagi. Untuk Nizar dan Karen Bukan duduk bersama sih sebenarnya, tapi lebih mengarah ke adu mulut bersama.

"Alah bentar lagi mati tuh orang" kata Nizar sambil menunjuk salah satu pemeran di drama Korea yang saat ini sedang ditonton oleh Karen.

"Diem kenapa sih" kata Karen

"Tuuuh dibilangin juga, kalah dia mah. Nggak jago berantem" saut Nizar meremehkan

Karen benar-benar dibuat muak oleh kakak satunya ini

"Tuh, gantengan juga gue" tambah Nizar lagi membuat Karen memutar kedua bola matanya jengah.

"Semua orang kalo ditanyain juga bilang pasti jawab gantengan dia, abang aja yang ke pede an, membanggakan diri sendiri soalnya gak ada yang bilang ganteng Ha..Ha"

kata Karen mengejek kakaknya. Jelas saja Nizar bersungut marah.

Karen sudah melupakan drama Korea yang masih tayang di laptopnya, kini beralih perang dengan kakaknya. Nizar yang tidak terima memukul kepala Karen dengan bantal sofa yang ada disampingnya. Karen jelas mendelik tidak terima, segera saja dia mengambil cemilan kuping gajah ditoples lalu melemparnya ke Nizar, jadilah sekarang rumah berantakan. Mereka berdua memang kompak dalam memporak-porandakan tatanan rumah, tapi tidak kompak dalam hal apapun.

"Ya Allah, masyaallah, lailahaillaallah Nizar, Miranda" Asiyah yang baru saja datang jelas saja langsung sport jantung yang melihat rumahnya acak-acakan, bantal-bantal sofa dilantai, snack-snack bertebaran, taplak meja sudah hilang entah kemana.

Asiyah mendelik marah, sedangkan Nizar dan Karen cengengesan tidak jelas dan saling menatap saling menyalahkan.

"Abang sih"

"Kok gue, lo dulu yang nglempar"

"Abang yang nabok Mira pakek bantal"

"Ya lo seenak jidat ngomongin gue"

"STOOOPP" Aisyah berdiri berkacak pinggang didepan keduanya, memandangi satu persatu anak-anaknya yang rasanya ingin dia buang kelaut selatan.

"Siapa ini yang mau beresin?" Nizar dan Karen saling menunjuk. Nizar menunjuk Karen dan sebaliknya Karen menunjuk Nizar.

"Kok aku, abang lah"

"Enak aja, lo yang bikin rusuh"

"Ih, Abang duluan"

DeclairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang