15. Bergerak Menjauh

1.3K 70 1
                                    

Acara diesnatalis SMA Garuda berjalan dengan lancar. Sambutan demi sambutan telah disampaikan. Mulai dari kepala sekolah, ketua osis, dan ketua pelaksana. Bahkan pertunjukan juga berjalan lancar, yah meskipun ada sedikit problem tadi karena kue ulangtahun SMA Garuda datang terlambat tapi tidak mengurangi kesan meriah disana. Tari yang berkolaborasi dengan dance juga menjadi salah satu pertunjukan yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Bahkan Karen, Bella dan Ata tidak berhenti-henti tersenyum melihat adik didiknya melakukan dengan baik.

Setelah acara diesnatalis, semua siswa dibebaskan, bisa pulang bisa juga tetap disekolah. Kecuali panitia yang memang diharuskan masih di sekolah.

Karen sedang berjalan bersama Bella untuk pergi ke kantin. Mereka berdua baru saja dari aula sekolah untuk memberikan selamat dan sekedar foto-foto bersama dengan adik kelasnya yang sudah berusaha semaksimal mungkin di acara diesnatalis tadi. Disana juga, dikantin ada Galva dan teman-temannya. Mereka saling menatap lalu mengalihkan pandangannya. Bukan Karen, tapi Galva. Entah itu hanya perasaan Karen saja apa memang Galva yang memang bergerak menjauh darinya.

Sejak kemarin Galva seperti bergerak menjauhi Karen, Karen tidak tau apa sebabnya. Karen merasa ada yang mengganjal melihat Galva seperti itu, seperti ada yang.........hilang.

"Ren, lo sama Galva berantem" bahkan Bella saja yang bukan teman dekatnya menyadari itu.

"Ha? Enggak kok, emang gue sama Galva kenapa?"

"Maaf nih ya, bukannya lo sama Galva lagi pdkt ya? Dengar-dengar dari anak-anak sih gitu"

Pernyataan Bella, membuat Karen meneguk ludahnya kasar, entah kenapa rasa gelisah hadir dalam dirinya. Lalu Karen menoleh melihat Bella, lalu kembali melihat Galva yang asyik dengan teman-temannya, lalu Karen menunduk.

"Gue, sama dia nggak ada apa-apa" Bella pun hanya mengangguk setelah mendengar jawaban dari Karen, lalu mengalihkan perhatiannya untuk memesankan makanannya dengan Karen.

***********

Karen sedang berjalan diantara sahabat-sahabatnya, mereka sedang berjalan menuju lapangan olahraga. Kelas mereka XI IPA 3 sedang bertanding futsal sekarang. Masih belum dimulai, tapi Karen dan teman-temannya lebih memilih datang lebih dulu. Hanya bersama Jena dan Wulan, karena Dina sudah berada di lapangan lebih dulu, karena sekarang yang sedang bertanding adalah kelas pacarnya. Iya, kelas XI IPA 1, kelas Galva.

Karen duduk di bangku penonton, dia melihat Dina dari atas yang sedang memberikan minum kepada Keenan yang baru saja selesai futsal. Dia juga melihat Galva yang berdiri di pinggir lapangan, menggunakan celana seragam biru nya dan memakai seragam Jersey kelas nya. Dia tidak ikut pertandingan futsal, peraturan nya kapten atau ketua dilarang ikut ekstrakurikuler yang dia ketuai.

Galva menoleh dimana Karen berada, mereka bertatapan beberapa detik. Lalu Galva memutuskan pandangannya lebih dulu, bisa dikatakan menghindari Karen. Sampai detik ini Karen tidak tau salahnya apa. Mungkin nanti dia akan tanyakan sendiri apa alasan dia menjauhi dirinya.

Galva memegang mix lalu memanggil peserta selanjutnya, kelas Karen. Kelas XI IPA 3 dan XI IPS 1. Semua siswa bahkan siswi sudah berteriak masing-masing untuk menyemangati kelasnya. Dina yang tadinya berada di bangku pemain kini ikut duduk di bangku penonton, bersama Karen dan lainnya.

"Gimana? Menang?" Tanya Jena pada Dina, Dina menggeleng

"Kalah, ya gimana lagi, Kapten nya ga  ikut, lawannya XI IPA 4 yang mayoritas anak futsal semua" Jena kemudian terkekeh

"Yaudah ga papa, masih ada basket sama volly" Dina hanya mengangguk mendengar ucapan wulan.

Pertandingan segera dimulai, kelas Karen yang mewakili yaitu ada Raga, Bara, Sultan, Tatang, dan Adit. Karen melihat gerak-gerik Raga disana yang sudah bersiap untuk memulai pertandingan. Sebelum memulai, Raga menatap Karen yang juga tengah mandangnya. Karen yang tersadar oleh itu, lalu mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke udara, lalu mengatakan 'semangat' tanpa suara, tapi Raga tau apa yang Karen lakukan. Raga membalas dengan hal yang sama lalu tersenyum simpul dan dibalas senyuman juga oleh Karen.

DeclairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang