21. Don't you leave me....

1.4K 72 1
                                    

Waktu sudah berlalu selama 2 bulan, selama itu juga Karen dan Galva menjalin sebuah hubungan. Ada beberapa kali percekcokan tapi hanya beberapa saat, tapi kembali akur seperti semula.

Para fans Galva pun juga sudah berlapang dada menerima Karen sebagai pacar Galva, karena mau bagaimana pun, rasanya mustahil untuk menyingkirkan Karen dan menggantikannya sebagai Queen SMA Garuda. Bahkan seorang Lizi badgirl nya SMA Garuda sudah kehabisan cara untuk menyingkirkan Karen.

"Galva cepetan, kita telaat ini" teriak Karen dari luar rumahnya. Karen tengah marah-marah sekarang, pasalnya dia sudah terlambat bangun, Galva terlambat menjemput dan sekarang malah asik berbincang-bincang dengan Nizar, dan ditambah pula dia sedang menstruasi sekarang.

Nampaknya Galva belum menyadari itu, kalau dia sadar mungkin dia akan tunduk pada Karen sekarang. Pernah waktu itu, Karen PMS hari pertama, dia menangis karena perutnya begitu nyeri, Galva yang tidak tau harus bagaimana pun melampiaskan dirinya untuk dianiaya oleh Karen. Nizar yang melihatnya pun tertawa terbahak-bahak. Galva hanya pasrah saat Karen mencubit lengannya, menggigit telunjuknya, bahkan menjambak rambutnya.

"Iya ren, ini jalan"

Kata Galva santai, berjalan mendekati Karen yang saat ini tengah duduk menyandar di pintu mobil Galva dengan tatapan membunuh yang ditujukan kepada Galva.

"Bukain pintunya" kata Karen dengan nada kesal. Galva yang Bingung dengan sikap Karen pun hanya menurut, membuka pintu mobil dan Karen segera duduk di jok depan mobil. Galva yang tidak paham dengan perubahan sikap Karen, biasanya dia membuka pintu mobil sendiri. Tidak ingin ambil pusing Galva segera berjalan ke sisi kemudi.

Galva menjalankan mobilnya, sesekali melirik kearah Karen yang saat ini tengah menatap jalanan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Kamu kenapa sih ren?" Tanya Galva hati-hati. Seolah takut kalau Karen sebentar lagi akan melempari Galva dengan buku yang sekarang sedang dicekam Karen kuat-kuat.

"Perutku sakit" kata Karen, nadanya kini berubah lebih kalem,

"Kenapa mules? Mau BAB?" Tanya Galva. Sontak saja Karen yang tadinya sudah kalem sekarang kembali menatap Galva dengan tatapan tajam,

"Aku lagi PMS tauu" kata Karen dengan nada marahnya.

Oke, Galva sekarang hanya bisa meneguk ludahnya kasar. Karen PMS itu adalah salah satu hal yang paling menyeramkan. Bahkan kalah menyeramkan dibandingkan ulangan dadakan bu Tut atau pak Wakid sekalipun.

"Ya udah iya, nanti sampek sekolah kita ke UKS dulu ya? Minta obat?" Tanya Galva dengan hati-hati.

Karen mengangguk lucu, dengan wajah cemberutnya. Kalau saja Karen saat ini tidak pms mungkin Galva akan mencubit pipinya melihat tingkahnya yang kelewat imut itu. Galva meraih pergelangan tangan Karen, lalu menggenggam nya seolah memberikan kekuatan.

Karen yang terkejut dengan sikap Galva pun menoleh. Lalu senyuman terukir diwajahnya. Rasanya hangat melihat sikap Galva yang terlampau sabar menghadapi sifat Karen yang berubah-ubah saat menstruasi itu.

"Galva..." Panggil Karen. Kini nadanya sudah beruban menjadi lebih lembut

"Hmm.." jawab Galva tanpa menoleh dan tetap menatap jalan

"Makasih ya" ucapan Karen barusan membuat Galva menoleh kearah Karen, lalu kembali lagu menghadap depan.

"Makasih kenapa?" Tanya Galva

"Udah sabar ngehadepin aku yang labil saat PMS, bang Nizar aja sampek kualahan saat aku PMS, malah dikatain kembarannya Annabelle"

Galva kemudian terkekeh, antara lucu dengan kata Karen tentang Nizar dan bahagia karena Karen memujinya.

DeclairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang