20. Marahnya Sang Raja....

1.3K 67 0
                                    

Dengan emosi naik turun kini Galva tengah duduk diatas sofa di rumah Karen saat ini. semua orang sudah pulang, tinggalah dia dan Raga yang masih tetap disana. Raga juga tengah duduk disana sambal sesekali melirik Galva yang tengah gundah gulana. Bahkan Nizar sudah beberapa kali berdiri dan berjalan kesana-kemari untuk menghilangkan kecemasannya. tidak ada kabar dari sang pelaku sampai sekarang.

tepat pukul 11.30 tengah malam, ponsel Galva bergetar, Raga dan Nizar yang tidak menyadarinya hanya diam karena Galva sengaja menyeting ponselnya ke mode getar. dia ingin menyelamatkan Karen seorang diri, sesuai perintah sang penculik. Dia tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi dengan kekasihnya disana.

Galva pamit sebentar kebelakang beralasan untuk ke kamar mandi. Galva menggenggam ponselnya erat-erat, saat Galva tengah di kamar mandi, Galva membaca 2 pesan yang masuk.

Karen : location

Karen : sampai jam 1 tidak datang, dia akan lenyap. saya tegaskan sekali lagi untuk datang sendiri, atau kekasihmu akan lenyap sebelum melihat wajah tampanmu.

pesan yang masuk dari ponsel Karen membuat Galva benar-benar marah, ingin rasanya dia melampiaskan segala kekesalannya untuk meninju kaca didepannya, tapi dia tidak ingin membuat orang-orang curiga.

Galva menyusun rencana untuk mengalihkan perhatian Nizar dan Raga disana. Tiba-tiba saja ide brilliant mampir ke otaknya. tidak mau buang-buang waktu dia segera menjalankan rencananya.

Galva langsung duduk disamping Nizar, lalu meliriknya sebentar. dia tengah merapalkan doa supaya rencananya berjalan dengan lancar.

"bang...." nizar yang merasa dipanggilpun menoleh

"gue boleh pinjam laptop lo? coba gue cek GPS Karen siapa tau bisa"

"iya juga ya, kenapa nggak kepikiran dari tadi sih" rutuk nizar sendiri. Galva hanya menghela nafasnya, ini hanya alibinya saja agar Nizar pergi dari sini. Galva sudah berulang kali mengecek GPS dimana Karen berada tapi nihil hasilnya.

"makannya, pinjem laptop buruu" nizar tampak mengangguk semangat

"oke-oke tunggu" kata Nizar lalu segera bangkit dari sana

kini tinggal Raga yang saat ini tengah duduk bersandar seraya memejamkan matanya,

"ga... lo nggak mau ngambil minum gitu?" Tanya Galva

Raga yang awalnya menutup mata kini membuka matanya dan menatap dengan alis terangkat satu, seolah mengatakan 'kenapa lo nggak ngambil sendiri?'

"ayolah, gue tau lo ngantuk, daripada lo ngantuk kan, gak bisa bantu cari Karen" Raga tampak menghela nafas berat, lalu bangkit berdiri berjalan menuju dapur

"Nicee..." kata Galva tanpa suara. tanpa buang-buang waktu dia segera bangkit, dan sedikit berlari untuk mencapai pintu. membukanya dengan perlahan-lahan. saat sudah ada didepan, sialnya dia baru kepikiran. disana ada pak Yani.

Galva menghela nafas lega saat pak Yani tengah tertidur dan pintu gerbang tidak terkunci. langsung saja Galva membuka gerbang dengan pelan. saat dia rasa sudah cukup untuk motornya lewat, dia segera berlari menuju motornya, dan menuntun motornya keluar rumah. bahkan sampai perempatan komplek rumah Karen pun dia masih mendorongnya, berjaga-jaga nanti pak Yani akan bangun dari mimpi indahnya.

Galva menengok Kebelakang, saat dia rasa sudah aman Galva segera menaiki motornya dan pergi dari sana. Galva hanya bisa merapalkan doa semoga Karen baik-baik saja.

"maafin Galva pa...."

dirumah Karen, Raga kembali diruang dimana tadi dia, Galva, dan Nizar bersama sambil membawa nampan berisi beberapa kaleng minuman dan toples berisi helopanda. dia tampak mengernyit saat menyadari tidak ada Galva disitu. lalu tidak lama kemudian Nizar turun membawa Laptop dan Chargernya.

DeclairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang