29. Putus?

1.1K 51 3
                                    

Matahari bersinar begitu terik hari ini. Tapi tidak akan menjadikan sebuah alasan bagi seorang Karen untuk melatih tari hari ini.

Sudah jadwal rutin, setiap hari Rabu Karen akan melatih tari. Entah hanya duduk dipinggir lapangan atau ikut turun tangan. Dulu saat Karen masih jomblo, mungkin disetiap keliling lapangan pasti ada beberapa siswa yang diam-diam cari perhatian padanya, tapi setelah Karen sudah resmi berpacaran dengan Galva sisi lapangan tampak lenggang. Hanya beberapa orang yang memang sedang bermain voli di lapangan voli.

Galva sendiri kini sedang memperhatikan Karen dari kantin. Hal yang sudah biasa dia lakukan, tentunya bersama ketiga curut jelmaan manusia kera alias kera sakti itu. Tatapan mereka beralih saat salah satu sahabat Karen, Jena Ananda datang menghampiri Karen, dan membisikkan sesuatu kepada Karen.

"Kalo diamatin, Jena manis juga ya" ujar Brilli yang entah kapan sudah berpangku tangan menatap Jena dengan sebuah senyuman.

Galva pun juga tersenyum, bukan karena ucapan Brilli, melainkan melihat senyuman manis Karen setelah berbisik-bisik dengan Jena.

"Manis banget" ujar Galva, sontak saja mereka bertiga kaget. Bahkan Keenan tak segan-segan menyemprotkan es teh manis nya, yang untung saja tidak mengenai mereka bertiga.

"Anjirr. Gawatnih, gue mencium bau-bau perselingkuhan" ujar Brilli

Yang benar saja, kini Galva tampak memicingkan matanya pada Brilli. Kadar otaknya yang hampir setara dengan ikan fugu-fugu itu.

Tapi nampaknya Tama yang memang sedikit lebih waras daripada Brilli, tau apa yang membuat Galva mengatakan hal seperti itu tadi.

"Senyuman Karen manis sih emang" ujar Tama. Sedangkan Brilli nampak memberikan raut wajah cengonya.

"Kok Karen sih, gue lagi bahas Galva yang diam-diam mau selingkuh sama Jena"

Ketiga temannya nampak geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Brilli. Galva mengangkat tangannya, lalu meletakkan dikening Brilli.

"Panas bril"

"Serius Gal?"
Brilli tampak percaya, dan ikut menaruh telapak tangannya ke kening dirinya sendiri.

Galva mengangguk singkat
"Mending lo segera kedokter, gue takut lo sakit jiwa"

**********

"Aaa, Zayn Malik kenapa cakep pakek banget sih" ujar Wulan sambil mengelus-elus layar ponselnya yang kini sedang menampakkan wujud Zayn Malik

Ketiga temannya nampak menghela nafas jengah, sudah hampir setiap hari Wulan akan mengelu-elukan Zayn Malik nya itu.

"Apalagi baru putus sama Gigi hadid kok jadi makin kece, Aaaawmaigat" ujarnya lagi.

Jena mengusap telinga kanannya, sudah kesekian kalinya Wulan berteriak tidak jelas membuat telingan kanannya berdengung.
"Lo mau teriak-teriak sampai ke menara pisa juga Zayn Malik nggak akan pernah lirik lo"

Sontak saja Wulan mendelik tajam pada Jena. Sedangkan Jena sendiri bukannya takut malah acuh tak acuh.

"Apa sih, sirik aja lo"

"Gue ngomong kenyataan kali Lan, Zayn Malik itu tipenya Gigi hadid, Katty Perry"

Wulan tampak masih berpegang teguh kalau suatu saat muncul keajaiban kalau dirinya bisa bersama Zayn Malik.

"Kan nggak ada yang tau takdir, siapa tau gue jadian sama Zayn Malik, nggak gue undang lo di acara nikahan gue" ujar Wulan terlalu percaya diri. Dina dan Karen yang sedari tadi melihat perdebatan mereka dan ucapan-ucapan ngaur dari sahabatnya hanya menggeleng pasrah

DeclairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang