Angin malam begitu dingin sampai menusuk dikulit putih gadis cantik yang saat ini sedang duduk di ayunan halaman depan rumahnya. Karen tengah duduk melamun, matanya sembab, rasanya dia sedang malas untuk melakukan sesuatu. Gara-gara kejadian tadi sore, hidupnya berasa jungkir balik.
"Mirandaa..." Aisyah memanggil Karen yang dari tadi tetap duduk termenung tanpa adanya perubahan.
Karen menoleh dan mendapati Aisyah yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.
"Ayo makan malam dulu"Karen hanya mengangguk, lalu ikut berjalan masuk mengikuti Aisyah. Aisyah tau apa yang sedang terjadi dengan putri semata wayangnya saat ini.
"Udah nggak usah dipikirin terus, lupain sayang" kata Aisya mencoba menyemangati.Karen hanya diam tidak menanggapi ucapan Aisyah. Nizar turun dari tangga dan berjalan menghampiri Aisyah dan Karen yang sudah duduk di tempat makan.
"Masyaallah, muka lo dek" Nizar berjengit kaget saat menyadari wajah Karen yang kelewat menyeramkan.
"Nizar, jangan gitu dong. Adik kamu lagi sedih juga" kata Aisyah menasehati Nizar yang sekarang sedang cengengesan.
"Udah kenapa dek, cuma mimpi juga" kata Nizar. Karen hanya menghela nafas beratnya. Ini semua gara-gara mimpi sialan itu yang menurutnya kelewat nyata. Tapi Karen masih bersyukur itu hanya sebuah mimpi belaka, dan yang menjadi pikirannya sampai sekarang adalah, kenapa Galva dan keluarganya tidak bisa dihubungi.
Aisyah, Nizar dan Karen melakukan makan malam bersama tanpa kehadiran Adi, karena jabatan Adi yang sekarang menjadi walikota, membuat Adi menjadi super duper sibuk. Bahkan Aisyah kerap kali menemani Adi untuk pergi keluar kota.
Setelah makan malam bersama, Karen segera pergi kedalam kamarnya. Mengecek notifikasi hp nya barangkali ada pesan masuk dari Galva. Sekali lagi Karen menghela nafas beratnya saat tidak ada notifikasi dari seorang yang dia harapkan.
Karen berjalan ke balkon kamarnya, sambil membawa buku paket PKN, hanya sekedar dibawa entah dia baca atau tidak. Melihat situasi Karen yang malas untuk sekedar untuk belajar.
Karen sadar dari lamunannya saat menyadari bunyi panggilan masuk dari dalam kamarnya. Karen berjalan ringan menghampiri nakas tempat tidurnya dimana ponselnya berada.
Matanya membulat sempurna saat menyadari siapa yang meneleponnya,
Galva....
Galva melakukan video call, langsung saja tanpa ba bi bu Karen segera menggeser tombol hijau.
Sedangkan diseberang sana, Galva berjengit kaget saat melihat wajah Karen. Mata sembab, hidung merah, rambut acak-acakan.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Galva khawatir melihat penampilan Karen saat ini.
"Kamu kenapa baru hubungin aku sekarang?" Todong Karen tidak mau menjawab pertanyaan dari Galva
Sedangkan disana Galva hanya meringis tanpa dosa
"Maaf yang, hp aku disini nggak ada sinyal. Jadi harus ganti nomor dulu""Keluarga kamu juga?"
"Iya, maaf ya baru hubungin sekarang, soalnya tadi aku disuruh bantu papa buat ngeresmiin kantor barunya disana"
"Kok kemarin bisa hubungin aku?" Tanya Karen penuh selidik
"Iya kemarin kan pakek WiFi hotel"
Karen menghela nafas lega. Tidakk! Karen belum lega, masih ada satu masalah yang terus berkecamuk dipikiran Karen saat ini.
"Galva"
"Hmm" jawab Galva yang masih saja terus memandangi wajah Karen
"Kamu beneran pindah ke Spanyol?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Declair
Teen FictionBimbang adalah kata-kata yang mendiskripsikan perasaannya saat ini. Saat para Ketua dan kapten memperebutkan dirimu, siapa yang akan kamu pilih? Diantara semua pilihan, kenapa pilihannya jatuh kepada 2 orang itu, 1. Ketua kelas, kelas sebelah sekal...