Cekrek!! cekrek!! cekrek!!
Daniel berpose lagaknya dia fotografer paling handal di muka bumi. Padahal, ambil selfie saja kadang buram.
Dan dia hanya terbahak secara sukarela pada Jimin yang memandangnya malas.
Terlampau kesal untuk memarahinya lagi. Lagipula, Daniel itu keras kepala dan bandel, akan sia-sia menyuruhnya berhenti melakukan hal yang disenanginya. Biarkan saja.
"Mantap, Jim!! Keren loh,"
Mulut Jimin monyong lima senti.
"Sudah, ah! Aku sebenernya biasa aja kerja begini tapi kalau dilihatin kau dan reaksinya begini aku jadi malu juga. Dasar Kang Daniel edan! Sana kau balik jadi calon wakil gubernur!"
"Hah? Siapa yang mau jadi wakil gubernur?"
"Tau dah. Asal ngomong doang tadi juga,"
"Oooh," Daniel mengangguk kemudian mendekat pada Jimin.
"Bro, kuharap dengan ini kau bisa hasilkan uang banyak! Cepat-cepat bayar SPP-mu dan semua tunggakan rumah tangga. Kalau sudah, nomorku on call 24 jam kalau kau mau traktir aku gitu, hehehe –aduh! Kembarannya Syahrukh Khan ditempeleng ini gimana ceritanya, sih?!"
Jimin mencibir. Menyalakan motor dan bersiap pergi. "Bodo amat, Niel. Udah deh, aku harus cari pundi-pundi uang dulu, bye!"
"Loooh, emangnya udah ada yang order?"
Oh iya. Mau pergi kemana juga kalo belum ada yang order mah sama aja.
Emang dasar Jimin itu kadang goblok.
Untung ganteng. Mbak-mbak di meja depan pas Jimin mau daftar aja sampai ngeces. Dan kebetulan, CEO-nya juga cewek muda dan single... jadi Jimin langsung diterima tanpa harus susah-susah.Awalnya sih Jimin senang banget, dikiranya karena muka dia meyakinkan. Eh ternyata mbak CEO juga kegatelan ngajak ngobrol satu jam lebih.
Daniel nungguin Jimin mau makan bareng sampai keriput lambungnya saking lama nunggu.
Ding!
"Nih, kebetulan ada orderan." Dia bingung sebentar, "Mencet pick up berarti?"
"Iya lah tolol! Kau belajar bahasa Inggris lima semester buat apaan?!"
Jimin elus dada kalau Daniel udah berkoar. Serem. "Ya nggak usah marah juga kali. Santai aja bro, maklum lah baru pertama. Adiknya Afgan kan jadi kaget ini."
Penumpang pertamaku, i'm coming!
.
.
"Dengan mbak Seulgi?"Perempuan yang wajahnya gelisah itu menoleh. "Haaaah, akhirnya! Iya iya itu saya, Mas."
Dengan langkah terburu Seulgi mendekat pada Jimin yang siap memberikan helm untuk dia pakai sambil tersenyum manis.
"Yuk, buruan. Udah nyaris telat ini saya. Bisa-bisa leher saya digorok sama Bapak, buruan, Mas."
"Eeeh, tunggu dulu, Mbak!"
"Apaan?!"
Jemari gemuk Jimin meraih pengait helm Seulgi, sehingga wajah mereka dekat sekali. Kalau Jimin, sih, biasa aja. Profesionalisme pekerjaan.
Lah tapi cewek mana yang nggak baper kalau diperlakukan manis begini sama mas-mas ganteng.
Kalau menurut Seulgi, mas ojek ini punya wajah yang oke banget.
Hatinya kan jadi dugeundugeun, kayaknya mukanya juga merah-merah manja gitu.
Meuni Mas Jimin senyumnya kasep pisan.

KAMU SEDANG MEMBACA
broom broom [minv]
FanfictionKebayang nggak bagaimana Jimin mengendarai motornya dan menjemput kamu? Siap antar kamu kemana pun mau dan memperlakukanmu seperti Yang Mulia? Tapi, bayar ya?