4.3

1.6K 259 52
                                    

Taehyung menarik napas panjang, menyembunyikan kegelisahannya sendirian. Takut-takut Jimin yang baru saja duduk di sampingnya melihat. Taehyung sedikit menyingkirkan diri ketika Jimin mendudukkan diri.

Berjauhan di halte bus. Seperti tengah menaiki jungkat-jungkit. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang bertatap atau bicara. Keduanya tenggelam dalam kegelisahan masing-masing.

Hanya bisa saling melirik,

Hanya dapat saling berpikir tentangnya,

Hanya dapat menghela putus atas tanpa berjuang.

Gemericik hujan membisukan suasanya. Menjadi teman diantara atmosfer yang canggung. Taehyung ingin sekali pergi tetapi seakan tubuhnya ditarik melekat untuk tetap duduk. Lantas ia hanya bunuh waktu dengan gigiti bibir dan mainkan jemari.

Gelisah.

Rasanya sangat tidak nyaman berada di dekat Jimin setelah apa yang terjadi.

Matanya membola ketika sebuah payung lipat mendarat di pangkuannya. Taehyung menoleh dan dapatkan senyum tipis Jimin.

Nyaris saja ia terlena dalam kelembutan itu sebelum ia memutus pandangan dan berdeham. Rasanya sangat sesak melihatnya terus peduli.

Sampai sekarang Taehyung tidak mengerti.

Apa yang diinginkan oleh Jimin?

Hubungan macam apa yang ingin dijalaninya? Taehyung tidak bisa jika terus menggantungkan harapan padanya, jika memang Jimin tidak ingin melanjutkan ini ke jenjang yang lebih serius.

Melelahkan untuk menunggu, dan sangat menyesakkan untuk terus memikirkannya. Taehyung tidak ingin memaksanya, maka dari itu ia rela melepas.

Tetapi, kenapa Jimin bersikap seperti mengekangnya untuk pergi?

"Ambil kembali."

"Hujan sangat deras, sepertinya lama akan reda."

"Aku bilang ambil kembali!"

Taehyung terkaget sejenak karena barusan membentak. Lantas mengalihkan pandangan. "Aku tidak butuh bantuanmu. Bawa ini pergi, bahkan jika hujan baru reda besok aku akan menunggunya."

Jimin menghela. Sikap keras kepala Taehyung membuatnya pening. Jimin ingin memeluknya sambil mengucap maaf, tapi... seperti tubuh dan mulutnya kaku untuk bergerak barang satu senti.

Ego dalam dirinya masih tinggi, dan ia takut semakin menyakiti Taehyung jika memaksakan diri. Sekujur tubuhnya dipenuhi emosi dan itu membuatnya khawatir jika Taehyung terkena imbasnya, lebih baik ia diam ketimbang melawan.

Tanpa kata, Jimin hanya berbalik pergi.

Di sana, Taehyung menatap punggungnya yang kecil. Hatinya pun dipenuhi emosi yang berkecamuk. Bukan ini yang diharapkannya.

Kenapa Jimin tak paham, bahwa Taehyung ingin dia sedikit berjuang dan buktikan perasaannya yang besar? Taehyung ingin Jimin mengerti kalau hubungan ini tidak sehat. Tidak ada yang bisa dilanjutkan kalau hanya akan saling menyakiti.

Taehyung menenggelamkan wajahnya di telapak tangan.

Rasanya berat sekali, bahkan untuk meraihnya dan mengucap maaf.

















;

Tok tok tok!

Sudah satu menit Taehyung menggedor pintu, bunyikan bel, namun Jimin tak juga muncul bukakan pintu. Dia hanya ingin mengembalikan payung lipatnya. Semakin lama disimpan, akan membuatnya gila karena kepikiran. Hati dan benaknya sedang tidak ingin diganggu oleh keberadaan Jimin.

broom broom [minv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang