1.4

2.7K 435 42
                                    

Jimin tahu akan seperti ini jadinya jika ia meladeni Taehyung. Lelaki kaya dan manja seperti dia tentu pemilih dalam makanan.

Padahal menurut Jimin, itu akan sama-sama jadi kotoran, lalu buat apa sih susah-susah makan makanan berkelas? Jimin biasa makan pakai sumpit mana paham pakai garpu dan pisau? Mana sendoknya?

"Gini loh, caranya. Lihatin aku makan,"

Taehyung gemas dan mengiris daging sapi berkualitas tinggi yang disiram saus barbeque. Mudah sekali.

Seperti dia memang dilatih sejak bayi untuk makan steak. Dia peragakan apa yang gurunya ajarkan tentang table manner.

"Kamu belum pernah makan steak, ya? Harusnya bilang, biar aku belikan sesuatu yang mudah untuk kau makan."

"Memangnya kapan kau pernah dengar kata-kataku?"

"Kok marah, sih?"

"Kau merusak motorku," Jimin membanting alat makannya dan mengusak rambutnya yang terasa gatal dan menusuk-nusuk. "Bagimu ini sepele karena itu hanya sebuah motor butut, tapi dia yang membantuku hasilkan uang. Cuma itu yang kupunya. Dan aku masih punya banyak hal yang harus kulunasi. Bocah bergelimangan harta sepertimu tidak akan paham."

Taehyung mengerjapkan matanya.

"Aku kan sudah mengurus motormu, nanti juga dia bisa menyala! Aku bawa dia pada ahli reparasi yang paling mujarab, kau jangan khawatir. Aku bisa melakukannya,"

"Motor itu sudah sekarat, Taehyung!"

"Kakakku bisa perbaiki itu! Semuanya bisa diperbaiki oleh tangannya, kau jangan cemas. Tidak ada kata gagal dalam kamusnya,"

Taehyung menggigit bibirnya. "Kenapa kau jadi marah-marah begitu, sih? Itu hanya rusak sedikit. Dan kau bahkan tak keluarkan sepeser pun untuk itu. Semuanya aku, murni karena aku bersalah. Jadi kenapa kau tidak duduk dan terima jadi saja?"

Rasanya memuakkan. Jimin mengepalkan tangan, "Yah.... bagimu memang semuanya itu mudah, Pangeran Kecil. Dengan uang, semua hal yang kau inginkan tercapai. Itu 'kan, maksudmu?"

ia mendengus geli, "Apa begitu ucapan orang murni bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya? Baiklah, aku akan ganti uangmu nanti setelah motorku kembali, dan berikan saja daging ini pada Yoongi karena aku bahkan tak tahu cara memotong ini!"

"Hei! Kau mau kemana? Jimin-ssi!!!!"

Lelaki itu pergi dengan langkah menghentak. Meninggalkan Taehyung yang tidak mengerti sama sekali; memangnya apa yang sudah dilakukannya sampai Jimin semarah itu? Dia bahkan tidak meminta Jimin mengembalikan uangnya....

Pria yang membingungkan.......











































.
.

"Aku sudah tak bisa, Bung. Mamah marah padaku, dan kau tahu kan dia itu menyeramkan saat menggeram dan berteriak? Dia seperti beruang gunung, dan aku sudah tak tahan lagi."

Jihyun menggosok kedua telapak tangannya, "Aku mohon... sebentar lagi, sebentar saja, Kakakku belum hasilkan uang banyak untuk bayar uang sewa. Kau kan juga mengerti bagaimana kehidupan kami,"

"Aku tahu, Jihyun... tapi Mamah benar-benar memarahi aku karena melindungi kamu terus. Aku kasihan padamu, tapi aku takut juga pada beruang gunung itu. Apa kalian tidak menyimpan sedikiiit saja? Setengah dulu gak apa-apa deh, nanti aku yang nego sama Mamah, tapi hari ini harus bayar."

Jihyun menunduk dan termenung.

Sebetulnya ada. Uang di amplop coklat yang Jimin simpan di lipatan kemeja Kakek mereka yang tak pernah keluar dari lemari.

broom broom [minv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang