epilog

2.1K 270 18
                                    

Taehyung keluar kamar mandi dengan tergesa. Berlari menghampiri Jimin yang duduk santai dan tersenyum teduh sambil memberikan susu pada bayi di pangkuannya. Hati kecilnya merasa hangat dan ingin tetap merekamnya dalam ingatan, tapi ia tak ingin lama memandanginya.

Masih dengan terburu, Taehyung duduk di samping Jimin. "Sini, berikan padaku."

"Aku bisa, kok, Sayang."

"Kamu pasti capek habis bekerja."

"And so you are." Jimin mengelus puncak kepala Taehyung. "Setiap hari mengurus Nami, bahkan selama 24 jam... jauh lebih capek ketimbang aku yang mengurus pekerjaan di kantor. Kamu perlu istirahat, Sayang. Aku mau kok mengurus Nami, dan aku bisa."

Senyum Taehyung merekah.

Kasih yang diberikan Jimin sangatlah besar. Sayangnya begitu dalam. Ketakutan dan kekhawatiran yang pernah menghantui mereka sirna. Tergantikan dengan tekad untuk mencoba.

Setelah sepakat untuk fokus berkarir, serta menghabiskan waktu berdua sebagai pasangan, mereka akhirnya putuskan untuk mengadopsi bayi perempuan yang cantik dan sehat diberi nama Nami. Taehyung bersyukur bahwa Jimin bisa membantunya sekarang.

Klik!

Jimin menoleh dari kegiatan fokusnya. "Apa, Sayang?"

"Aku ingin punya foto ini." ia perlihatkan hasil gambarnya pada Jimin. Keduanya tersenyum, Jimin melirik Taehyung yang tampak begitu bahagia di sisinya. Punya alasan apa lagi untuk tak jatuh hati? Yang jelas ia bukan orang bodoh itu. "Kalian sangat manis,"

"Sudah husband –eh, Dad material, belum?"

"Iyaaa, besok bantu mandikan, dong?"

"Ajari aku, ya?"

"Iya,"

















-

Kadang juga, Taehyung geram.

Tugasnya sudah repot untuk mengurus rumah dan Nami yang sedang aktifnya bergerak karena sudah bisa lari. Sekarang malah tambah ricuh karena Jimin ikutan berubah jadi bayi. Entah apa yang merasukinya di kantor. Tingkahnya membuat Taehyung kelimpungan mengurusi mood Jimin yang naik turun, melebihi Nami kalau sedang rewel saat demam.

Nami sudah tidur, saking lelahnya bermain. Taehyung juga sama lelahnya. Sebab tugasnya untuk bersihkan kekacauan belum selesai. Tumpukan pakaian di mesin pengering, sisa makanan yang tumpah di meja makan, remahan keripik di ruang tengah, dan sampah kertas yang belum ia buang. Taehyung dibuat repot, terlebih ketika Jimin sama sekali tidak membantu.

Hanya duduk sambil merengut di depan tivi.

Taehyung menghela kecil, berusaha tidak peduli. Punggungnya seperti mau patah, dan ia ingin berendam di air beraroma lavender, hilangkan penat. Rasanya hari ini betul-betul capek. Taehyung pergi mengambil penyedot debu dan bersihkan ruang tivi. Masih diamkan Jimin yang menatapnya tajam, merajuk entah apa yang dilakukannya dengan bibir monyong itu.

"Minggir sebentar,"

Kaki Jimin tetap berpijak di lantai, menghalangi Taehyung membersihkan lantai yang berdebu. Membuat Taehyung kesal dan akhirnya sengaja arahkan ke kaki Jimin sampai tersedot kulitnya, ia tambahkan pula kekuatan hisapnya jadi maksimal sampai Jimin menjerit minta ampun. Hah, rasakan itu!

"Ahhh, matikan! Matikan! Tae, kakiku mau copot nih!"

Taehyung mendengus sebal, kemudian mematikan penyedot debunya. Lepaskan dari kaki Jimin dan berkacak pinggang. Balas menatap Jimin yang mengkerut seperti kamper lama. Sungguh ia tak mengerti dengan tingkah lelakinya yang satu ini.

broom broom [minv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang