4.0

1.8K 309 70
                                    

"Es kopi, mungkin?"

Taehyung mendongak. Kerjapkan mata separuh menghela kecil lewat celah bibirnya. Sesungguhnya dia tidak menyukai kopi tapi ia tak bisa menolaknya. Ia mengangguk ringan dan meraih gelas es kopinya.

Diteguknya lambat hingga bola matanya melebar dan menatap rekan kerjanya bingung sekaligus takjub. "Ini....,"

"Aku tahu kau benci kopi."

"Tapi tadi?"

"Bercanda," lelaki itu tertawa ringan. "Walau sebetulnya itu latte. Taehyung hanya suka hal yang manis. Sikap dan wajahnya pun sama,"

Kalimat itu terdengar biasa, tetapi Taehyung sangat tidak nyaman. Ia tak pedulikan apa-apa lagi dan kembali mencoret-coret kertas dengan pikiran semrawut. Sejak pagi tak menemukan ide untuk menggambar.

Pekerjaannya sebagai ilustrator tak semudah yang dibayangkan. Belakangan Taehyung kurang tidur dan rasanya tulang-tulang hampir rontok.

Kopi, walau semanis ini, tetap membuat jantungnya berdebar keras. Ini pilihan yang salah. Taehyung menyukai susu hangat atau teh hijau ketimbang kopi. Membuat matanya perih karena memerah. Selain itu, yang dibutuhkannya hanyalah tidur.

Tetapi pekerjaan membuat pikirannya terasa begitu penuh hingga tidur pun tak nyaman.

"Mhm, Taehyung."

Dia menoleh, bertanya lewat tatapan. Sementara lelaki itu tersenyum. "Sabtu ini mau temani aku pergi? Harusnya dengan sepupu tapi dia masuk rumah sakit."

"Sakit apa?"

"Mmmh, usus buntu."

Taehyung mengangguk, "Rumah sakit mana?"

"Hah? Kenapa?"

"Kupikir kita akan menjenguknya?"

"Apa? Tidak," lelaki itu berdeham kesal. Mulai melonggarkan dasi ketatnya. "Kudengar kau suka membaca komik dan hal-hal tentang Jepang. Kau tahu, festival tahunan akan segera dimulai. Aku juga suka One Piece, loh."

Jemari Taehyung bertaut gelisah. Begitu pula gerak matanya. Dia tidak suka terjebak berdua dengan rekan kerja ini. Terlalu mencekik dan menyiksa. Tatapan matanya menusuk dan mengintimidasi, dan Taehyung tak pernah menyukai sensasi terkekang seperti ini. Napasnya dihembuskan lelah -sejujurnya memang sangat lelah.

Senyumnya ditarik sedikit, "Maaf ya."

"Memangnya sulit bagimu pergi dengan orang?"

"Aku akan pakai waktu luang untuk istirahat,"

"Jalan-jalan juga bisa membuatmu segar."

"Kupikir yang kubutuhkan adalah energi," Taehyung merapikan barang-barangnya ke dalam dekapan. Bangkit secepat mungkin pergi dari zona mengerikan itu. Berusaha tak peduli meski dapatkan tatapan tajam dari lelaki itu. "Jihan hyungnim, maaf. Aku harus pergi."

Taehyung terlalu licin seperti belut. Dia sudah pergi dengan kaki jenjangnya, melesat tak meninggalkan apa pun kecuali perasaan kesal karena selalu ditolak. Meja di hadapan ditendang hingga terbalik. Mengundang beberapa orang meliriknya dan berpikir dia cukup gila.

"Sok sekali, sih."





































;
"Hai Tae!"

"Mau kopi?"

"Sepertinya lumayan. Mau pergi beli?"

Taehyung menyodorkan gelas es kopinya untuk Jennie, salah satu rekannya yang lain. Kemudian berjalan bersisian dengannya ke luar gedung untuk mencari angin segar.

broom broom [minv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang