Jimin merebahkan diri sambil menatap hapenya. Ada kebimbangan terselip di bibirnya, hmmmm, entah kenapa tiba-tiba dia ingin menghubungi Taehyung. Padahal tidak ada pembicaraan atau hal yang harus dia katakan di telepon.
Mereka tidak ada urusan penting atau terlibat suatu hal, tapi Jimin ingin saja telpon lelaki itu. Rasanya seperti,,, dia ingin mendengar suara Taehyung..... entahlah.
Anggap saja pemikiran itu bagai kentut.
“Kak, Kak!”
“Apaaaaa??”
Jihyun berlari dan membuka pintu kamar abangnya. Wajahnya bingung, terkejut, tapi senang –kelihatannya.
“Aku melihat banyak makanan enak di meja. Apa kau semalam menghadiri pesta? Siapa yang menikah?”
“Tidak ada, bodoh.” Jimin melempar hape-nya. Nanti saja pikirkan lagi, apakah dia jadi menghubungi Taehyung atau tidak. “Semalam aku diajak main ke rumah teman dan aku diberikan makanan sisa,”
“Tak ada makanan sisa seenak itu. Kau membuatku terdengar seperti anjing.”
“Makan saja kalau masih enak.”
“Rencananya begitu!” Jihyun menarik lengan abangnya, “Ayo cepat kita makan dan antar aku ke sekolah...”
Jimin berdiri dengan kening mengerut, “Sejak kapan kau mau diantar Abangmu ke sekolah? Kau selalu menendang burungku ketika aku mencoba mengantarmu.”
“Aku hanya malas jalan kaki...”
“Tidak tahu diri.”
-
“Sudah kubilang aku tak akan pergi kemana pun denganmu, Kris.”Kris, si lelaki jangkung itu mengerutkan bibir. Berlagak manis karena dia tahu Taehyung selalu suka hal-hal manis dan lucu, tetapi bagi Taehyung saat ini Kris terlihat konyol dengan wajah itu.
Tidak ada imut-imutnya! Bweh! Jijik!
“Hanya sekaliiii saja, setelah itu aku tak akan ganggu lagi!”
Taehyung mendengus, “Kau pikir aku bodoh? Mana ada janji seperti itu! Kau dan omong kosongmu akan menempeliku seperti lintah!”
“Aku bisa bersumpah, Sayang.”
“Sayang Sayang tititmu gundul!”
Taehyung menyiram wajah Kris dengan air dari botol minumnya dengan penuh kasih sayang dan berbalik pergi. “Aku betul-betul muak, Kris! Sebaiknya aku pergi dari sini daripada gila sendiri.”
Tentu saja Kris membuktikan rasa cintanya yang besar dengan mengejar pujaan hatinya yang jual mahal itu.
“Sayang, tunggu! Kau bisa capek berjalan kaki, Aku akan mengantarmu dengan mobil –tidak, kalau kau mau aku bisa telpon manajerku untuk bawakan helikopter kemari, Taehyung, tunggu!”
“Cowok gila kebanyakan nonton porno!”
Taehyung mau tak mau lari kencang. Bisa gila kalau Kris terus mengejarnya seperti ini, ini tak bisa dibiarkan! Dia harus lari menemui Yoongi dan membuatnya menonjok Kris atau apa lah. Atau dia akan menemui Neneknya untuk minta pindah kampus!
Karena dia tak bawa mobil (sedang direparasi di bengkel akibat ulahnya yang serampangan saat menyetir), dia betul-betul lari untuk keluar dari kampus. Dan sialnya, Kris masih saja mengejar dan memanggilnya Sayang!
Menjijikkan sekali, dia pikir dirinya itu siapa?! Hanya keluarga dan Yoongi yang bisa memanggilnya begitu!
“Berhenti mengejar atau aku teriak, dasar anjing!”
Taehyung berlari semakin kencang sambil sesekali melihat ke belakang, dan Kris tidak salah mendapat julukan lelaki L-Men karena selain badannya yang hot, dia sangat kuat!
Padahal Taehyung sudah hampir mati karena capek, dia benar-benar gila!
“Sayang, awas!”
Brukkkkkk!!!
Dan tabrakan itu terjadi. Taehyung yang tak sadar sudah sampai ke jalan raya dan tak fokus melihat jalanan tertabrak motor yang berjalan cepat dari arah sampingnya. Tak terelakkan lagi.
Tetapi oh tetapi, Taehyung segera membuka mata dan mendapati Jimin-lah yang mengendarai motor itu, tanpa waktu panjang dia bangun dan membonceng di motornya. Seperti dia tidak barusan ditabrak motor!
Dan Jimin jadi terkejut. Taehyung menepuk bahunya keras sekali dan berteriak, “Ayo cepat pergi dari sini!!!!”
“Kau ngapain –”
“Nanti saja ngomelnya, sekarang kita go go go!!!!!”
“Hei aku –aaawww iya iya!” Jimin langsung tancap gas begitu Taehyung mencubit pinggangnya keras sekali.
Sialan, itu terasa nyeri betul.
Kemudian Taehyung melambaikan tangan, “Bye bye Kris ANJINGKU Sayang!!!”;
“Ini pesananmu, Tuan.” Jimin menekan pada kata Tuan untuk Taehyung ketika memberikan satu cone eskrim matcha untuknya. “Dan ini kartu gesekmu juga.”Taehyung menjilat eskrimnya rakus dan memandangi kartu debitnya, “Kenapa kau tidak pesan satu? Masih ada cukup banyak uang disini.”
“Tidak perlu, aku sedang diet.” Huhuhu, mau tapi malu...
“Untuk apa? kau punya badan yang hot dan proposional untuk ukuran lelaki,”
Abaikan semburat malu di wajah Jimin. “Kau jangan meledekku. Aku ini seperti babi panggang dengan isian sayur-sayuran seperti sajian thanksgiving,” sebenarnya itu kalkun... bukan babi. “Dan lebih baik kau diam saja, habiskan makanmu terus pulang ke rumah.”
“Kau nggak lapar?”
“Eskrim tidak bikin kenyang.”
“Jadi mau makan nasi?”
Ups... keceplosan. Padahal Jimin tak bermaksud begitu. Tentu saja dia lapar! Tapi dia masih punya harga diri untuk tak terus menerus mengemis pada Taehyung.
Meski tak usah memohon pun, Taehyung tentu akan berikan banyaaak sekali karena tak tahu kapan uangnya habis. Tapi kan tetap saja, Jimin tidak biasa begitu. Dia masih bisa beli makan dengan uangnya sendiri.
Jimin menggaruk tengkuknya, “Tidak usah dipikirkan.”
“Gak usah malu urusan perut.”
“Siapa yang malu?”
“Aku juga belum makan, kok.”
Taehyung tersenyum tipis. “Ayo kita makan bareng. Kali ini, kau yang pilih tempat makan. Supaya kau bisa makan dengan nyaman, tidak perlu ikuti gaya makanku yang biasa.”
Dahi Jimin mengerut, “Kenapa harus?”
“Karena kita selalu bertengkar saat makan bersama. Kuharap kali ini tidak. Kau sudah banyak bantu aku di beberapa kesempatan, jadi aku tidak mau terus-terusan berantem denganmu,”
“Kau berpikir untuk berteman?”
Taehyung mengangguk riang. Dia ulurkan tangannya yang besar dengan jari-jari yang kurus. Senyumnya lebar nyaris merobek sisi pinggirnya, “Mari berteman, Jimin-ssi!”
Abaikan semburat merah muda di pipi Jimin lagi. Oke.
Taehyung kelihatan manis sekali dan rona pipi itu spontan terjadi. Begini-begini Jimin tidak kuasa dengan hal-hal manis dan lucu. Jadi, Jimin terbengong sebentar dengan pikiran kosong setelah Taehyung bertingkah manis dengan wajahnya.
“Hng?” Taehyung memiringkan kepala, menunggu.
Baru Jimin tersadar, sambut uluran tangannya. “Teman.”
“Hehehe, teman!”
cieee akur :)
KAMU SEDANG MEMBACA
broom broom [minv]
FanfictionKebayang nggak bagaimana Jimin mengendarai motornya dan menjemput kamu? Siap antar kamu kemana pun mau dan memperlakukanmu seperti Yang Mulia? Tapi, bayar ya?