4.5

1.8K 278 35
                                    

Taehyung bangun lebih dulu. Berjalan terseok dengan mata separuh terpejam. Masih mengantuk kuat, tapi tenggorokannya sudah kepalang kering ingin dialiri segelas air. Taehyung menyeret tubuhnya ke kamar mandi untuk membasuh muka sejenak dan gosok gigi. Masih tak cukup buatnya terbangun sepenuhnya. Taehyung kemudian berjalan ke dapur untuk membuat minuman.

Ia memanaskan air dan sibuk dengan buah-buahan. Kali ini apel dan jeruk. Masih dengan mata mengantuk ia mengupas buah dan memotongnya kecil-kecil. Kemudian memasukkannya ke dalam blender untuk membuat jus. Bersamaan dengan selesainya, air di dalam ketel sudah masak. Lantas Taehyung menuang separuh ke dalam mug, separuhnya diisi air biasa. Taehyung menyesapnya pelan-pelan, untuk nikmati perasaan lega di tenggorokannya.

Taehyung baru membuang sampah dan hendak mencuci tangan di wastafel, tapi tubuhnya keburu dipeluk erat dari belakang. Buat Taehyung kaget sampai berdebar kencang karena tadi suasananya memang sangat sepi. Tetapi kemudian tersenyum lembut karena tahu itu Jimin yang memberinya kecupan kecil di sudut pipinya, lantas menyipratkan air ke muka lelakinya.

"Kaget, tahu!"

Jimin tertawa kecil. "Biar banguuun. Aneh sih, masa kerja di dapur sambil merem gitu. Untung bisa potong buah dengan betul. Kalau malah mengiris tangan, bagaimana?" ia melepas pelukannya dan mencium bibir Taehyung yang sedikit kering pagi ini. Berjalan ke meja makan untuk duduk meminum air hangat dan jusnya. "Kalau tidak kuat bangun pagi jangan paksakan diri, atau kamu bisa bangunkan aku juga."

"Tidak apa, semalam emang tidurnya larut."

"Hm, iya." Jimin tertawa iseng. "Keasyikan sih. Seingatku,,, nyaris tujuh kali?"

Wajah Taehyung memerah. Malu. Tapi sudah bukan lingkupnya lagi untuk merasa malu pada Jimin, karena memang itu hak (atau bisa dibilang kewajiban pula)-nya. Lagipula, mereka kan sudah menikah jadi tidak apa dong? Dia masih cukup muda untuk menahan semua gejolak berbahaya dalam hormon dan nafsunya. Bukan waktu singkat ia menahan semuanya, harusnya itu bukan masalah kalau Taehyung jadi melampiaskan keinginannya yang selalu ia tahan-tahan.

Karena tidak tega, Jimin menarik Taehyung untuk duduk di pangkuannya. Menatapnya lembut hingga Taehyung semakin merah wajahnya. Mungkin teringat cerita semalam soal memohon dan teriakan (atau bisa dikatakan, desahan). Jimin suka sekali melihatnya malu, tapi kasihan juga kalau Taehyung merasa terbebani dengan itu. Jadi ia menariknya pada sebuah ciuman yang panjang dan manis. Kali ini merasa lebih leluasa untuk menyentuhnya.

Lantas ia mengusak rambut lebat Taehyung dan tersenyum sesudahnya. Tak bisa menahan tawa ketika Taehyung memainkan jemarinya gugup dengan wajah sangat merah. Malu sekali rupanya. Padahal sebelum ini juga sering ciuman. Tapi mungkin dengan status pernikahan yang mengikat mereka, jadi membuat keduanya malu –atau itu hanya Taehyung yang merasa. Jimin sih luar biasa senang karena sepenuhnya memiliki Taehyung si anak manja ini.

"Aku senang sekali."

"Tiba-tiba?"

"Karena menikahimu."

"Aigoo," Taehyung tersenyum lembut membingkai wajah Jimin dalam telapak tangannya yang besar. Mengusap rahangnya yang tegas pelan dan membalas lebih lembut. "Aku juga senang kali. Kita sama saja. Masa sudah sampai di sini merasa kesal? Tentu aku sangat bahagia! Sekarang, tidak ada yang bisa mengajakku kencan atau pergi ke bar setiap malam minggu. Itu membuatku sangat lega. Terima kasih karena mau berani untukku, Jimin."

Jimin balas tersenyum, "Maaf pernah ragukan ini."

"Tak apa. Kamu hanya bingung, aku ngerti."

"Seharian ini mau lakukan apa?"

broom broom [minv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang