4.2

1.6K 272 18
                                    

Setidaknya sudah 17 hari Jimin dan Taehyung hanya saling mendiami.

Tanpa sapaan hangat atau ciuman manis. Taehyung memulai hari dengan kegiatan yang monoton.

Memanggang panekuk dan memakannya dengan selai bluberry. Sesekali dengan maple syrup. Kemudian bersiap pergi ke kantor dengan wajah separuh kusut.

Meski ini adalah pilihan mereka untuk menjauh, tetap saja rasanya sakit. Hampa. Taehyung merasa kurang tanpa kehadiran Jimin. Tetapi itu tak dapat menutupi rasa kesalnya pada tingkah Jimin yang menurutnya, kelewat batas.

Biar saja dikatai egois.

“Yoboseyo?”

Taehyung sedikit takut karena Jihyun menelpon. Sudah lama sekali mereka tidak berhubungan, dan lagi, ia sedang tidak mood tentang sesuatu yang berhubungan soal Jimin.

Permasalahannya adalah, bagaimana kalau Jihyun membicarakan hubungannya dengan Jimin? mau dijawab apa?

Suaranya sudah memberat dari apa yang ia ingat. “Hyung cantik, apa kabar?”

“Mhmm, baik. Jihyunie?”

“Sedang UTS! Menyebalkan,”

“Tak apa, belajar yang rajin, ya.”

“Apa ada Jimin hyung di sana?” pertanyaan ini akhirnya keluar, dan membuat Taehyung mati kutu.

Sekarang ia tengah menanti lampu merah berganti hijau. Di dalam mobilnya yang nyaman, tengah berangkat kerja. Ia menghela. “Tidak, hyung sedang bekerja... maksudku, dalam perjalanan. Kenapa Jihyun tidak menelponnya langsung?”

Jihyun mendengung, “Nomornya tidak aktif...”

“Oh ya?” ia meminggirkan mobilnya.

Berhenti untuk sejenak mendengarkan Jihyun di telpon. Separuh karena merasa khawatir. Kenapa Jimin menonaktifkan ponselnya? Taehyung mengernyitkan dahi karena bingung. “Aku berangkat pagi-pagi sekali, jadi tidak sempat mengecek keadaanya pagi ini.”

“Apa dia sakit?”

“Kupikir, Jihyun bukan tipikal yang bisa menanyakan itu.”

“Mmmh, begini pun aku adiknya, ‘kan?”

“Lagipula, kenapa tidak buka saja pintunya?”

“Eh? Maksudnya?”

Taehyung mendengus geli dan tersenyum. “Ya, akan lebih mudah kalau Jihyun membuka pintu kamar Jimin, dia tidak mungkin menguncinya. Hanya beberapa langkah, kok. Cek saja sendiri, apa dia sakit atau bagaimana. Hm?”

“H-Hyung, aku —”

“Aku harus pergi.” Ia meletakkan ponselnya jauh. Mulai tancap gas. “Kita bisa lanjutkan mengobrolnya nanti. Mungkin hyung akan membelikanmu makan siang enak. Selamat datang, anak kuliahan. Sepertinya Jihyun punya banyak waktu luang di liburan semester, hm?”









;
“Apa kubilang?!”

Jimin meringis pasrah. “Aku tak tahu, kalau Taehyung tahu kau di sini. Mungkin kau kelihatan berkeliaran di apartemen makanya dia sudah tahu kalau kau hanya bohong tadi.”

“Selain cantik, dia juga jeli dan cerdik.”

“Hei! Hei! Ingat, dia pacarku!”

“Lantas hadapi dengan jantan!”

Jihyun menggeplak kepala abangnya dengan semangat. Separuh mewakili perasaannya yang kesal. Kalau begini, mungkin Taehyung akan kesal juga padanya karena membantu orang menyebalkan ini. “Ini sudah murni karena salahmu, hyung!”

broom broom [minv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang