3.7

1.9K 309 41
                                    

Pintu rumah Taehyung diketuk keras. Cepat tidak sabaran. Lelaki itu mendengus kesal mendengarnya. Apa para maid tidak tahu kalau dia sedang ingin tidur sekarang? Kepalanya makin sakit dengar gedoran pintu itu. Kemana semua pembantu?

“Tuan Muda Taehyung,”

“Kalian ini bagaimana?!” anak itu mengamuk setelah bergelung di dalam selimut tebalnya. Wajahnya garang tapi tetap saja menggemaskan. “Aku bilang mau tidur hari ini! kepalaku masih sakit dan Jimin baru bisa berkunjung nanti malam. Aku gak mau kalau bukan pacarku! Sudah kubilang urus rumah dengan benar!”

Pelayan itu membungkuk dalam, “Maaf. Tapi sepertinya orang ini ingin bertemu,”

“Siapa?”

Gedoran pintu semakin kencang dan Taehyung muak dibuatnya. Dia turun dari kasurnya dengan langkah menghentak dan menyingkirkan para maid. Mereka semua menunduk takut, wajah Tuan Muda ini sedang seram. Seperti macan kelaparan. Taehyung berdecih dan membuka pintu, siap pasang semburan ludah tapi dia keburu melotot.

“HEH KIM TAEHYUNG!”

“Kau —!” ia mengusak rambutnya. “Ngapain kesini, Juhyeon?”

Perempuan itu masuk dengan melompat seperti hyena. Takut kalau-kalau Taehyung keburu menutup pintunya lagi dan dia harus gedor-gedor seperti orang gila. Ia mengibaskan rambut panjangnya yang lepek kena keringat. Menuding Taehyung dengan telunjuknya yang memerah karena banyak mengetuk pintu, “Apa ini caramu perlakukan teman, hah?!”

“Kau tak tahu etika, apa?”

“Aku bisa bertemu denganmu, apa-apaan semua pembantu di sini?”

Taehyung memutar bola matanya dan menarik gadis itu ke kamarnya. Jika Juhyeon kumat, semua akan kena imbasnya. Daripada cewek ini keluarkan bisa, lebih baik ia bawa brengsek ini ke kamarnya supaya diam. Ia lempar tubuhnya ke sofa kecil di sudut kamarnya dan menatap Juhyeon garang. Padahal itu tetap terlihat cute —bagi Juhyeon.

“Harusnya aku yang tanya, ada urusan apa di sini?”

“Aduh, ma bro, kau menyakiti hatiku.”

“Gak waras, ya?”

“Memangnya kau anak presiden, apa? Tidak ingin menemui siapa pun, cih. Kau anggap aku ini apa sampai tidak masuk daftar orang spesial yang punya akses menemuimu?”

Taehyung mengusap wajahnya, “Bisa gila aku.”

“Ini.” Juhyeon meletakkan satu kotak besar di meja. “Kudengar kau sakit karena berhari-hari tak masuk kelas. Banyak jalang mengesalkan di kampus tapi hanya kau partner bertengkar yang paling asyik. Rasanya beda tak ada kau kemarin-kemarin.”

Hatinya menghangat.

Walau Juhyeon ini sangat brengsek dengan tingkah mengesalkannya yang tak feminim sama sekali, suka berantem dan bicara kasar, dia tetap punya hati. Juhyeon walau kelihatan sangar sebenarnya dia punya hati yang lembut dengan orang yang disayang.

Taehyung merasa senang dengan perhatian kecil yang diberikannya. Ia duduk di sisi ranjang dan membuka kotak pemberian Juhyeon. Dan ia ingin menangis karena diberikan cheesecake.

“Aku sudah tunggu 2 jam untuk dapatkan itu. Aku hampir lemparkan kue itu ke muka para maidmu yang halangi aku untuk kemari. Sudah capek malah ngajak berantem. Kayaknya mereka belum tahu siapa Bae Juhyeon ini, ya? Taehyung, kau harus beritahu mereka setelah ini.”

“Berhentilah cari ribut, mana sisi cewekmu, astaga.”

“Memangnya cewek gak boleh berantem? Ini 2018 man, perempuan punya hak untuk menentang hal yang menggangu. Perempuan tak selamanya lemah dan tak bisa menghajar. Kalau sudah marah, jangankan pukulan —samurai pun bisa kutebaskan ke leher!”

broom broom [minv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang