Pertama

15.7K 763 12
                                    

Aku masih dalam kesadaran sembilan puluh lima persen, menatap serius layar komputer yang ada di depan ku, duduk tegak lurus di kursi yang tidak memiliki sandaran. bahkan tidak ada yang mencoba menyadarkan ku bahwa aku sudah duduk di sini selama delapan jam tanpa istirahat.

Ini wajar bagi ku, aku sudah terbiasa seperti ini bahkan masih sanggup bertahan untuk 3 jam kemudian. apa lagi ini saat ini perkerjaan ku memang sedang crowded waktu kerja delapan jam yang kumiliki terasa tidak cukup untuk menyelesaikan sekelumit pekerjaan yang harus ku tangani.

Aku tidak pernah mengeluh tentang pekerjaan ini, karena aku sangat menikmati nya selama 5 tahun ini. Di sini, di tempat duduk ini adalah tempat di mana aku tidak merasa mengantuk atau bosan menatap layar komputer. Adrenalinku memacu dan semangat ku membara saat di hadapkan dengan pekerjaan ini. Tempat di mana hampir semua karyawan menolak untuk berada di sini namun aku dengan senang hati menerima nya.

Hendphone ku berbunyi, ini adalah yang ke-15 kali panggilan dari nomor baru yang masuk. aku tidak akan mengangkat nya, karena besar kemungkinan nomor baru yang menelpon adalah sales kartu kredit atau pun tawaran asuransi atau itu adalah nomer tamu hotel yang mencariku ingin memesan kamar tapi tidak dapat karena kamarnya  sudah full. Itu cukup menganggu di saat jam kerja yang super sibuk seperti saat ini kalau memang penting orang itu pasti akan chat di WA. Meskipun sebenar nya sudah saat nya pulang tapi pekerjaan masih merayu ku untuk tetap duduk bergelayut di depan layar komputer.

Handphone itu kembali berbunyi dengan nomor yang sama, ini tidak mungkin lagi dari sales bank karena sekarang sudah jam setengah 6 sore dan saya sudah di perjalanan pulang ke rumah. Baik lah, akan ku angkat telepone itu, mungkin saja memang penting

"Halo" sapa ku seadaanya

"Assalamu alaikum" Sapa suara asing dari dalam telepone

"Wa'alaikum salam" Jawab ku, meskipun aku penasaran siapa pemilik suara itu tapi tidak akan ku tanya, dia pasti akan memperkenalkan dirinya

"Lagi di mana?" tanya suara itu

"Di jalan pulang, ini lagi nyetir" jawab ku seolah akrab dengan suara itu

"Kamu ingat saya?" akhirnya pertanyaan itu men skak ku

ku coba kenali kembali suara itu, aku cukup ahli mengingat karakter suara seseorang. aku pernah kerja sebagai operator telepon selama 1 tahun kemudian pindah menjadi reservation agent dan mengenali suara seseorang dari telpon menjadi bagian dari pekerjaan itu. tapi tidak dapat ku temukan dalam memoriku suara seperti ini berbicara akrab dengan ku dalam telepon

"Ini siapa?" akhirnya aku bertanya juga

"Ini saya Yusuf" jawab nya

Oh dia Yusuf. Teman kuliah ku. Pantas saja suara nya terdengar asing, saat kuliah pun kami juga hanya seperti orang asing. Seandainya bukan karena teman sekelas aku yakin kami tidak akan pernah saling kenal.

"Ada apa Yusuf?"

"Aku mau bicara sebentar boleh?"

"Bukan kah sekarang kita sedang bicara?"

Dia terkekeh di seberang sana, aku pun tidak mengerti kenapa kalimat ketus ku itu menjadi lucu baginya seolah kita sudah sangat akrab.

Kita tidak pernah seakrab ini sebelumnya, bahkan saling menegur pun jarang. Kenapa juga dia harus tiba-tiba menghubungi ku? Mungkin kah dia tau kalau aku kerja di hotel ini dan kemudian dia menghubungi aku karena ingin memesan kamar. Yah mungkin saja, karena sekarang sedang periode high season jadi kamar hotel kami selalu full setiap hari.  Tamu yang sangat butuh kamar akan  berlomba mencari orang dalam untuk membantunya menndapatkan kamar.

Dan aku sebagai Reservation Agent yang tugasnya mengatur kamar adalah orang dalam yang paling tepat. Aku tidak perlu permisi  siapapun untuk bisa mendapatkan kamar yang aku mau. Tentu saja aku punya beberapa cadangan jika orang-orang penting datang meminta padaku meskipun saat high season sekalipun.

"ini serius Sa" suara nya itu memang terdengar serius sekarang. dan dia baru saja menyingkat nama ku Aisyah menjadi Sa, sok akrab banget dia.

"bicara lah, aku akan mendengarkan" kata ku masih sama ketus nya dan dia lagi-lagi terkekeh

Sejenak diam, dia tidak menyambung kekehan nya dengan sebuah kalimat. membuat ku penasaran saja

"kok diam?" tanya ku sambil menatap layar hp memastikan kalau telepon nya tidak terputus

"Aku mau mengajak kamu menikah"

kalimat sederhana itu membuatku harus menepikan kendaraanku sekarang sebelum aku kehilangan kontrol dan menabrak pengguna jalan yang lain nya. Oke aku harus tenang,

"Tetap lah bersikap tenang Aisyah" pinta ku dalam hati

Dia tidak mungkin serius, aku tau siapa Yusuf. Dia munking saja sedang main-main. Seperti setahun yang lalu saat dia juga menelpon ku hanya untuk mengatakan kalau kamu mau cari yang serius hubungi aku.

Sekarang aku harus terkekeh agar dia tau kalau aku biasa-biasa saja menanggapi kalimat itu.

"Kamu salah bangun ya? cuci muka dulu sana" Kata ku sambil berusaha untuk terdengar santai

"Aku serius Sa, aku ingin membina sebuah rumah tangga dengan mu" Kata nya dengan nada yang semakin serius membuatku merinding

"Yusuf ini aku lagi di jalan, bicara bisa entar ajah? aku lagi nyetir" Kata ku mencoba mencari alasan agar pembicaraan itu terputus sekarang

"Baik lah aku telepon kamu kembali sehabis magrib, kamu hati-hati di jalan ya. Assalamu alaikum"

Akhirnya pembicaraan itu benar-benar terputus sekarang. dan tak ingin lagi ku ingat. Meskipun mau tidak mau, suka tidak suka tetap saja masih terlintas dalam benar ku. Aku sudah memikirkan ini sekitar setahun yang lalu, saat dia dengan lancang menelpon ku untuk mengatakan

KALAU KAMU CARI YANG SERIUS, HUBUNGI AKU

Begitu enteng caranya mengatakan itu seolah aku akan berkata mau dalam sekejap

Apa dia pikir dia adalah lelaki idaman ku untuk di jadikan suami, apa dia pikir dia yang aku nantikan selama ini

Harus ku akui itu memang tidak begitu menganggu tapi cukup bertengger di otak ku saat itu. Aku tidak pernah berfikir akan jatuh cinta pada seorang Yusuf. Tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak ku. Apa lagi menikah dengan nya. Tidak pernah terfikirkan. Dan kali ini pun tak akan.

***

BACA SAMPAI PART 4 BARU TAU ALUR YANG SEBENAR NYA

BACA SETERUS NYA UNTUK TAU CERITA SELENGKAPNYA

KASI VOTE DAN COMENT SEBAGAI HADIAH UNTUK AUTHOR..  HEHE

Dear Future Husband (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang