Yang aku rasa, dan aku harap aku tidak salah. Aisyah memiliki perubahan setelah koma nya. Entah hanya aku saja yang merasa dia mulai menaruh sedikit perhatian tentang ku.
Apa karena darah ku yang mengalir dalam tubuhnya maka dia mulai merasakan kehadiranku.
Haha… aku mulai kepedean sekarang, rasanya ingin terbang.
Tahan dulu, aku yakin ini buka halusinasiku saja. Dia yang biasanya cuek-cuek saja dengan permainan playboy ku yang sudah mendunia internasional mulai angkat bicara dan menanyakan beberapa hal saat aku mengantarnya pulang dari puskesmas.
Oke harus ku akui, aku tetap saja penasaran dengan sikapnya yang bahkan hanya tersenyum saat aku memarahinya dan mengatainya bodoh saat dia tidak ingin meminta bantuan dari siapa-siapa.
Atau dia yang tidak banyak Tanya tentang kenapa aku harus marah padanya, kenapa aku menolongnya atau kenapa aku bisa ada di sana. Padahal aku sudah sengaja mengikutinya sepulang kampus dengan dalih ingin mengajak ismi jalan-jalan padahal aku menurunkan ismi di tengah jalan dan mengganti motor ku dengan mobil agar aku bisa menolongnya.
Tapi cukup terbayarkan saat dia mulai kepo dengan kehidupan pribadi ku, tentang apa yang aku pikirkan dan kenapa aku mesti berbohong.
Dan hal lain yang lebih membuatku merasa memang dia menaruh perhatian padaku saat aku mengajaknya taruhan di permainan soccer cup. Dia meminta ku putus dengan Ismi. Yang aku tau selama ini dia tidak pernah mencampuri urusan ku atau urusan siapapun namun dengan tiba-tiba meminta hal itu dariku.
Karena permintaan itu membuatku tidak mampu menkoordinasikan tangan dan otak ku yang keseluruhanya gemetar karena terlalu merasa senang.
Jangankan Cuma Ismi Aisyah, aku akan memutuskan mereka semua jika itu adalah permintaan mu.
“Ara mungkin sudah saatnya sekarang kita putus dan mencari jalan masing-masing” Kata ku pada Ara yang sedang asyik meminum mocha floatnya , kami sedang makan siang bersama di KFC.
“kamu sudah jadian sama Aisyah?” Tanya Ara, dia sepertinya antusias, tidak ada raut sedih di wajahnya
“belum” Jawabku singkat
“terus, dia juga sudah putus dari pacarnya” Tanya Ara lagi
“belum juga” jawabku lagi
“Tapi kenapa kamu minta putus dari aku?” Tanya Ara
“sepertinya kamu juga mengharapkan ini Ara, kamu bahkan tidak terlihat sedih saat aku mengatakan nya, apa itu artinya kamu dan Roy sudah jadian?” Aku balik bertanya
Ara menunduk dan tidak menjawab pertanyaan ku, aku tau artinya itu
“diam berarti iya” Lirih ku
“aku harap kamu juga segera menemukan penggantiku” Kata Ara, aku tau dia simpati padaku
“tidak perlu khawatir Ara, aku akan baik-baik saja. Aku janji kelak Aisyah pasti akan menjadi milik ku, ini baru proses. Aku hanya perlu bersabar”
Aku tau cepat atau lambat memang sudah saatnya aku mengakhiri hubungan ku dengan Ara sebagai kekasih, sudah terlalu lama kita terjebak dalam hubungan yang tidak mempunyai tujuan. Dan kini Ara sudah menemukan seseorang yang benar-benar dia inginkan maka tugasku adalah merelakan dia bahagia.
***
Saat akan praktek lapangan di desa moramo aku sengaja meminta kepada dosen pembimbing agar membawa Aisyah di kelompok dua bersamaku, padahal seharusnya di adi kelompok satu bersma teman-teman nya.
Maafkan aku karena sangat egosi namun dengan alibi apapun aku ingin dia berada dalam jangkuan pandangku di praktek nanti. Aku ingin tetap mencuri hak agar bisa memandanginya.
Sekali dia pernah marah padaku, saat aku dengan lancang membuat dirinya putus dari Darma. Namun itu pun berlangsung sangat singkat karena dia memang memiki control emosi terbaik. Di hari-hari berikutnya aku tetap berusaha untuk membuatnya marah padaku agar dia mau berlama-lama berbicara padaku bahkan hanya untuk sekedar marah aku pun sudah sangat senang.
Tapi hasilnya tetap nihil, seberapa pun usahaku untuk menarik nya ke sisi ku, aku tetap tidak mampu meruntuhkan tembok es yang mengelilingi seluruh sukmanya. Terlebih di hari-hari berikutnya saat praktek desa dia seperti menyibukkan diri dengan segala tugas membuatku tak punya celah untuk mengajaknya bicara atau bertengkar.
Saat hari terakhir praktek desa. Di acara penutupan.
“Entar jadi gak?” Tanya Nayla pada Fahri saat mereka duduk bersampingan di depanku membuatku mau tidak mau mendengar percakapan mereka
“aku sudah menyiapkan ini selama satu minggu, aku sudah sangat yakin” Jawab fahri terlihat bersemangat
“oke kalau begitu aku, Adel dan Ayu akan memastikan dia datang”
Aku belum terlalu paham apa yang mereka rencanakan, namun ada ketidakrelaan dalam diriku kalau itu menyangkut Aisyah dan Fahri.
Aku segera bangkit dari tempat ku meninggalkan acara itu dan kembali ke posko.
Kedamaian di hatiku kembali saat aku melihat Aisyah sedang tidur di sofa. Ketenangan dari dalam diri gadis itu menular saat aku memandanginya dengan teduh menyendiri jauh dari keramaian.
Sebisa mungkin ku tahan diriku agar tidak membelai rambutnya, aku hanya mengambil selimut dan memasangkan padanya.
“sleep tight Aisyah, tidurlah dan jangan bangun sebelum malam ini berkahir” lirih ku dalam hati
Tapi sepertinya Allah sedang tidak ingin mendengar doa ku, karena semenit kemudian suara ribut Nayla, Adel dan Ayu di luar rumah mambuatku harus segera berlalu dari tempat itu, sebentar lagi Aisyah pasti akan bangun dan mereka pasti akan membawa Aisyah ke acara perpisahan itu.
“Aisyah aku mencintaimu, mau kah kamu jadi pacar ku?”
Kata-kata itu di ucapkan Fahri seketika membuatku merasa di tampar. Aku tidak akan rela Aisyah bersama Fahri jika saja gadis itu menjawab iya. Aku tidak akan pernah memaafkan diriku kalau sampai itu terjadi.
Herman yang duduk di sampingku juga sepertinya tidak suka dengan drama ini, dia langsung ingin beranjak dari tempatnya
“mau ke mana bro?” Tanya ku pada Herman
“pergi” Jawab singkat Herman
“terus kamu mau diam ajah membiarkan ini terjadi?” Aku mulai membangun rencana ku sendiri
“maksud kamu?” Tanya Herman
“aku tau kamu juga suka sama Aisyah, ayo buktikan ke Aisyah kalau kamu juga suka sama dia, setidaknya kamu berusaha dan tidak menjadi pecundang” Aku benar-benar serius ingin mengacaukan
“tapi..” Herman berfikir sejenak
Tanpa menunggu keputusan Herman aku langsung naik ke panggung merebut Microfon itu dar Fahri lalu melemparkan nya pada Herman
“Yusuf apa yang kamu lakukan?” Tanya Fahri heran
“dia juga memiliki kesempatan yang sama” Jawabku yang belum pasti di mengerti Fahri
“Aisyah aku juga mencintaimu, aku tau tidak seharusnya aku megatakan ini saat ada orang lain yang lebih dulu mengatakan nya, tapi aku akan menyesal kalau membiarkan ini terjadi tanpa berusaha juga” Kata Herman dengan suara bergetar di pengeras suara
Ku lihat Aisyah diam memaku di tempatnya, dia tidak menunjukan ekpresi apapun
“Aisyah ini adalah pilihan mu, jika boleh aku juga ingin menjadi bagian dari pilihan mu. Aku pun memiliki perasaan yang sama dengan yang Fahri dan Herman rasakan. Bahkan mungkin lebih besar dari itu” Ternyata Abel juga mengambil bagian membuatku merasa menang karena berhasil mengacaukan rencana Fahri
Setidaknya keputusan pasti ada di tangan Aisyah, aku tetap tidak bisa menebak apa yang di fikiran gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband (Complete)
RomanceAku Aisyah Kehidupan karirku di umur 26 tahun tampak sempurna, sebelum aku bangun dari koma dan sadar ternyata aku masih berumur 20 tahun dan masih kuliah Bukan itu masalahnya, mimpi yang aku lihat saat koma seperti memperlihatkan masa depan ku 6 t...