Ketigapuluh Satu

4.2K 412 27
                                    

Takdir itu memakasa
Suka tidak suka
Mau tidak mau
Siap tidak siap
Dia akan datang padamu
Bersabarlah
Bersyukurlah

Aisyah VO:

Aku sangat bersyukur bertemu dengan bapak Hananto di acara ini. Bagaimana pun juga dia tetap begitu wellcome padaku.

Kecelakaan yang terjadi lima tahun yang lalu tetap menjadi sesuatu yang selalu ku syukuri. Bukan kah ini menjadi pertanda bahwa selalu ada pelangi setelah badai.

Maka pelajaran yang selalu bisa ku petik adalah bersabar. Setiap masalah yang menghampiri akan selalu ada hikmah di balik nya.

Seperti saat ini,  aku masih bisa mengangkat dagu dan tersenyum dalam sabarku. Meskipun jika seseorang berani menyentuh perasaanku maka tak dapat ku jamin air mataku mungkin sudah membanjiri acara ini.

Sesekali ku lirik ibu nya Yusuf dan Hafisah yang berdiri bersampingan. Aku berfikir bahwa keberuntungan berpihak begitu saja dengan mereka seperti tanpa syarat.

Aku permisi ke toilet sebentar. Setegar apapun aku kelihatan nya aku tetap tidak bisa menahan buliran air mataku yang satu-persatu berdesak-desakan ingin keluar.

"keep smile Aisyah. Apapun yang Tuhan berikan itu adalah tencana terbaik untuk mu" ku kuat kan diriku sendiri sambil menatap ke cermin besar yang ada di depan ku

"maafkan aku Aisyah,  beri aku sedikit waktu berbicara padamu" Hafisah menunggu ku di depan toilet

"bicara lah" kata ku sedikit cuek

"pernikahan ku dengan Yusuf telah di rencanakan jauh sebelum kamu dan Yusuf bersama.  Sesama wanita bisa kah aku meminta kamu mundur baik-baik agar kita tidak perlu saling menyakiti" pinta Hafisah

"kamu harusnya lebih santai Hafisah. Bukan nya jodoh sudah tertulis di lauhul masud. Why you so worry" katakan saja sekarang aku terlihat seperti wanita jalang yang mau merebut tunangan orang lain

"apa maksud mu? " tanya Hafisah

"kalau dia memang jodoh mu dia tidak akan kemana-mana kok,  dia pasti akan kembali padamu. Anggap saja sekarang kamu hanya sedang meminjam kan jodohmu padaku" Aku semakin menaikan tingkat ke-jalang-an-ku

"apa kamu tidak punya harga diri? " tanya Hafisah

Aku sekarang terkekeh untuk membuatnya semakin dongkol

"Hafisah selama janur kuning belum melengkung itu artinya dia masih menjadi hak semua orang. Sedangkan Janur kuning yang sudah melengkung pun masih bisa di luruskan" aku tidak tau ku pungut dari mana pribahasa itu. Tapi biarlah aku terlanjur berada di jalan yang salah

"apa kamu lupa janji mu pada ibu nya Yusuf kalau kamu akan menjauhi Yusuf" tanya Hafisah men skak ku balik

"aku tidak lupa akan janji itu,  aku sendiri yang akan memastikan kalau malam ini kalian akan bertunangan. Setelah itu aku juga akan memastikan Yusuf jauh dari ku. Itu adalah janjiku dan aku memengang sendiri janji itu" kataku kemudian berlalu pergi dari hadapan Hafisah.

Aku kembali bergabung di acara,  ku lihat ibu nya Yusuf sudah berada di panggung memulai sambutan kepada tamu undangan yang datang

"di malam yang berbahagia ini,  selain memperkenalkan perusahaan kami yang mimpin oleh putra kami Yusuf. Saya juga akan mengumukan pertungan putra saya Yusuf dengan Hafisah" tepuk tangan dari hadirin meretak kan hati ku menjadi bagian terkecil yang sulit ku satukan

Yusuf terlihat sangat kaget dan tidak terima,  dia mendekati ku.

"Aisyah ayo pergi dari sini" ajak Yusuf menarik tangan ku namun ku tahan diriku memaku di tempat

"Yusuf,  jangan membuat ibu mu murka. Setiap doanya langsung di dengar oleh Allah dan bisa menjadi karma untuk mu. Aku mohon turuti saja dia" Pintaku berusaha menstabilkan suara ku yang bergetar

"aku tidak bisa melakukan ini Aisyah. Aku mencintaimu" tegas Yusuf

"aku juga mencintai mu" Akhirnya aku juga mengakui perasaan ku yang sebenar nya pada Yusuf

"dengarkan aku,  ini bukan lah akhir. Kita masih punya kesempatan untuk merayu Allah dan merayu orang tua mu agar sepakat menjadikan kita sebagai takdir.  Tapi sebelum itu jangan membuat dia murka padamu"

"apa yang harus aku lakukan? " Tanya Yusuf

"bersabarlah" Kataku kemudian menarik tangan Yusuf untuk naik ke panggung bersama Hafisah yang sudah berdiri di samping ibu nya Yusuf

"percayalah pada takdir" bisik ku kemudian melepas tanga nya Yusuf dan turun dari panggung membiarkan dia dan Hafisah di perkenalkan sebagai tunangan secara resmi

***

Mister Li datang terlambat. Dia yang sedari tadi aku tunggu. Setidak nya dia datang di sela-sela kesibukan nya.

Dia datang setelah pertunangan Yusuf dan Hafisah berlangsung.

Mister Li langsung di sambut oleh bapak Tama dan di persilahkan duduk bersama bapak Hananto di meja VIP.

"terimakasih Mister Li telah mempercayakan anak saya untuk mengelolah modal anda" kata bapak Tama pada Mister Li

"aku juga senang bisa bekerja sama dengan anak anda" Jawab mister li dalam bahasa mandarin kemudian di artikan oleh Adit

"tapi sepertinya dia masih perlu belajar banyak tentang perusahaan pertambangan agar dia bisa menjamin kelangsungan perusahaannya" Sambung Mister Li

"tentu saja dia harus belajar banyak,  saya tidak pernah berhenti untuk menyuruhnya selalu belajar" Kata Bapak Tama

"saya memiliki sedikit syarat untuk kerjasama ini" Mister Li akhirnya ke point utamanya

"apa itu? " Tanya bapak Tama

"Saya ingin Yusuf ke tingkok belajar tentang pertambangan selama 3 tahun di perusahaan pertambangan terbesar disana. Dengan begitu dia akan menemukan banyak ilmu dan menjadi kan perusahaan ini menjadi lebih besar"

"itu ide yang sangat bagus. Saya menyarankan bapak menerima syarat ini. Akan banyak ilmu yang bisa di dapatkan Yusuf di sana dan di terapkan di perusahaan nya kelak" bapak Hananto ikut mendukung mister Li

"aku akan membicarakan ini pada Yusuf" bapak Tama sepertinya masih menimbang-nimbang

"akan lebih baik kalau dia tidak membawa istri ke sana. Karena itu akan menganggu proses belajarnya" tambah mister Li

"kalau itu anda tidak perlu khawatir,  Yusuf belum menikah dan dia tidak akan menikah sebelum perjanjian ini selesai" Jawab bapak Tama

***

Jika seperti janjiku bahwa aku akan jauh dari Yusuf ingin ku tepati maka seperti inilah usahaku.

Aku telah menemui mister Li sehari sebelum acara ini dan meminta dia mengajukan syarat ini dalam perjanjian mereka

Aku bukan nya hanya berdiam diri dan merelakan ini terjadi,  namun aku sedang berusaha memenuhi janjiku.

Ini akan menjadi adil untuk ku dan untuk Hafisah. Kita akan sama-sama jauh dari Yusuf.

Maka yang menjadi penentu selanjutnya adalah kesetiaan.

Menunggu Yusuf kembali dari tiongkok belajar baru bisa menentukan siapa jodoh dia sebenarnya akan menjadi point utama dalam pertarungan ku dengan Hafisah.

Baik lah Hafisah,  aku sudah menepati janjiku. Pertunangan kalian berjalan seperti kehendakmu, dan setelah nya Yusuf akan jauh dariku.
Namun aku lupa menyambung kalimat ku.

Bahwa kamu juga akan jauh darinya.

Dear Future Husband (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang