Keenambelas

4.3K 325 5
                                    

Yusuf tau aku tidak akan bisa berlari, maka dia dengan reflex mengangkat ku dan berlari berlawanan arah dari datangnya babi itu. Bisa ku dengar nafasnya yang berat karena harus menggendongku sambil berlari. Aku mengerti itu. Tapi ada hal lain yang tidak ku mengerti

“Yusuf kenapa kita harus lari?” Tanya ku sambil menepuk dada Yusuf agar dia pelan-pelan sedikit

“itu ada babi ogeb, kamu mau di makan sama babi” Maki Yusuf padaku, dia terdengar kesal karena aku seperti meremehkan ketakutanya dan niat baik nya untuk menolongku

“tapi kan itu Cuma anak babi” Kata ku membuat Yusuf sontak berhenti mendadak

“Cuma anak babi?” Tanya Yusuf tidak percaya, lalu menurunkan aku dan menyeka keringatnya

“iya Cuma anak babi, kamu gak lihat badan nya kecil gitu, badan kamu sepuluh kali lebih besar dari badan nya. Justru dia yang takut sama kita” aku menahan diri untuk tidak menertawai ketakutan Yusuf yang berlebihan

“kok kamu gak ngomong dari tadi?” Tanya yusuf menyalahkan aku atas kebodohanya

“emangnya kamu gak bisa bedain anak babi dan babi dewasa” Aku balik men skak dia

“ya gak lah, aku kan belum pernah lihat babi sebelumnya” Yusuf membela diri dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal

“tapi setidaknya kamu pernah nonton di tv kan” kataku

“ngapain nonton babi di tv, mending nonton yang lain” dia masih punya alibi yang lain membuatku merasa ingin sekali menjitaknya

“trus dari mana kamu tau itu babi kalo gak pernah lihat?

“ya karena muka nya mirip kamu” Yusuf tertawa lepas setelah mengatakan kalimat tidak lucunya itu membuat ku kesal

Aku memungut ranting kayu yang ada di dekat ku dan bermaksud untuk memukulnya dengan ranting itu, Yusuf berlari menjauh. Tidak sulit baginya untuk menghindar dari ku. Aku yang masih berjalan pincang dengan langkah seadanya sementara dia yang sehat walafiat dan memiliki langkah yang besar dengan kaki jenjangnya.

“becanda doang, gitu aja baper” goda Yusuf

Apa dia tidak mengerti arti kata baper, biar aku jelaskan. Baper itu saat kamu memiliki mimpi aneh yang memperlihatkan bahwa dia akan melamar mu kelak. Tapi kenyataan nya sekarang dia masih asyik dengan dunia nya sendiri dan perempuan manapun yang dia mau.

“aku gak mungkin nikah sama kamu kelak” aahh.. aku benar-benar baper sampai-sampai tidak sadar aku mengeluarkan kalimat itu dengan frekuensi suara yang dapat di dengar oleh Yusuf

“apa nikah sama ku? Emang aku ngelamar kamu?

Harus kah aku katakan padanya sekarang tentang mimpi itu, dan tentang omongan-omongan anehnya saat dia mabuk. Atau biarkan saja dia. Aku tidak menjawab pertanyaan Yusuf, aku tidak ingin berdebat dengan nya, karena menang atau pun kalah, berdebat dengannya tetap lah tidak ada guna nya untuk saat ini.

“Aisyah mau kemana?” Tanya Yusuf saat melihatku  melangkah pergi dan tidak memperdulikan dia lagi

“cari nenek Rana, lama-lama dia sini sama kamu rasanya mau pingsan”

Bisa ku pastikan Yusuf mengikuti aku, tidak sulit untuk melihat bayanganya yang beriringan dengan bayanganku

“kamu pacaran dengan Fahri?” Tanya Yusuf

“gak, aku akan balikan dengan Darma” jawabku sinis

“kok balikan dengan Darma?” Yusuf seperti kaget mendengar itu

“emang apa urusan nya dengan kamu? Aku juga gak pernah campuri urusan kamu mau pacaran dengan siapa saja” aku semakin banyak bicara pada Yusuf di bumbuhi sedikit emosi

Dear Future Husband (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang