Keempatbelas

4.2K 327 2
                                    


Help Me. Say That” Ucap Yusuf.

Dia ingin aku meminta tolong padanya. Kenapa aku harus minta tolong. Harusnya dia peka dong, be gentle dan nolongin aku tanpa harus aku minta. Seperti yang dia lakukan saat di puskesmas atau saat dia mengerjakan tugas makalah ku. Kenapa sekarang dia seperti pamrih begitu.

Aku terlanjur kesal, aku terlanjur jengkel. Katakan saja begitu. Maka aku menatap sinis pada Yusuf. Dan tak akan mengatakan “tolong”. Tak akan.

“kalau gak mau nolongi gak usah, aku juga gak akan minta tolong ke kamu. Terimakasih sudah jadi penonton yang baik” Ketus ku memasang wajah paling sinis menyembunyikan ekpresi kesakitanku

Yusuf mengambil sapu tangan yang ada di dalam sakunya. Aku pikir dia akan membalut luka ku yang masih mengeluarkan darah dengan sapu tangan nya. Ternyata tidak.

Dia malah menyumbat mulutku dengan sapu tangan nya itu.

“kamu lebih asyik kalo diam” Kata Yusuf membuatku mendelik sempurna

Belum cukup sampai di situ, Yusuf mengangkat ku kemudian membawaku kearah berlawanan dari posko. Awalnya aku penasaran kemana dia akan mengendongku . Setelah berjalan sekita lima puluh meter aku baru mengerti.

Dia membawaku ke sebuah gubuk yang ada di ujung jalan, gubuk dengan halaman luas di tumbuhi alang-alang tinggi, rumput dan pohon beringin besar di depan nya.

Segera Ku lepas sapu tangan nya yang masih menyumbat mulutku

“Yusuf berhenti, kita mau ke mana?” tanyaku mulai panik. Aku tidak ingin masuk ke gubuk tua itu. Apa Yusuf ingin membunuhku

“mau obtain luka kamu” Jawab Yusuf dari nafasnya sepertinya dia mulai kewalahan mengendongku meskipun berat ku Cuma  42 Kilogram tapi wajar kalau dia kelelahan karena jarak yang di tempuh cukup jauh

“Yusuf kita ngapain ke dukun untuk obati luka, kita kan perawat, lebih mengerti tentang kesehatan. Kenapa sekarang malah bawa aku ke dukun” Protes ku semakin panjang

“Sstt.. berisik. Mau aku sumbat lagi mulutnya” Yusuf mengancam membuatku sontak terdiam. Dia semakin tega

Ampuni aku Tuhan. Kalau ini berarti aku akan jadi tumbal maka tolong ampuni dosaku. Aku tidak siap mati di sini’Doa ku dalam hati

“Assalamualaikum” Teriak Yusuf saat sudah berada tepat di depan pintu gubuk itu

“Yusuf turunin aku sekarang, aku mau pulang” pintaku, sungguh aku ketakutan. Apalagi sekarang sudah menjelang magrib

“abis ini aku turunin” jawab Yusuf

Tak lama berselang seorang wanita membuka pintu gubuk dari dalam. Rambutnya yang sudah memutih di konde rapih. Aku yakin usia nenek itu sudah lebih dari 80 tahun tapi badan nya masih tegak dan kulitnya tampak masih bersih.  Dukun serapih ini di usia senja nya.

Aku lebih terkejut saat melihat isi dalam gubuk itu, terlihat sangat bersih dan rapih. Meskipun gubuk itu terbuat dari kayu namun penataan perabot dan peralatan lain nya tertata minimalis dan enak di pandang. Sangat berbanding terbalik dengan tampak luarnya.

Yusuf menurunkan aku tepat diatas tikar.

“tolong teman saya nek, kaki nya luka. Itu bekas kecelakaan” Kata Yusuf pada wanita itu

Nenek itu mendekatiku dan memperhatikan luka di kaki ku. Dia sempat ingin menyentuh luka itu namun ku tarik kaki ku. Aku takut.

“tunggu di sini sebentar ya” kata nenek itu kemudian masuk ke dalam kamarnya

Dear Future Husband (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang